Banjir Itu Datang Juga, Menyisakan 40 Pasang Pengikut Nabi Nuh

Selasa, 28 April 2020 - 02:25 WIB
loading...
Banjir Itu Datang Juga, Menyisakan 40 Pasang Pengikut Nabi Nuh
Bahtera itu membawa mereka mengarungi ombak-ombak besar yang bergunung-gunung. Ilustrasi/Ist
A A A
ALLAH SWT mewahyukan kepada Nabi Nuh, “Hai Nuh, apabila dapur rumah anakmu, Sam, telah memancarkan air, maka naiklah ke atas bahtera.”

Sam adalah anak Nuh yang paling besar dan pada saat itu dia berusia 300 tahun. Dia telah kawin dengan seorang wanita yang bernama Rahmah.

Nuh pergi ke rumah anaknya, Sam, dan bertemu menantunya. “Hai Rahmah, topan ini akan bermula dari dapur yang biasa engkau pakai untuk mengadon roti ini. Apabila engkau melihat dapur ini telah memancarkan air, maka saat itu juga cepat-cepat kabarkan kepadaku.”

Dapur itu terbuat dari batu hitam. Dan pada hari Jumat tanggal 10 bulan Rajab, Rahmah mengadon roti di dapur itu. Ketika dia sedang menyelesaikan roti yang terakhir, tiba-tiba ada air mengalir.

Allah SWT berfirman:

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّورُ قُلْنَا احْمِلْ فِيهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلَّا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ وَمَنْ آمَنَ ۚ وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ

Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman". Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. (QS Huud : 40).

Ketika Rahmah melihat air, dia menjerit, “Allahu akbar. Azab yang telah dijanjikan oleh Allah telah datang dan Nabi Nuh berkata benar.”

Dengan segera dia pergi kepada Nabi Nuh AS dan mengabarkan bahwa dapur telah memancarkan air. Mendengar berita itu, Nabi Nuh berkata, “Laa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘Aliyil ‘Azhiim.”

Pada saat itu, Nabi Nuh telah mempersiapkan semua yang dibutuhkan di dalam bahtera, termasuk makanan binatang dan burung sekalipun.

Nabi Nuh kemudian pergi ke rumah anaknya, Sam. Sesampainya di sana, dia melihat air yang memancar dari dapur telah memenuhi ruangan tengah rumah. Air tersebut mengalir dari pintu layaknya sungai yang besar.

Ketika melihat itu, cepat-cepat dia pergi ke bahtera dan berteriak, “Wahai kaumku, selamatkan diri kalian, selamatkan diri kalian!” Atas panggilan itu, umat Nabi Nuh, yang berjumlah 40 laki-laki dan 40 perempuan datang ke bahtera.

Nabi Nuh AS berkata kepada anaknya, Kan’an, “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Anaknya menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!”

وَهِىَ تَجْرِى بِهِمْ فِى مَوْجٍ كَٱلْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبْنَهُۥ وَكَانَ فِى مَعْزِلٍ يَٰبُنَىَّ ٱرْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلْكَٰفِرِينَ

Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir". (QS Hud : 42)

قَالَ سَآوِي إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ

Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (QS Hud : 43)

Allah memberitahu bahwa dia adalah orang yang tidak salih. Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa Kan’an telah tenggelam sebelum dia mencapai gunung.

Ibnu ‘Abbas ra meriwayatkan bahwa tatkala dapur memancarkan air, pintu-pintu langit dibukakan untuk menurunkan air tanpa ada awan dan dunia menjadi gelap gulita.

Malaikat al-Ghadhab (pemarah) memukul-mukulkan sayapnya ke arah matahari dan langit berkata, “Seandainya tidak ada ketentuan yang telah digariskan oleh Allah, tentu air akan mengalir hingga ke bumi lapis ke tujuh.”

Pada saat itu, para lelaki sedang berjalan di jalan-jalan; dari bawah kakinya keluar air. Para wanita berdiam diri di rumahnya; dari bawah mereka keluar air. Air memancar dan bergolak, seperti bergolaknya air yang ada di dalam kuali. Air keluar dari seantero bumi.

Ketika air telah memancar di kota Amsus, yang merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Raja Suraid, dan dia telah mendengar suara orang-orang yang meminta tolong, dia pergi bersama para pembesar kaumnya dan berdiri di atas gunung yang tertinggi untuk melihat keadaan manusia.

Di sana dia berpikir dan tidak sadar air telah meluap dari bawah kudanya. Kemudian dia kembali menuju gedungnya. Ternyata gedung itu telah terendam oleh air yang bergelombang seperti gunung dan tidak ada satu pun barang yang terlihat di atas permukaan bumi.

Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa banjir besar ini bermula dari Kufah dan di sanalah tempat meluapnya air dari dapur. Ketika itu, Nabi Nuh beserta pengikutnya telah naik ke dalam bahtera.

Diriwayatkan, ketika ‘Auj melihat kegentingan ini, dia pergi menuju bahtera dan meletakkan tangannya di atasnya. Nabi Nuh AS berkata kepadanya, “Apa yang engkau inginkan wahai musuh Allah?” ( )

‘Auj menjawab, “Jangan risau wahai Nabiyullah! Biarkan aku berjalan menuruti lajunya bahtera ke mana pun lajunya. Aku letakkan tanganku di atas bahtera ini untuk menenangkan diri dari rasa kaget dan aku mendengar tasbihnya para malaikat.”

Allah mewahyukan kepada Nuh, “Tidak perlu takut kepada ‘Auj. Biarkan dia berjalan bersama lajunya bahtera ke mana pun lajunya.”

Selanjutnya, Nabi Nuh AS mengunci pintu-pintu bahtera dan berkata: “Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Huud : 41).

Bahtera itu membawa mereka mengarungi ombak-ombak besar yang bergunung-gunung. Allah berfirman:

إِنَّا لَمَّا طَغَا ٱلْمَآءُ حَمَلْنَٰكُمْ فِى ٱلْجَارِيَةِ

Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu, ke dalam bahtera. (QS Al-Haaqqah : 11). (Bersambung)
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1894 seconds (0.1#10.140)