4 Pendapat Mengenai Imam Mahdi: Umar bin Abdul Aziz Salah Satunya
loading...
A
A
A
Setidaknya ada 4 pendapat terkait akan datangnya Imam Mahdi atau al-Mahdi menjelang akhir zaman , alias kiamat . Salah satu pendapat menyebut Imam Mahdi sudah pernah turun ke bumi dan dia adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz .
Syaikh Mutawalli Sya'rawi dalam bukunya berjudul "Alaamaat Al-Qiyaamah Al-Kubraa" menukil pendapat Al-Allamah Hamud At-Tuwaijri, menyebut empat pendapat tersebut.
Pendapat pertama, mereka berpendapat Al-Mahdi adalah Isa bin Maryam Al-Masih . Mereka mengklaim inilah Al-Mahdi yang sesungguhnya.
At-Tuwaijri menjelaskan, pendapat ini didasarkan pada hadis riwayat Muhammad bin Khalid Al-Jundi dan bahwasanya hadis tersebut tidaklah shahih. Seandainya memang shahih, juga tidak dapat dijadikan hujjah. Karena Isa adalah Al-Mahdi yang terbesar dalam rentang waktu antara masa Nabi Muhammad SAW sampai hari kiamat.
Ada sunnah shahih yang menunjukkan bahwa ia turun di menara putih di kawasan Damaskus bagian timur, berhukum dengan menggunakan Al-Qur'an, membunuh orang-orang Yahudi dan Nasrani, membebaskan pajak, membinasakan pengikut agama-agama (selain Islam) pada zamannya.
Atas dasar itu, kata At-Tuwaijri, benarlah jika kita mengatakan, “Tidak ada Al-Mahdi yang sebenarnya selain ia," walaupun yang lain juga boleh dikatakan Al-Mahdi. Hal ini tidaklah aneh dalam bahasa Arab. Sebagai contoh kita mengatakan, “Tidak dianggap ilmu selain ilmu yang bermanfaat,” atau “Tidak dianggap harta selain apa yang ada di depan seseorang." Disamping itu, kita juga boleh mengatakan, “Sesungguhnya Al-Mahdi hanyalah Isa bin Maryam,” maksudnya Al-Mahdi yang sempurna dan makshum.
Pendapat kedua, Al-Mahdi yang dimaksud Rasulullah SAW adalah Al-Mahdi yang menjadi salah satu khalifah dari Bani Abbas dan telah selesai zamannya.
Pendapat ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan Ahmad dalam Al-Musnad dari Waki', dari Syuraik, dari Ali bin Zaid, dari Abu Qilabah, dari Tsauban bahwa ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kamu melihat bendera-bendera hitam yang datang dari Khurasan, maka datangilah walaupun kamu harus merangkak di atas salju, karena di situ terdapat khalifah Allah Al-Mahdi.” (HR. Ahmad (5/277) dan Al-Hakim (4/502).
Al-Hakim mengatakan bahwa hadis ini adalah shahih dan telah memenuhi kriteria yang ditentukan Al-Bukhari dan Muslim, namun keduanya tidak meriwayatkannya.
Ali bin Zaid adalah perawi yang dipakai oleh Muslim untuk riwayat yang sifatnya hanya mutaaba'ah (riwayat sekunder). Di samping itu, ia adalah perawi yang dhaif dan mempunyai banyak riwayat yang mungkar. Oleh karena itu, riwayatnya tidak dapat dipakai hujjah.
Ibnu Majah meriwayatkan dari Ats-Tsauri, dari Khalid, dari Asma', dari Tsauban, dari Rasulullah SAW semisal hadits di atas. Riwayat ini juga diperkuat riwayat Abdul Aziz bin Al-Mukhtar dari Khalid.
Dalam Sunan Ibn Majjah terdapat riwayat dari Abdullah bin Mas'ud bahwa ia berkata, “Suatu saat kami bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba datang sekelompok pemuda dari Bani Hasyim. Ketika Nabi SAW melihat mereka, maka kedua matanya mengalirkan air mata dan berubah warna (wajahnya) nya.
Maka aku bertanya, “Ada apa denganmu? kami melihat di wajahmu sesuatu yang membuat kami tidak senang."
Beliau menjawab, “Sesungguhnya kami adalah Ahli Bait, Allah telah memilihkan akhirat untuk kami daripada dunia dan sesungguhnya Ahli Baitku akan menemui cobaan dan pengusiran sampai datang suatu kaum dari kawasan timur, bersama mereka ada bendera-bendera hitam.“
Mereka meminta hak akan tetapi tidak diberi, lalu mereka berperang dan diberi kemenangan dalam perang tersebut. Setelah itu, mereka diberi apa yang mereka minta, namun kini mereka tidak mau menerimanya. Karena mereka tidak mau menerima, hak tersebut diberikan kepada seorang lelaki dari Ahli Baitku, maka ia memenuhinya dengan keadilan sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi kezaliman.
