Kisah Sayyid Abdul Aziz, Keturunan Nabi Muhammad yang Jadi Raja Islam Pertama Nusantara
loading...
A
A
A
Raja Islam pertama di Nusantara adalah Sayyid Abdul Aziz. Dia adalah keturunan Nabi Muhammad SAW . Ia dilantik secara resmi menjadi Raja Kerajaan Perlak, dengan gelar Sulthan Alaidin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah pada tahun 1214 atau bertepatan dengan 1 Muharam 225 Hijriah.
Prof A Hasjmy dalam bukunya berjudul "Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia" (PT Al Ma’arif, 1993) menyebut dengan naiknya Sayyid Abdul Aziz sebagai Raja, menandakan bahwa Perlak sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara.
Sayyid Abdul Aziz adalah keturunan Nabi Muhammad SAW. Menurut catatan Prof Hasjmy, merujuk pada keterangan dari naskah-naskah kuno yang ia pedomani, disebutkan silsilahnya sebagai berikut: Abdul Aziz Syah bin Ali bin Al Muktabar bin Muhammad Al Baqir bin Ali Muhammad Zainul Abidin bin Husin bin Ali bin Abi Thalib (istri Ali, Fathimah binti Muhammad).
Pendapat Prof Hasjmy tersebut merujuk pada naskah Kitab Idharul Haqq, karangan Abu Ishak Makarani Al Fasy.
Kitab Idharul Haqq tersebut mengisahkan pada tahun 173 H, Nahkoda Khalifah dengan kira-kira 100 orang anggota angkatan dakwahnya telah berlabuh di Bandar Perlak, yang menyamar sebagai “kapal dagang”.
Khalifah sendiri yang menjadi “Kapitain” dari “kapal dagang” tersebut, sehingga disebut “Nahkoda Khalifah”. Anggota dakwahnya berjumlah 100 orang itu, terdiri dari orang-orang Arab, Persia dan India.
Idharul Haqq mencatat bahwa Nahkoda Khalifah amat bijaksana, sehingga dengan hikmah kebijaksanaannya, dalam waktu kurang dari setengah abad, Meurah (Raja) dan seluruh rakyat Kemeurahan Perlak yang beragama Budha/Hindu dan Perbegu, dengan sukarela masuk agama Islam.
Selama proses Pengislaman yang tidak begitu lama itu, para anggota dakwah Nahkoda Khalifah menikahi wanita Perlak. Salah seorang anggota angkatan dari Arab suku Quraisy mengawini Putri Istana Kemeurahan Perlak, sehingga perkawinan itu lahirlah putra campuran pertama, yang diberi nama Sayyid Abdul Aziz.
Idharul Haqq mencatat selanjutnya bahwa pada tanggal 1 Muharam 225 H. Kerajaan Islam Perlak diploklamirkan berdiri. Sayyid Abdul Aziz dilantik menjadi Raja pertama dengan gelar Sulthan Maulana Abdul Aziz Syah.
Asal-usul Nahkoda Khalifah
Juga dikisahkan pada masa pemerintahan Khalifah Abbasiyah Al Makmum bin Harun Al Rasyid, seorang keturunan Ali bin Abi Thalib yang bernama Muhammad bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Baqir bin Ali Zainul Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, memberontak terhadap pemerintah Al Makmun yang berkedudukan di Baghdad. Ia memproklamirkan dirinya sebagai Khalifah yang berkedudukan di Mekkah. Mendengar ini, Al Makmun segera mengirimkan pasukannya untuk menyerang Mekkah, dan meredam pemberontakan tersebut.
Menurut Prof Hasjmy, dengan berpedoman pada kitab kuno, konflik yang terjadi ini adalah respon atas penindasan yang dilakukan dinasti Umayah dan Abbasiyah terhadap para keturunan Ali bin Abi Thalib dan pendukungnya, yang kemudian dikenal dengan kelompok Syiah.
Namun berbeda dari para pendahulunya, setelah berhasil meredam pemberontakan Muhammad bin Ja’far Shadiq, Al Makmun terbilang lunak kepada kelompok Syiah, sehingga ia tidak membunuhnya. Melainkan menyuruhnya pergi dari negeri Arab dan meluaskan syiar agama Islam ke mana saja selain di wilayah kekuasaan Abbasiyah.
Atas maklumat Khalifah tersebut, maka pergilah Muhammad dan para pendukungnya dari negeri Arab ke wilayah Timur jauh dan akhirnya berhenti di pelabuhan Perlak.
Mereka inilah yang menurut Prof Hasjmy yang dimaksud oleh Kitab Idharul Haqq sebagai “Nahkoda Khalifah”. Dan salah satu orang penting dalam rombongan tersebut tidak lain adalah Ali bin Muhammad bin Jakfar Shaddiq yang kemudian menjadi pemimpin rombongan menggantikan ayahnya Muhammad bin Ja’far Shaddiq.
Sebagaimana dituturkan oleh Kitab Idharul Haqq, rombongan ini disambut dengan suka cita oleh Meurah Perlak dan rakyatnya. Mereka demikian baik akhlak dan perangainya, sehingga tidak kurang dari 50 tahun, Islam berhasil tersebar di Negeri Perlak.
Pada waktu rombongan ini sampai di Perlak, Meurah yang memerintah pada saat itu adalah Syahir Nuwi yang menggantikan ayahnya Pangeran Salman dari Persia. Melihat kemulian trah para pendatang ini, dan parangainya yang begitu baik, Meurah Nuwi akhirnya menjodohkan Ali bin Muhammad bin Jakfar Shadiq dengan adik kandungnya yang cantik jelita, Putri Makhdum Tansyuri.
