Kisah Mualaf AS Hoda Boyer: Dari Al-Azhar ke Oak Park

Sabtu, 12 November 2022 - 12:34 WIB
loading...
A A A
Dia perlihatkan foto-foto keluarganya, kakek neneknya berbusana Muslim, mengenakan jubah dan serban. Ia benar-benar kagum dan tak percaya melihat seseorang sholat dalam masjid itu. Kini ada beberapa komunitas sufi tinggal di sana.

Pada bulan Ramadhan, mereka mengerjakan sholat sunnah dan juga aktivitas-aktkvitas lainnya. Lingkungan mereka memang kurang mendukung. Penjaga masjid itu bercerita kalau orang-orang tahu bahwa mereka Muslim, bisa-bisa mereka dianiaya.

"Dari luar kami berpura-pura menjadi pemeluk Kristen, malahan pergi ke gereja segala. Tetapi di dalam hati kami tetap berpegang teguh sebagai Muslim;" katanya.

Mereka menyimpan Al-Quran di tempat yang tersembunyi, dan tetap membacanya. Penanggalan Hijriyah untuk bulan Ramadhan telah ditandainya untuk keperluan selama 500 tahun.

Dia benar-benar tersentuh melihat seseorang melakukan sholat di masjid itu secara terang-terangan. Tetapi, saya pikir, ini kan masjid dan ketika waktu sholat tiba, saya pun segera sholat. Lantas apanya yang salah?

Ia katakan, keluarganya merasa seperti pelindung Islam di Cordoba; merekalah yang menjaga kebersihan masjid, membuka dan mengunci pintu-pintunya. Dan mereka memilih melakukan pekerjaan itu karena ingin menjadi Muslim secara bersungguh-sungguh, meskipun harus sembunyi-sembunyi.

Sebagaimana diketahui, di masa Inkuisisi siapa pun yang dicurigai akan dibunuh atas nama Kristus. Karenanya masa itu benar-benar tak aman, tetapi mereka tetap melindungi dan menjaga masjid sebagai bagian dari kewajiban mereka terhadap agama Islam.

Saya pikir ini merupakan contoh yang baik bagaimana keislaman seseorang dapat dirahasiakan dan tetap dipegang teguh selama bertahun-tahun, sambil menjaga tradisi dan masjid itu.



Melempar Tulang
Untuk dapat menarik masyarakat, sampai tingkat tertentu, sebuah agama haruslah dapat menyesuaikan diri dengan tradisi setempat. Jika tidak, mempengaruhi orang-orang untuk pindah agama tak akan berhasil dalam jangka panjang. Dalam hal ini, baik Kristen maupun Islam, telah mampu beradaptasi dengan tradisi animisme penduduk asli Afrika. Anda dapat menyaksikan hal ini di Sudan. Di sana masih ada tradisi melempar tulang untuk meramal masa depan.

Dan di Sudan, seorang wanita tak boleh kawin sebelum dia disunat. Ini merupakan tradisi yang mengerikan. Akibatnya mereka terserang infeksi. Bagi mereka, masa-masa menstruasi adalah penderitaan yang berkepanjangan. Tetapi, jangan salah paham, tradisi itu bukan tradisi Islam. Dan ternyata orang-orang Kristen di sana juga melakukannya.

Orang-orang Sudan merupakan Muslim yang baik. Bayangkan, mereka tetap berpuasa di bulan Ramadhan, meskipun udara panas sampai 120 derajat (Farenheit).

Ketika saya mengunjungi pelabuhan Sudan, saya pernah menyaksikan seseorang harus mengalami kematian gara-gara ngotot berpuasa di bulan Ramadhan. Dan seorang Imam kemudian berkata, 'Tidak, bukan itu yang dimaksud. Demi Tuhan, jika engkau merasa letih, minumlah. Maksud puasa di bulan Ramadhan sama sekali bukan untuk mencari mati." Memang orang-orang di sana benar-benar rela mengorbankan hidupnya untuk berpuasa di bulan Ramadhan.

Di negara-negara dunia ketiga, banyak sekali orang dan juga binatang berkeliaran di jalanan. Sedangkan hidup orang Amerika telah diatur seperti dalam sebuah mesin besar, sehingga susah untuk menyesuaikan dengan hal-hal yang baru. Di sana tak ada tiang-tiang ataupun dekorasi bernafaskan Islam, seperti di masjid-masjid yang menakjubkan. Keindahan sebuah masjid rasanya dapat membuka hati Anda dan mengkhusyukkan sholat Anda.

Saya percaya betul bahwa bentuk fisik benda-benda di sekitar kita akan mempengaruhi sikap dan perilaku kita. Dan ada bentuk sakral dari arsitektur.

Setiap masjid terdiri dari ruang-ruang kosong. Tak ada patung-patung yang diletakkan di hadapan orang-orang sholat. Tak ada altar, seperti pada gereja-gereja. Anda menghadapkan sholat Anda secara horisontal ke Kiblat di Mekkah, dan secara vertikal kepada Allah. Dan juga ke dalam hati Anda sendiri. Adalah menarik untuk memahami bahwa ruang-ruang kosong masjid itu, agar dipenuhi dengan rahmat Tuhan.



Rindu Masjid
Ada perasaan keislaman manakala Anda masuk ke dalam masjid, entah itu Taj Mahal atau Masjid Sultan Hasan, dan masjid-masjid itu memang ekspresi dari perasaan ini.

Karena saya tinggal jauh dari masjid, saya sholat di rumah. Saya rindu suasana sholat dalam masjid. Ada masjid dekat rumah tetapi masih baru. Kita tahu bahwa masjid Al-Azhar adalah sebuah masjid tua yang dibangun oleh Dinasti Fathimiyyah. Di dalamnya terdapat mihrab. Mereka "memperindah" mihrab itu dengan plastik berlapis batu pualam, yang sepintas tampak seperti ruangan kamar mandi murahan.

Hiasan yang mudah dicopot dan dibersihkan itu merupakan pengganti dari ornamen tua yang sudah hancur. Lapisan batu pualamnya imitasi dan kelihatan seperti linoleum. Sungguh sangat memprihatinkan.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3755 seconds (0.1#10.140)