Barangsiapa di antara kalian menemukan keadaan demikian, maka datangilah mereka walaupun harus merangkak di atas salju.” (HR Ibnu Majah no. 4082. Al-Albani dalam Dha'iif Ibn Majjah mengatakan bahwa hadis ini adalah dhaif)
Dalam sanad hadis tersebut terdapat Yazid bin Abi Zayyad, seorang yang buruk hafalannya, kacau pikirannya di saat akhir-akhir umurnya dan tamak terhadap harta dunia.
At-Tuwaijri menjelaskan hadis ini dan hadis sebelumnya walaupun seandainya shahih juga tidak dapat digunakan dalil bahwa Al-Mahdi yang berkuasa dari Bani Abbas adalah Al-Mahdi yang muncul pada akhir zaman, akan tetapi ia adalah Al-Mahdi seperti Al-Mahdi Al-Mahdi yang lain.
Sebagai contoh Al-Mahdi Umar bin Abdil Aziz, bahkan Umar ini lebih berhak mendapat julukan Al-Mahdi. Rasulullah SAW telah bersabda, “Hendaklah kamu mengikuti sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin Al-Mahdiyiin (yang mendapatkan petunjuk) setelahku."
Imam Ahmad dan yang lain berpendapat bahwa Umar bin Abdil Aziz termasuk dari mereka. Tidak dapat diragukan lagi bahwa ia adalah seorang yang raasyid (bijaksana) dan mahdi (mendapat petunjuk). Akan tetapi, ia bukanlah Al-Mahdi yang muncul pada akhir zaman.
Al-Mahdi adalah orang yang selalu berpihak pada kebaikan dan kebijaksanaan, seperti Dajjal yang selalu berpihak pada kejahatan dan kesesatan. Sebagaimana di sekitar Dajjal yang paling besar, pemilik hal-hal yang aneh dari segi adat terdapat Dajjal-Dajjal pembohong, maka di sekitar Al-Mahdi yang agung terdapat Al-Mahdi-Al-Mahdi lain yang bijaksana.
Pendapat ketiga, mengatakan bahwa Al-Mahdi yang sebenarnya berasal dari keluarga Nabi SAW, dari keturunan Al-Hasan bin Ali. Ia muncul pada akhir zaman yang sudah penuh dengan kezaliman dan kecurangan, maka ia memenuhinya dengan keadilan.
Kebanyakan hadis menunjukkan ini. Sedang Al-Mahdi berasal dari keturunan Al-Hasan terdapat rahasia, yaitu Al-Hasan ra meninggalkan kekhilafahan karena Allah SWT. Maka Allah menjadikan di antara keturunannya orang yang menjadi khalifah yang memenuhi bumi dengan keadilan.
Ini sudah menjadi sunnatullah, yaitu orang yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan memberikan kepadanya atau keturunannya sesuatu yang lebih baik dari yang telah ditinggalkannya.
Keadaan ini berbeda dengan Al-Husain yang telah berusaha keras mendapatkan kekhilafahan dan bahkan menempuhnya melalui jalan peperangan. Namun apa yang ia lakukan tidak membawa hasil apa-apa. Wallaahu A'lam.
Pendapat keempat, didasarkan pada hadis riwayat Abu Nua'im bahwa Abu Said Al-Khudri berkata:
Rasulullah SAW bersabda, “Akan keluar seorang lelaki dari Ahli Baitku yang mengamalkan sunnahku. Allah menurunkan berkah kepadanya dari langit dan bumi mengeluarkan berkah kepadanya. la memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi kezaliman, ia beramal seperti ini selama tujuh tahun, dan ia turun di Baitul Maqdis.
Abu Nua'im juga meriwayatkan bahwa Abu Umamah ra berkata, “Rasulullah SAW memberikan ceramah kepada kami dan dalam ceramah itu beliau menyebutkan Dajjal.
Beliau berkata, “Maka kota Madinah membersihkan kotorannya sebagaimana ububan (alat peniup api tukang besi) membersihkan kotoran besi. Hari itu dinamakan hari Al-Khalaash (hari pembersihan).
Ummu Syuraik bertanya, “Bagaimana orang Arab pada waktu itu?”
“Mereka pada waktu itu sedikit, kebanyakan mereka berada di Baitul Maqdis dan imam mereka adalah Al-Mahdi, seorang lelaki yang saleh,” jawab Rasul.”
Abu Nua'im juga meriwayatkan bahwa Abdullah bin Abbas ra berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan binasa suatu umat yang aku berada di awalnya, Isa bin Maryam berada di akhirnya dan Al-Mahdi berada di tengah-tengahnya.
