Kisah Ahli Antropologi Rolf Freiherr von Ehrenfels yang Rajin ke Masjid saat Masih Nasrani

Selasa, 27 Desember 2022 - 05:15 WIB
loading...
Kisah Ahli Antropologi Rolf Freiherr von Ehrenfels yang Rajin ke Masjid saat Masih Nasrani
Baron menyatakan masuk Islam pada tahun 1927. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Setelah memeluk Islam ia bernama Umar Rolf Baron Ehrenfels. Sebelum itu ia menyandang nama Rolf Freiherr von Ehrenfels. Dia anal satu-satunya anak dari Baron Christian Ehrenfels, pembangun teori structure Psychology modern di Austria.

Rolf Freiherr von Ehrenfels sudah sejak masa anak-anak tertarik oleh dunia Timur umumnya, dunia Islam khususnya.

Saudaranya perempuan, seorang penyair bangsa Austria, Imma von Bedmarhof telah menceritakan hal itu dalam sebuah artikelnya dalam majalah sastra Islam Lahore pada tahun 1953.



Pada waktu Rolf meningkat dewasa, dia pergi ke negara-negara Balkan dan Turki. Ia ikut bersembahyang di mesjid-mesjid, walaupun dia masih seorang Nasrani. Ia mendapat sambutan baik dari kaum Muslimin Turki, Albania, Yunani dan Yugoslavia.

Sesudah itu perhatiannya terhadap Islam semakin bertambah, hingga akhirnya dia menyatakan masuk Islam pada tahun 1927 dan memilih Umar sebagai nama Islamnya.

Pada tahun 1932, beliau mengunjungi anak benua India/Pakistan dan sangat tertarik oleh soal-soal kebudayaan dan sejarah yang berhubungan dengan kedudukan wanita dalam Islam.

Sekembalinya di Austria, Baron mengkhususkan diri dalam mempelajari soal-soal antropologi dari Matilineal Civilisation di India. The Oxford University Press telah menerbitkan buku antropologinya yang pertama (Osmania University series, Hyderabad, Deccan 1941) mengenai topik ini.

Pada waktu Austria diduduki oleh Jerman Nazi tahun 1938, Baron Umar pergi lagi ke India, dan bekerja di Hyderabad atas undangan Sir Akbar Hydari sambil tetap mempelajari soal-soal antropologi di India Selatan dengan mendapat bantuan dari Wenner Gern Foundation New York di Assam.

Sejak tahun 1949 beliau menjadi Kepala Bagian Antropologi pada University of Madras. Pada tahun itu juga beliau mendapat medali emas S.C. Roy Golden Medal atas jasa-jasanya dalam bidang Sosial and Cultural Antropology dari Royal Asiatic Society of Bengal.



Di antara sekian banyak karangan-karangannya tentang Islam dan ilmu pengetahuan, ada dua jilid buku tentang antropologi India dan dunia, "Ilm-ul-Aqwam" (Anjuman Taraqqi-Delhi 1941) dan sebuah risalah tentang suku bangsa Cochin dengan nama "Kadar of Cochin" (Madras 1952).

Berikut penuturan Umar Rolf Baron Ehrenfels tentang dirinya sebagaimana dinukil buku yang diterjemahkan Bachtiar Affandie berjudul "Mengapa Kami Memilih Islam" oleh Rabithah Alam Islamy Mekkah (PT Alma'arif, 1981).

Penggugah terpenting atas kesadaran saya tentang kebenaran agama Islam, agama besar yang sangat berpengaruh atas jiwa saya, ialah bahwa Islam itu menonjol dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan berangsur-angsur itu menurut pikiran saya menunjukkan bahwa agama-agama besar keluar dari hanya satu sumber, bahwa orang-orang yang membawa kerasulan besar itu hanya membawa ajaran-ajaran Tuhan yang Satu, dan bahwa beriman kepada salah satu kerasulan ini berarti mencari Iman dalam Cinta kasih.
Islam, pada pokoknya berarti aman atau selamat dengan cara tunduk kepada hukum yang abadi.

2. Islam ditinjau dari sudut sejarah adalah agama besar terakhir di atas planet bumi ini.



3. Nabi Muhammad SAW adalah Rasul Islam dan mata rantai terakhir dalam rangkaian para Rasul yang membawa risalah-risalah besar.

4. Penerimaan agama Islam dan cara hidup kaum Muslimin oleh orang yang menganut agama yang terdahulu, berarti dia melepaskan diri dari agamanya yang dahulu. Sama seperti memeluk ajaran-ajaran Budha itu berarti melepaskan diri dari ajaran-ajaran Hindu. Agama-agama yang berbeda-beda itu sebenarnya hanya buatan manusia, sedangkan kesatuan agama itu dari dan bersifat ke-Tuhanan. Ajaran-ajaran Al-Qur'an menekankan atas prinsip kesatuan ini. Dan percaya atas kesatuan agama berarti menerima satunya fakta kejiwaan yang umum diterima oleh semua orang, pria dan wanita.

5. Jiwa persaudaraan kemanusiaan yang meliputi semua hamba Allah, selalu ditekankan oleh Islam, berbeda dengan konsep rasialisme atau sukuisme yang berdasarkan perbedaan bahasa, warna kulit, sejarah tradisional dan lain-lain dogma alami.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1571 seconds (0.1#10.140)