Sejarah Tarim Yaman, Kota Seribu Wali Penghasil Ulama dan Keturunan Nabi Muhammad
loading...
A
A
A
Sejarah Tarim di Yaman dikenal sebagai Kota Seribu Wali dan penghasil ulama keturunan Nabi Muhammad SAW. Kota yang berada di wilayah Hadhramaut ini berjarak sekitar 600 Km dari ibukota Sana'a Yaman.
Meski tergolong tandus dengan curah hujan rendah, Kota Tarim memiliki hawa sejuk dengan aura yang teduh. Kebutuhan air di Kota Tarim tetap tercukupi dengan banyaknya pohon yang tumbuh di sepanjang jalan. Sehingga dijuluki Tarim al-Ghanna, kota yang rindang karena banyaknya pepohonan.
Tarim dikenal sebagai kota yang sangat relijius dan memegang teguh ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Di kota inilah banyak lahir para Habaib dan ulama keturunan Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam (SAW). Tarim juga dikenal sebagai kota penghasil ulama-ulama besar Mazhab Syafi'i.
Julukan Kota Seribu Wali yang melekat pada Tarim karena terdapat ribuan wali dimakamkan di kota ini. Sebut saja, Imam Abdurahman bin Muhammad Mauladdawilah as-Saqqaf (Assegaf); Imam Abdullah bin Abi Bakar as-Sakran; Imam Ahmad Syahabuddin al-Ashgor; Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad, pengarang Ratibul Haddad; Imam Ahmad bin Hasan al-Atthas dan masih banyak ribuan Wali lainnya.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَاكُمْ أَهْلُ الْيَمَنِ هُمْ أَضْعَفُ قُلُوبًا وَأَرَقُّ أَفْئِدَةً الْفِقْهُ يَمَانٍ وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَةٌ
Artinya: "Abu Hurairah berkata, Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Telah datang penduduk Yaman, mereka adalah kaum yang paling lembut hatinya. Fiqh ada pada orang Yaman. Hikmah juga ada pada orang Yaman." (Shahih Muslim No 74)
Riwayat Al-Bukhari menyebutkan: "Telah datang kepada kalian penduduk Yaman. Mereka adalah orang-orang lembut hatinya, keimanan itu ada dalam penduduk Yaman, dan hikmah juga ada dalam penduduk Yaman." (HR Al-Bukhari)
Sejarah Kota Tarim
Nama Kota Tarim sendiri diambil dari nama seorang penguasa yang membangun kota tersebut bernama Tarim bin Hadhramaut. Sumber lain menyebut yang membangun Kota Tarim adalah Sa'ad Al-Kamil.
Tarim dikenal pula dengan sebutan Madina As-Shiddiq (Kota As-Shiddiq). Di kota ini sahabat Nabi, Abubakar ash-Shiddiq pernah meminta sumpah setia dari penguasa Tarim Ziyad bin Lubaid Al-Anshori dan penduduknya untuk membaiat beliau sebagai khalifah.
Karena sumpah setia itu, Abu Bakar kemudian mendoakan kota ini dengan kalimat indah: "Mudah-mudahan Allah memberikan kemakmuran untuk Kota Tarim. Mudah-mudahan Allah memberkahi kesuburan tanah Kota Tarim dan sumber airnya. Mudah-mudahan Allah memberkahi Tarim dengan banyaknya para ulama yang sholeh dan menjadikannya negeri yang subur akan Auliya-Nya (para wali Allah)."
Allah pun mengabulkan doa Khalifah Abu Bakar. Akhirnya Tarim menjadi kota yang subur dan diberkahi. Kota ini kemudian menjadi persinggahan para Ahlul Bait, anak keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur Sayyidina Husain atau dikenal dengan istilah Habaib.
Anak keturunan Nabi yang pertama kali datang ke Hadhramaut ini adalah Sayyid Ahmad bin Isa (Imam Al-Muhajir) yang hijrah dari Basrah Irak. Beliau datang membawa keluarganya berjumlah 70 orang. Dari sinilah asal mula Habaib hingga hari ini banyak tersebar di Indonesia.