Dari hasil pernikahan inilah, lahir Saiyid Abdullah Aziz. Dan pada saat Meurah Nuwi mangkat, maka diputuskan kedudukan Meurah Perlak diberikan kepada Sayyid Abdul Aziz, yang dinobatkan pada tanggal 1 Muharam 225 Hijriah, dengan gelar Sulthan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah.
Prof A Hasjmy dalam bukunya berjudul "Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia" (PT Al Ma’arif, 1993) menyebut dengan naiknya Sayyid Abdul Aziz sebagai Raja, menandakan bahwa Perlak sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara.
Sayyid Abdul Aziz adalah keturunan Nabi Muhammad SAW. Menurut catatan Prof Hasjmy, merujuk pada keterangan dari naskah-naskah kuno yang ia pedomani, disebutkan silsilahnya sebagai berikut: Abdul Aziz Syah bin Ali bin Al Muktabar bin Muhammad Al Baqir bin Ali Muhammad Zainul Abidin bin Husin bin Ali bin Abi Thalib (istri Ali, Fathimah binti Muhammad).
Pendapat Prof Hasjmy tersebut merujuk pada naskah Kitab Idharul Haqq, karangan Abu Ishak Makarani Al Fasy.
Kitab Idharul Haqq tersebut mengisahkan pada tahun 173 H, Nahkoda Khalifah dengan kira-kira 100 orang anggota angkatan dakwahnya telah berlabuh di Bandar Perlak, yang menyamar sebagai “kapal dagang”.
Khalifah sendiri yang menjadi “Kapitain” dari “kapal dagang” tersebut, sehingga disebut “Nahkoda Khalifah”. Anggota dakwahnya berjumlah 100 orang itu, terdiri dari orang-orang Arab, Persia dan India.
Idharul Haqq mencatat bahwa Nahkoda Khalifah amat bijaksana, sehingga dengan hikmah kebijaksanaannya, dalam waktu kurang dari setengah abad, Meurah (Raja) dan seluruh rakyat Kemeurahan Perlak yang beragama Budha/Hindu dan Perbegu, dengan sukarela masuk agama Islam.
Selama proses Pengislaman yang tidak begitu lama itu, para anggota dakwah Nahkoda Khalifah menikahi wanita Perlak. Salah seorang anggota angkatan dari Arab suku Quraisy mengawini Putri Istana Kemeurahan Perlak, sehingga perkawinan itu lahirlah putra campuran pertama, yang diberi nama Sayyid Abdul Aziz.
Idharul Haqq mencatat selanjutnya bahwa pada tanggal 1 Muharam 225 H. Kerajaan Islam Perlak diploklamirkan berdiri. Sayyid Abdul Aziz dilantik menjadi Raja pertama dengan gelar Sulthan Maulana Abdul Aziz Syah.
Asal-usul Nahkoda Khalifah
Juga dikisahkan pada masa pemerintahan Khalifah Abbasiyah Al Makmum bin Harun Al Rasyid, seorang keturunan Ali bin Abi Thalib yang bernama Muhammad bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Baqir bin Ali Zainul Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, memberontak terhadap pemerintah Al Makmun yang berkedudukan di Baghdad. Ia memproklamirkan dirinya sebagai Khalifah yang berkedudukan di Mekkah. Mendengar ini, Al Makmun segera mengirimkan pasukannya untuk menyerang Mekkah, dan meredam pemberontakan tersebut.
Menurut Prof Hasjmy, dengan berpedoman pada kitab kuno, konflik yang terjadi ini adalah respon atas penindasan yang dilakukan dinasti Umayah dan Abbasiyah terhadap para keturunan Ali bin Abi Thalib dan pendukungnya, yang kemudian dikenal dengan kelompok Syiah.
Namun berbeda dari para pendahulunya, setelah berhasil meredam pemberontakan Muhammad bin Ja’far Shadiq, Al Makmun terbilang lunak kepada kelompok Syiah, sehingga ia tidak membunuhnya. Melainkan menyuruhnya pergi dari negeri Arab dan meluaskan syiar agama Islam ke mana saja selain di wilayah kekuasaan Abbasiyah.
Atas maklumat Khalifah tersebut, maka pergilah Muhammad dan para pendukungnya dari negeri Arab ke wilayah Timur jauh dan akhirnya berhenti di pelabuhan Perlak.
Mereka inilah yang menurut Prof Hasjmy yang dimaksud oleh Kitab Idharul Haqq sebagai “Nahkoda Khalifah”. Dan salah satu orang penting dalam rombongan tersebut tidak lain adalah Ali bin Muhammad bin Jakfar Shaddiq yang kemudian menjadi pemimpin rombongan menggantikan ayahnya Muhammad bin Ja’far Shaddiq.
Sebagaimana dituturkan oleh Kitab Idharul Haqq, rombongan ini disambut dengan suka cita oleh Meurah Perlak dan rakyatnya. Mereka demikian baik akhlak dan perangainya, sehingga tidak kurang dari 50 tahun, Islam berhasil tersebar di Negeri Perlak.
Pada waktu rombongan ini sampai di Perlak, Meurah yang memerintah pada saat itu adalah Syahir Nuwi yang menggantikan ayahnya Pangeran Salman dari Persia. Melihat kemulian trah para pendatang ini, dan parangainya yang begitu baik, Meurah Nuwi akhirnya menjodohkan Ali bin Muhammad bin Jakfar Shadiq dengan adik kandungnya yang cantik jelita, Putri Makhdum Tansyuri.
Dari hasil pernikahan inilah, lahir Saiyid Abdullah Aziz. Dan pada saat Meurah Nuwi mangkat, maka diputuskan kedudukan Meurah Perlak diberikan kepada Sayyid Abdul Aziz, yang dinobatkan pada tanggal 1 Muharam 225 Hijriah, dengan gelar Sulthan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah.
(mhy)