Beginilah Cara Mendidik Anak Meniru Para Nabi

Minggu, 06 November 2022 - 05:15 WIB
loading...
Beginilah Cara Mendidik Anak Meniru Para Nabi
Salah satu cara mendidik anak meniru cara para nabi, yakni berikan pendidikan seorang anak dengan kebaikan dan ketaatannya, dan ajarkan tauhid sejak dini. Foto ilustrasi/ist
A A A
Pendidikan anak adalah prioritas utama para nabi Allah . Selain sebagai penerus dalam berdakwah dan bermuamalah, anak juga bisa menjadi penyebab kebaikan orang tua ketika orangnya sudah meninggal.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

'Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya (HR, at-Tirmidzi).



Memang begitulah syariat Islam. Mendidik anak secara Islami diwajibkan oleh syariat agama ini. Yakni mendidik dengan cara-cara yang baik dan sabar agar mereka mengenal dan mencintai Allah. Mengenalkan kepada anak bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah Tuhan yang menciptakannya dan seluruh alam semesta.

Penting juga mengenalkan dan mencintai Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yang pada diri beliau terdapat suri tauladan yang mulia, serta agar anak mengenal dan memahami Islam untuk diamalkan. Ajarkanlah Tauhid, yaitu bagaimana mentauhidkan Allah, dan jauhkan serta laranglah anak dari berbuat syirik

Karena itulah maka orang tua memiliki peran yang dominan dalam membangun pondasi dan mencetak generasi. Madrastul ula (pendidikan pertama) sang anak bukan dari guru di sekolah, melainkan bimbingan orang tuanya.

Orang tua yang akan mendidik anak-anak dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketegasan Islam dalam mendidik ini, juga bisa dikaji dari sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa ketika anak menginjak usia tujuh tahun, hendaklah kedua orang tua mengajarkan dan memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan shalat.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

"Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah jika enggan melakukan shalat bila telah berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur di antara mereka. (HR Abu Dawud, dalam Shahîh Sunan Abi Dawud)

Dalam kitab Khutabul-Minbariyyah karya Syaikh Shâlih bin Fauzan al-Fauzan, dijelaskan bahwa keberhasilan pendidikan seorang anak dengan kebaikan dan ketaatannya, memiliki manfaat dan pengaruh yang besar bagi para orang tua baik, ketika masih hidup maupun sesudah meninggal dunia.

Ketika orang tua masih hidup, sang anak akan menjadi hiburan, kebahagiaan dan qurrata-a’y‎un (penyejuk hati). Dan ketika orang tua sudah meninggal dunia, maka anak-anak yang shalih senantiasa akan mendoakan, beristighfar dan bersadaqah untuk orang tua mereka.

Sebaliknya, betapa malang orang tua yang anaknya tidak shalih dan ia durhaka. Anak yang durhaka tidak bisa memberi manfaat kepada orang tuanya, baik ketika masih hidup maupun saat sudah meninggal. Orang tua tidak akan bisa memetik buahnya, kecuali hanya kerugian dan keburukan.

Keadaan keburukan seorang anak ini bisa terjadi jika para orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan atau tarbiyyah anak-anaknya. Salah satu contoh dalam tarbiyah yang benar, yaitu hendaklah para orang tua bersikap adil terhadap semua anak-anaknya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita :

فَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ


Maka bertakwalah kalian semua kepada Allah dan berbuatlah adil kepada anak-anakmu. (HR Bukhâri)

Demikianlah perhatian terhadap anak merupakan perkara yang teramat penting dan pertanggung jawaban yang besar di hadapan Allah. Oleh karena itu, para manusia terbaik, yaitu para nabi senantiasa mendoakan kebaikan untuk diri dan anak keturunan mereka.

Nabi Ibrahim Alaihissallam berdoa:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2427 seconds (0.1#10.140)