Imam Al-Muhajir (generasi ke-8 keturunan Sayyidina Husain cucu Rasulullah SAW) wafat 345 H (924 M) di Husayyisah, sebuah kota antara Tarim dan Seiyun, Hadhramaut.
Menurut Faisal Zikri yang pernah belajar di Imam Shafie Collage Hadhramaut Yaman menceritakan, Tarim banyak menyimpan khazanah keislaman yang sangat murni dan kental. Di kota ini terdapat 365 masjid, sekitar 5000 manuskrip dari berbagai disiplin ilmu, dan peninggalan-peninggalan Islam lainnya yang sangat berharga.
"Tak salah jika pada tahun 2010, Tarim dinobatkan sebagai Kota Pusat Kebudayaan Islam dunia oleh Organisasi Konferensi Islam dunia," katanya seperti dikutip dari Sanadmedia.
Di kota ini ada tiga pemakaman yang sangat masyhur dan menjadi tempat ziarah penduduk Tarim maupun peziarah dari luar Yaman, yaitu Maqbarak Zanbal, Maqbarah Furaith, dan Maqbarah Basyar.
Di antara keistimewaan Kota Tarim lainnya, ia juga termasuk kota ilmu. Para penduduk kota ini sejak dulu mendalami ilmu fikih Mazhab Syafi'i yang sangat kental.
Selain itu, mereka mengimbanginya dengan tasawuf, ilmu yang mengajarkan penyucian hati, sampai-sampai orang yang boleh menempati shaf pertama di masjid jami' hanyalah para Mufti dan orang-orang salih.
Saking banyaknya wali dan ulama di Tarim, kota ini menjadi berkah dan jauh dari hal-hal negatif. Salah seorang ulama sampai mengatakan, "Syawari' Tarim syaikhun li man la syaikha lahu (jalan-jalan di Kota Tarim adalah guru bagi orang-orang yang tidak mempunyai guru)."
Imam Ahmad bin Hasan al-Atthas (wafat 1330 H) mengatakan, ada tiga hal yang diwajibkan bagi orang-orang yang berkeinginan tinggal di Kota Tarim: tawadhu, adab, dan hidup sederhana.
Demikian sejarah Tarim Yaman hingga dijuluki Kota Seribu Wali. Semoga Allah memberi kita kesempatan untuk mengunjunginya.
Meski tergolong tandus dengan curah hujan rendah, Kota Tarim memiliki hawa sejuk dengan aura yang teduh. Kebutuhan air di Kota Tarim tetap tercukupi dengan banyaknya pohon yang tumbuh di sepanjang jalan. Sehingga dijuluki Tarim al-Ghanna, kota yang rindang karena banyaknya pepohonan.
Tarim dikenal sebagai kota yang sangat relijius dan memegang teguh ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Di kota inilah banyak lahir para Habaib dan ulama keturunan Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam (SAW). Tarim juga dikenal sebagai kota penghasil ulama-ulama besar Mazhab Syafi'i.
Julukan Kota Seribu Wali yang melekat pada Tarim karena terdapat ribuan wali dimakamkan di kota ini. Sebut saja, Imam Abdurahman bin Muhammad Mauladdawilah as-Saqqaf (Assegaf); Imam Abdullah bin Abi Bakar as-Sakran; Imam Ahmad Syahabuddin al-Ashgor; Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad, pengarang Ratibul Haddad; Imam Ahmad bin Hasan al-Atthas dan masih banyak ribuan Wali lainnya.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَاكُمْ أَهْلُ الْيَمَنِ هُمْ أَضْعَفُ قُلُوبًا وَأَرَقُّ أَفْئِدَةً الْفِقْهُ يَمَانٍ وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَةٌ
Artinya: "Abu Hurairah berkata, Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Telah datang penduduk Yaman, mereka adalah kaum yang paling lembut hatinya. Fiqh ada pada orang Yaman. Hikmah juga ada pada orang Yaman." (Shahih Muslim No 74)
Riwayat Al-Bukhari menyebutkan: "Telah datang kepada kalian penduduk Yaman. Mereka adalah orang-orang lembut hatinya, keimanan itu ada dalam penduduk Yaman, dan hikmah juga ada dalam penduduk Yaman." (HR Al-Bukhari)
Sejarah Kota Tarim
Nama Kota Tarim sendiri diambil dari nama seorang penguasa yang membangun kota tersebut bernama Tarim bin Hadhramaut. Sumber lain menyebut yang membangun Kota Tarim adalah Sa'ad Al-Kamil.
