John Louis Esposito: Islam Bukan Agama Baru
loading...
A
A
A
Kelompok pengikutnya yang hanya sedikit jumlahnya, satu demi satu dibunuh oleh orang-orang Mekkah, yang menganggap kerasulan dan pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad, dengan kecaman-kecamannya yang tidak langsung terhadap status quo politik dan sosial ekonomi, sebagai tantangan terhadap kepemimpinan dan kepentingan mereka.
Dengan alasan-alasan inilah ketika ia diundang oleh para pemimpin di kota terdekat, Madinah, sebuah kota oasis pertanian, untuk bertindak sebagai pemimpin di sana, ia dan kelompoknya segera berhijrah pada tahun 622 dan mendirikan sebuah masyarakat Islam (ummah) yang pertama di tempat itu.
Posisi Esposito
Sekadar mengingatkan John Louis Esposito (lahir 19 Mei 1940) adalah seorang akademisi Italia-Amerika, profesor studi Timur Tengah dan agama, dan sarjana studi Islam. Ia menjabat sebagai Profesor Agama, Urusan Internasional, dan Studi Islam di Universitas Georgetown di Washington, D.C. Dia juga direktur pendiri Prince Alwaleed Center for Muslim–Christian Understanding di Georgetown.
Esposito dikenal sebagai seorang pengamat Islam atau ―Islamisis yang netral dan relatif proporsional- sebagai pembedaan dengan Orientalis- terkemuka di Barat.
Dia juga dikenal sebagai salah seorang cendekiawan yang sangat aktif menyuarakan dialog peradaban, dialog antarumat beragama, terutama antara Islam dan Kristen.
Ia juga dikenal sebagai penulis yang sangat produktif sekaligus kritis terhadap kajian yang dilakukan oleh para pakar Islam di Barat dan telah melahirkan puluhan karya baik dalam bentuk buku, ratusan artikel, penelitian tentang Islam yang menjadi referensi penting bagi sarjana Muslim dan Barat pada umumnya.
Beberapa karya terpenting Esposito adalah buku The Islamic Threat: Myth or Reality. Karya terpenting lainnya adalah, Islam: The Straight Path, Unholy War: Terror in the Name of Islam dan The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World.
Posisi Esposito seringkali diterjemahkan berbagai kalangan sebagai juru bicara Islam dan Barat mengajak untuk selalu bekerjasama dan tidak tenggelam dalam konflik peradaban. Oleh karena itu, menurut Esposito bahwa saat ini perjumpaan Islam dan Barat harus dimaknai membangun dialog peradaban, bukan konfrontasi atau saling curiga.
Dengan alasan-alasan inilah ketika ia diundang oleh para pemimpin di kota terdekat, Madinah, sebuah kota oasis pertanian, untuk bertindak sebagai pemimpin di sana, ia dan kelompoknya segera berhijrah pada tahun 622 dan mendirikan sebuah masyarakat Islam (ummah) yang pertama di tempat itu.
Posisi Esposito
Sekadar mengingatkan John Louis Esposito (lahir 19 Mei 1940) adalah seorang akademisi Italia-Amerika, profesor studi Timur Tengah dan agama, dan sarjana studi Islam. Ia menjabat sebagai Profesor Agama, Urusan Internasional, dan Studi Islam di Universitas Georgetown di Washington, D.C. Dia juga direktur pendiri Prince Alwaleed Center for Muslim–Christian Understanding di Georgetown.
Esposito dikenal sebagai seorang pengamat Islam atau ―Islamisis yang netral dan relatif proporsional- sebagai pembedaan dengan Orientalis- terkemuka di Barat.
Dia juga dikenal sebagai salah seorang cendekiawan yang sangat aktif menyuarakan dialog peradaban, dialog antarumat beragama, terutama antara Islam dan Kristen.
Ia juga dikenal sebagai penulis yang sangat produktif sekaligus kritis terhadap kajian yang dilakukan oleh para pakar Islam di Barat dan telah melahirkan puluhan karya baik dalam bentuk buku, ratusan artikel, penelitian tentang Islam yang menjadi referensi penting bagi sarjana Muslim dan Barat pada umumnya.
Beberapa karya terpenting Esposito adalah buku The Islamic Threat: Myth or Reality. Karya terpenting lainnya adalah, Islam: The Straight Path, Unholy War: Terror in the Name of Islam dan The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World.
Posisi Esposito seringkali diterjemahkan berbagai kalangan sebagai juru bicara Islam dan Barat mengajak untuk selalu bekerjasama dan tidak tenggelam dalam konflik peradaban. Oleh karena itu, menurut Esposito bahwa saat ini perjumpaan Islam dan Barat harus dimaknai membangun dialog peradaban, bukan konfrontasi atau saling curiga.
(mhy)