At-Tuwaijri menjelaskan hadis-hadis ini walaupun di tengah-tengah sanadnya terdapat unsur dhaif dan aneh, masing-masing saling memperkuat dan mendukung antara satu dengan yang lain.
Syaikh Mutawalli Sya'rawi dalam bukunya berjudul "Alaamaat Al-Qiyaamah Al-Kubraa" menukil pendapat Al-Allamah Hamud At-Tuwaijri, menyebut empat pendapat tersebut.
Baca Juga
Pendapat pertama, mereka berpendapat Al-Mahdi adalah Isa bin Maryam Al-Masih . Mereka mengklaim inilah Al-Mahdi yang sesungguhnya.
At-Tuwaijri menjelaskan, pendapat ini didasarkan pada hadis riwayat Muhammad bin Khalid Al-Jundi dan bahwasanya hadis tersebut tidaklah shahih. Seandainya memang shahih, juga tidak dapat dijadikan hujjah. Karena Isa adalah Al-Mahdi yang terbesar dalam rentang waktu antara masa Nabi Muhammad SAW sampai hari kiamat.
Ada sunnah shahih yang menunjukkan bahwa ia turun di menara putih di kawasan Damaskus bagian timur, berhukum dengan menggunakan Al-Qur'an, membunuh orang-orang Yahudi dan Nasrani, membebaskan pajak, membinasakan pengikut agama-agama (selain Islam) pada zamannya.
Atas dasar itu, kata At-Tuwaijri, benarlah jika kita mengatakan, “Tidak ada Al-Mahdi yang sebenarnya selain ia," walaupun yang lain juga boleh dikatakan Al-Mahdi. Hal ini tidaklah aneh dalam bahasa Arab. Sebagai contoh kita mengatakan, “Tidak dianggap ilmu selain ilmu yang bermanfaat,” atau “Tidak dianggap harta selain apa yang ada di depan seseorang." Disamping itu, kita juga boleh mengatakan, “Sesungguhnya Al-Mahdi hanyalah Isa bin Maryam,” maksudnya Al-Mahdi yang sempurna dan makshum.
Baca Juga
Pendapat kedua, Al-Mahdi yang dimaksud Rasulullah SAW adalah Al-Mahdi yang menjadi salah satu khalifah dari Bani Abbas dan telah selesai zamannya.
Pendapat ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan Ahmad dalam Al-Musnad dari Waki', dari Syuraik, dari Ali bin Zaid, dari Abu Qilabah, dari Tsauban bahwa ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kamu melihat bendera-bendera hitam yang datang dari Khurasan, maka datangilah walaupun kamu harus merangkak di atas salju, karena di situ terdapat khalifah Allah Al-Mahdi.” (HR. Ahmad (5/277) dan Al-Hakim (4/502).
Al-Hakim mengatakan bahwa hadis ini adalah shahih dan telah memenuhi kriteria yang ditentukan Al-Bukhari dan Muslim, namun keduanya tidak meriwayatkannya.
Ali bin Zaid adalah perawi yang dipakai oleh Muslim untuk riwayat yang sifatnya hanya mutaaba'ah (riwayat sekunder). Di samping itu, ia adalah perawi yang dhaif dan mempunyai banyak riwayat yang mungkar. Oleh karena itu, riwayatnya tidak dapat dipakai hujjah.
Ibnu Majah meriwayatkan dari Ats-Tsauri, dari Khalid, dari Asma', dari Tsauban, dari Rasulullah SAW semisal hadits di atas. Riwayat ini juga diperkuat riwayat Abdul Aziz bin Al-Mukhtar dari Khalid.
Dalam Sunan Ibn Majjah terdapat riwayat dari Abdullah bin Mas'ud bahwa ia berkata, “Suatu saat kami bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba datang sekelompok pemuda dari Bani Hasyim. Ketika Nabi SAW melihat mereka, maka kedua matanya mengalirkan air mata dan berubah warna (wajahnya) nya.
Maka aku bertanya, “Ada apa denganmu? kami melihat di wajahmu sesuatu yang membuat kami tidak senang."
Beliau menjawab, “Sesungguhnya kami adalah Ahli Bait, Allah telah memilihkan akhirat untuk kami daripada dunia dan sesungguhnya Ahli Baitku akan menemui cobaan dan pengusiran sampai datang suatu kaum dari kawasan timur, bersama mereka ada bendera-bendera hitam.“
Mereka meminta hak akan tetapi tidak diberi, lalu mereka berperang dan diberi kemenangan dalam perang tersebut. Setelah itu, mereka diberi apa yang mereka minta, namun kini mereka tidak mau menerimanya. Karena mereka tidak mau menerima, hak tersebut diberikan kepada seorang lelaki dari Ahli Baitku, maka ia memenuhinya dengan keadilan sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi kezaliman.
