Ini Mengapa Byzantium dan Persia Takluk dengan Kekhalifahan Islam
loading...
A
A
A
John Louis Esposito mengatakan dalam waktu seratus tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW , para penggantinya (khalifah-khalifah) mendirikan suatu kerajaan yang lebih besar daripada Roma. Guncangan terhadap tata internasional dan terutama Kristen tak tepermanai.
"Adalah sesuatu yang sulit diterima oleh akal bahwa suku-suku di Arab mampu bersatu dan menundukkan kerajaan Byzantium (Roma Timur) dan kerajaan Persia (Sassaniah), dan menjelang akhir abad itu mampu menciptakan wilayah kekhalifahan yang terbentang dari Afrika Timur sampai India," ujarnya dalam buku yang berjudul "The Islamic Threat: Myth or reality?".
Banyak alasan mengapa ekspansi Arab itu cepat dan berhasil: terkurasnya kekuatan kekaisaran Byzantium dan Persia setelah peperangan bertahun-tahun, ketidakpuasan rakyat kepada penguasa, keterampilan para prajurit Badui, dan daya tarik pampasan perang. Namun, faktor yang utama adalah berdirinya negara dan peran Islam dalam mempersatukan berbagai suku dan memberikan pengertian akan arti dan tujuan yang lebih besar:
Islam... memberikan dukungan ideologis yang kuat untuk terobosan yang luar biasa dalam organisasi sosial ini. Dalam hal ini, penaklukan-penaklukan tersebut benar-benar merupakan gerakan Islam. Karena, adalah Islam -rangkaian kepercayaan agama yang diajarkan oleh Muhammad, dengan segi-segi sosial dan politisnya- yang menyulut keseluruhan proses integrasi itu dan dengan demikian penyebab utama keberhasilan penaklukan tersebut.
Persepsi atau keyakinan bahwa hal ini sebenarnya adalah gerakan Islam, masih dimiliki banyak Muslim, dan menjadi sumber inspirasi dan cita-cita. Karena di zaman sekular ini ada kecenderungan meremehkan agama sebagai faktor utama dalam pembangunan sosisopolitik, pentinglah kiranya untuk mengingat komentar serupa yang menyangkut nilai penting Islam yang utama dalam penaklukan itu dari sebuah karya dua orang ahli sejarah non-Muslim:
Bahkan ahli sejarah sekular pun... harus menganggap Islam sebagai faktor yang menentukan dalam ekspansi yang dilakukan oleh bangsa Arab. Bahwa suku-suku Badui terus-menerus berperang di antara mereka sendiri dan dikenal menghargai kemerdekaan mereka, dan tiba-tiba patuh di bawah kepemimpinan Islam, tak dapat dipahami kecuali dalam konteks Islam.
Islamlah yang membuat mereka bersatu dan memberi pengertian kepada mereka tentang berperang di jalan yang mulia. Apa pun kiranya motif-material semula orang Badui itu... (mereka mendapati diri mereka) berada dalam suatu gerakan yang lebih besar dari apa pun yang pernah mereka impikan, suatu gerakan yang bukan buatan mereka sendiri, yang hanya dapat mereka jelaskan dari segi intervensi Ilahiah dalam urusan manusia.
Pada abad-abad berikutnya, Islam tersebar ke banyak bagian dunia. Ketika pusat kekhalifahan terpecah-pecah, kepemimpinan pun digantikan kesultanan-kesultanan yang membentang dari Afrika hingga Asia Tenggara, dari Timbuktu hingga Filipina Selatan.
Selain itu, muncul kota-kota besar Islam yang kini merupakan republik-republik Asia Tengah di bekas Uni Soviet, Cina, Eropa Timur, Spanyol, Italia Selatan, dan Sisilia.
Pemerintah dan Masyarakat Islam
Esposito juga menjelaskan Wafatnya Muhammad menimbulkan krisis kepemimpinan dalam masyarakat, kemudian tercipta kekhalifahan. Hal ini menebarkan benih-benih yang kemudian menimbulkan munculnya dua golongan besar Islam, Sunni dan Syi'ah.
Ketika Muhammad meninggal dunia, orang-orang Islam menghadapi pemilihan pengganti Nabi. Timbul dua pendapat. Sebagian besar masyarakat yakin bahwa Muhammad tidak menunjuk seorang pengganti dan menerima pemilihan khalifah oleh para sahabat senior Nabi.
Khalifah adalah pemimpin politik masyarakat tanpa menyatakan diri sebagai rasul. Namun, ada juga sekelompok kecil yang yakin bahwa Muhammad telah menunjuk Ali yang, sebagai saudara sepupu dan menantu, merupakan laki-laki tertua dalam keluarga Muhammad.
Bagi para pengikut Ali ini (Syi'i atau "pengikut" Ali), kepemimpinan umat Islam harus berada di tangan anggota keluarga Rasulullah. Ali dan keturunannya seharusnya menjadi pemimpin politik-agama (Imam) umat Islam.
Walaupun bukan rasul, Imam Syi'ah, berbeda dengan khalifah, mendapatkan status yang sangat khusus sebagai pemimpin yang maksum dan bertindak di jalan agama.
Yang dominan adalah pendapat mayoritas kaum Sunni. Masyarakat Islam dipimpin di bawah negara kekhalifahan yang segera diubah menjadi kekhalifahan dinasti dan kekaisaran.
Enam abad pertama Islam dapat dibagi ke dalam tiga periode utama:
Empat Khalifah sejati di Madinah (632-661), disebut demikian karena masih berhubungan dengan zaman Muhammad, pemerintahan mereka dianggap sebagai periode normatif dan formatif ideal Islam; kekhalifahan Umayyah (661-750) di Damaskus; dan kekhalifahan Abbasiyyah (750-1258) di Baghdad.