Tarim dikenal pula dengan sebutan Madina As-Shiddiq (Kota As-Shiddiq). Di kota ini sahabat Nabi, Abubakar ash-Shiddiq pernah meminta sumpah setia dari penguasa Tarim Ziyad bin Lubaid Al-Anshori dan penduduknya untuk membaiat beliau sebagai khalifah.
Karena sumpah setia itu, Abu Bakar kemudian mendoakan kota ini dengan kalimat indah: "Mudah-mudahan Allah memberikan kemakmuran untuk Kota Tarim. Mudah-mudahan Allah memberkahi kesuburan tanah Kota Tarim dan sumber airnya. Mudah-mudahan Allah memberkahi Tarim dengan banyaknya para ulama yang sholeh dan menjadikannya negeri yang subur akan Auliya-Nya (para wali Allah)."
Allah pun mengabulkan doa Khalifah Abu Bakar. Akhirnya Tarim menjadi kota yang subur dan diberkahi. Kota ini kemudian menjadi persinggahan para Ahlul Bait, anak keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur Sayyidina Husain atau dikenal dengan istilah Habaib.
Anak keturunan Nabi yang pertama kali datang ke Hadhramaut ini adalah Sayyid Ahmad bin Isa (Imam Al-Muhajir) yang hijrah dari Basrah Irak. Beliau datang membawa keluarganya berjumlah 70 orang. Dari sinilah asal mula Habaib hingga hari ini banyak tersebar di Indonesia.
Imam Al-Muhajir (generasi ke-8 keturunan Sayyidina Husain cucu Rasulullah SAW) wafat 345 H (924 M) di Husayyisah, sebuah kota antara Tarim dan Seiyun, Hadhramaut.
Menurut Faisal Zikri yang pernah belajar di Imam Shafie Collage Hadhramaut Yaman menceritakan, Tarim banyak menyimpan khazanah keislaman yang sangat murni dan kental. Di kota ini terdapat 365 masjid, sekitar 5000 manuskrip dari berbagai disiplin ilmu, dan peninggalan-peninggalan Islam lainnya yang sangat berharga.
"Tak salah jika pada tahun 2010, Tarim dinobatkan sebagai Kota Pusat Kebudayaan Islam dunia oleh Organisasi Konferensi Islam dunia," katanya seperti dikutip dari Sanadmedia.
Di kota ini ada tiga pemakaman yang sangat masyhur dan menjadi tempat ziarah penduduk Tarim maupun peziarah dari luar Yaman, yaitu Maqbarak Zanbal, Maqbarah Furaith, dan Maqbarah Basyar.
Di antara keistimewaan Kota Tarim lainnya, ia juga termasuk kota ilmu. Para penduduk kota ini sejak dulu mendalami ilmu fikih Mazhab Syafi'i yang sangat kental.
Selain itu, mereka mengimbanginya dengan tasawuf, ilmu yang mengajarkan penyucian hati, sampai-sampai orang yang boleh menempati shaf pertama di masjid jami' hanyalah para Mufti dan orang-orang salih.
Saking banyaknya wali dan ulama di Tarim, kota ini menjadi berkah dan jauh dari hal-hal negatif. Salah seorang ulama sampai mengatakan, "Syawari' Tarim syaikhun li man la syaikha lahu (jalan-jalan di Kota Tarim adalah guru bagi orang-orang yang tidak mempunyai guru)."
Imam Ahmad bin Hasan al-Atthas (wafat 1330 H) mengatakan, ada tiga hal yang diwajibkan bagi orang-orang yang berkeinginan tinggal di Kota Tarim: tawadhu, adab, dan hidup sederhana.
Demikian sejarah Tarim Yaman hingga dijuluki Kota Seribu Wali. Semoga Allah memberi kita kesempatan untuk mengunjunginya.
(rhs)