Barangsiapa di antara kalian menemukan keadaan demikian, maka datangilah mereka walaupun harus merangkak di atas salju.” (HR Ibnu Majah no. 4082. Al-Albani dalam Dha'iif Ibn Majjah mengatakan bahwa hadis ini adalah dhaif)
Dalam sanad hadis tersebut terdapat Yazid bin Abi Zayyad, seorang yang buruk hafalannya, kacau pikirannya di saat akhir-akhir umurnya dan tamak terhadap harta dunia.
At-Tuwaijri menjelaskan hadis ini dan hadis sebelumnya walaupun seandainya shahih juga tidak dapat digunakan dalil bahwa Al-Mahdi yang berkuasa dari Bani Abbas adalah Al-Mahdi yang muncul pada akhir zaman, akan tetapi ia adalah Al-Mahdi seperti Al-Mahdi Al-Mahdi yang lain.
Sebagai contoh Al-Mahdi Umar bin Abdil Aziz, bahkan Umar ini lebih berhak mendapat julukan Al-Mahdi. Rasulullah SAW telah bersabda, “Hendaklah kamu mengikuti sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin Al-Mahdiyiin (yang mendapatkan petunjuk) setelahku."
Imam Ahmad dan yang lain berpendapat bahwa Umar bin Abdil Aziz termasuk dari mereka. Tidak dapat diragukan lagi bahwa ia adalah seorang yang raasyid (bijaksana) dan mahdi (mendapat petunjuk). Akan tetapi, ia bukanlah Al-Mahdi yang muncul pada akhir zaman.
Al-Mahdi adalah orang yang selalu berpihak pada kebaikan dan kebijaksanaan, seperti Dajjal yang selalu berpihak pada kejahatan dan kesesatan. Sebagaimana di sekitar Dajjal yang paling besar, pemilik hal-hal yang aneh dari segi adat terdapat Dajjal-Dajjal pembohong, maka di sekitar Al-Mahdi yang agung terdapat Al-Mahdi-Al-Mahdi lain yang bijaksana.
Pendapat ketiga, mengatakan bahwa Al-Mahdi yang sebenarnya berasal dari keluarga Nabi SAW, dari keturunan Al-Hasan bin Ali. Ia muncul pada akhir zaman yang sudah penuh dengan kezaliman dan kecurangan, maka ia memenuhinya dengan keadilan.
Kebanyakan hadis menunjukkan ini. Sedang Al-Mahdi berasal dari keturunan Al-Hasan terdapat rahasia, yaitu Al-Hasan ra meninggalkan kekhilafahan karena Allah SWT. Maka Allah menjadikan di antara keturunannya orang yang menjadi khalifah yang memenuhi bumi dengan keadilan.
Ini sudah menjadi sunnatullah, yaitu orang yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan memberikan kepadanya atau keturunannya sesuatu yang lebih baik dari yang telah ditinggalkannya.
Keadaan ini berbeda dengan Al-Husain yang telah berusaha keras mendapatkan kekhilafahan dan bahkan menempuhnya melalui jalan peperangan. Namun apa yang ia lakukan tidak membawa hasil apa-apa. Wallaahu A'lam.
Pendapat keempat, didasarkan pada hadis riwayat Abu Nua'im bahwa Abu Said Al-Khudri berkata:
Rasulullah SAW bersabda, “Akan keluar seorang lelaki dari Ahli Baitku yang mengamalkan sunnahku. Allah menurunkan berkah kepadanya dari langit dan bumi mengeluarkan berkah kepadanya. la memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi kezaliman, ia beramal seperti ini selama tujuh tahun, dan ia turun di Baitul Maqdis.
Abu Nua'im juga meriwayatkan bahwa Abu Umamah ra berkata, “Rasulullah SAW memberikan ceramah kepada kami dan dalam ceramah itu beliau menyebutkan Dajjal.
Beliau berkata, “Maka kota Madinah membersihkan kotorannya sebagaimana ububan (alat peniup api tukang besi) membersihkan kotoran besi. Hari itu dinamakan hari Al-Khalaash (hari pembersihan).
Ummu Syuraik bertanya, “Bagaimana orang Arab pada waktu itu?”
“Mereka pada waktu itu sedikit, kebanyakan mereka berada di Baitul Maqdis dan imam mereka adalah Al-Mahdi, seorang lelaki yang saleh,” jawab Rasul.”
Abu Nua'im juga meriwayatkan bahwa Abdullah bin Abbas ra berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan binasa suatu umat yang aku berada di awalnya, Isa bin Maryam berada di akhirnya dan Al-Mahdi berada di tengah-tengahnya.
At-Tuwaijri menjelaskan hadis-hadis ini walaupun di tengah-tengah sanadnya terdapat unsur dhaif dan aneh, masing-masing saling memperkuat dan mendukung antara satu dengan yang lain.
(mhy)