"Adalah sesuatu yang sulit diterima oleh akal bahwa suku-suku di Arab mampu bersatu dan menundukkan kerajaan Byzantium (Roma Timur) dan kerajaan Persia (Sassaniah), dan menjelang akhir abad itu mampu menciptakan wilayah kekhalifahan yang terbentang dari Afrika Timur sampai India," ujarnya dalam buku yang berjudul "The Islamic Threat: Myth or reality?".
Banyak alasan mengapa ekspansi Arab itu cepat dan berhasil: terkurasnya kekuatan kekaisaran Byzantium dan Persia setelah peperangan bertahun-tahun, ketidakpuasan rakyat kepada penguasa, keterampilan para prajurit Badui, dan daya tarik pampasan perang. Namun, faktor yang utama adalah berdirinya negara dan peran Islam dalam mempersatukan berbagai suku dan memberikan pengertian akan arti dan tujuan yang lebih besar:
Islam... memberikan dukungan ideologis yang kuat untuk terobosan yang luar biasa dalam organisasi sosial ini. Dalam hal ini, penaklukan-penaklukan tersebut benar-benar merupakan gerakan Islam. Karena, adalah Islam -rangkaian kepercayaan agama yang diajarkan oleh Muhammad, dengan segi-segi sosial dan politisnya- yang menyulut keseluruhan proses integrasi itu dan dengan demikian penyebab utama keberhasilan penaklukan tersebut.
Persepsi atau keyakinan bahwa hal ini sebenarnya adalah gerakan Islam, masih dimiliki banyak Muslim, dan menjadi sumber inspirasi dan cita-cita. Karena di zaman sekular ini ada kecenderungan meremehkan agama sebagai faktor utama dalam pembangunan sosisopolitik, pentinglah kiranya untuk mengingat komentar serupa yang menyangkut nilai penting Islam yang utama dalam penaklukan itu dari sebuah karya dua orang ahli sejarah non-Muslim:
Bahkan ahli sejarah sekular pun... harus menganggap Islam sebagai faktor yang menentukan dalam ekspansi yang dilakukan oleh bangsa Arab. Bahwa suku-suku Badui terus-menerus berperang di antara mereka sendiri dan dikenal menghargai kemerdekaan mereka, dan tiba-tiba patuh di bawah kepemimpinan Islam, tak dapat dipahami kecuali dalam konteks Islam.
Islamlah yang membuat mereka bersatu dan memberi pengertian kepada mereka tentang berperang di jalan yang mulia. Apa pun kiranya motif-material semula orang Badui itu... (mereka mendapati diri mereka) berada dalam suatu gerakan yang lebih besar dari apa pun yang pernah mereka impikan, suatu gerakan yang bukan buatan mereka sendiri, yang hanya dapat mereka jelaskan dari segi intervensi Ilahiah dalam urusan manusia.
Pada abad-abad berikutnya, Islam tersebar ke banyak bagian dunia. Ketika pusat kekhalifahan terpecah-pecah, kepemimpinan pun digantikan kesultanan-kesultanan yang membentang dari Afrika hingga Asia Tenggara, dari Timbuktu hingga Filipina Selatan.
Selain itu, muncul kota-kota besar Islam yang kini merupakan republik-republik Asia Tengah di bekas Uni Soviet, Cina, Eropa Timur, Spanyol, Italia Selatan, dan Sisilia.
Pemerintah dan Masyarakat Islam
Esposito juga menjelaskan Wafatnya Muhammad menimbulkan krisis kepemimpinan dalam masyarakat, kemudian tercipta kekhalifahan. Hal ini menebarkan benih-benih yang kemudian menimbulkan munculnya dua golongan besar Islam, Sunni dan Syi'ah.
Ketika Muhammad meninggal dunia, orang-orang Islam menghadapi pemilihan pengganti Nabi. Timbul dua pendapat. Sebagian besar masyarakat yakin bahwa Muhammad tidak menunjuk seorang pengganti dan menerima pemilihan khalifah oleh para sahabat senior Nabi.
Khalifah adalah pemimpin politik masyarakat tanpa menyatakan diri sebagai rasul. Namun, ada juga sekelompok kecil yang yakin bahwa Muhammad telah menunjuk Ali yang, sebagai saudara sepupu dan menantu, merupakan laki-laki tertua dalam keluarga Muhammad.
Bagi para pengikut Ali ini (Syi'i atau "pengikut" Ali), kepemimpinan umat Islam harus berada di tangan anggota keluarga Rasulullah. Ali dan keturunannya seharusnya menjadi pemimpin politik-agama (Imam) umat Islam.
Walaupun bukan rasul, Imam Syi'ah, berbeda dengan khalifah, mendapatkan status yang sangat khusus sebagai pemimpin yang maksum dan bertindak di jalan agama.
Yang dominan adalah pendapat mayoritas kaum Sunni. Masyarakat Islam dipimpin di bawah negara kekhalifahan yang segera diubah menjadi kekhalifahan dinasti dan kekaisaran.
Enam abad pertama Islam dapat dibagi ke dalam tiga periode utama:
Empat Khalifah sejati di Madinah (632-661), disebut demikian karena masih berhubungan dengan zaman Muhammad, pemerintahan mereka dianggap sebagai periode normatif dan formatif ideal Islam; kekhalifahan Umayyah (661-750) di Damaskus; dan kekhalifahan Abbasiyyah (750-1258) di Baghdad.