Mualaf Inggris Itu Pengarang Kisah Laila and Majnun, Begini Perjalanan Rohaninya

Jum'at, 30 Desember 2022 - 10:10 WIB
loading...
Mualaf Inggris Itu Pengarang Kisah Laila and Majnun, Begini Perjalanan Rohaninya
William Burchell Basyir Pickard. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Dia adalah William Burchell Basyir Pickard. Mualaf ini doktor dalam ilmu sastra dari London University ini seorang pengarang terkenal. Salah satu karangannya ialah "Laila and Majnun". Karangan lainnya "The Adventures of Alcassim", "A New World" dan lain-lain.

Berikut ini penuturan William Burchell Basyir Pickard selengkapnya tentang perjalanan rohani dirinya sebagaimana dikutip dalam buku yang diterjemahkan Bachtiar Affandie berjudul "Mengapa Kami Memilih Islam" oleh Rabithah Alam Islamy Mekkah (PT Alma'arif, 1981):



"Semua anak dilahirkan disertai kecenderungan kepada agama fitrah (Islam). Lalu ibu bapaknyalah yang menyebabkan anak menjadi Yahudi, Nasarani atau Majusi." (HR Bukhari dan Muslim).

Dilahirkan sebagai orang Islam itu adalah suatu hakikat yang tidak saya sadari, kecuali sesudah beberapa tahun kemudian. Di sekolah dan di universitas, saya selalu sibuk, mungkin karena terlalu giat dengan soal-soal dan tuntutan-tuntutan masa lalu. Saya tidak memperdulikan pengalaman saya pada waktu-waktu yang sangat berharga itu, akan tetapi pengalaman itu terus maju.

Dalam lingkungan masyarakat Kristen-lah saya mempelajari kehidupan yang baik, berpikir tentang Tuhan, tentang ibadat dan tentang hidup yang lurus. Jika saya waktu itu menilai sesuatu yang paling suci, maka saya menganggap suci kepada keturunan dan keberanian.

Setelah lulus dari Cambridge University, saya pergi ke Afrika Tengah bertugas sebagai pimpinan dalam Protectorat Uganda. Di sanalah saya menemukan kehidupan yang baik dan cemerlang dan sepenuhnya bertentangan dengan apa yang saya bayangkan pada waktu saya masih ada di Inggris.

Kebetulan tugas saya waktu itu mengharuskan saya hidup di tengah-tengah saudara-saudara kita orang-orang kulit hitam yang dalam segala pekerjaan saya tergantung kepada mereka, suatu kesempatan yang menyebabkan saya bisa melihat pandangan hidup mereka yang luas tetapi mudah.



Dunia Timur selalu menarik perhatian saya, dan di Cambridge saya membaca cerita 1001 malam.

Di Afrika sewaktu saya sedang duduk sendirian, saya membacanya sekali lagi. Kehidupan saya yang berpindah-pindah di Uganda, tidak mengurangi perhatian saya kepada dunia Timur.

Sewaktu saya mengalami waktu-waktu yang penting dalam kehidupan ini, pecahlah perang dunia pertama, sehingga saya terpaksa pulang dengan tergesa-gesa ke negeri saya di Eropa, di mana kesehatan saya menjadi lemah.

Setelah sembuh, saya melamar pekerjaan dalam ketentaraan, akan tetapi sayang lamaran saya ditolak, karena alasan kesehatan. Lalu saya datang ke barisan berkuda sukarela dan saya berhasil mengatasi rintangan-rintangan kesehatan dengan satu dan lain cara.

Sewaktu saya mengenakan selempang barisan berkuda, saya merasa senang sekali. Di Prancis sebelah barat saya ikut bertempur di medan Somme pada tahun 1917, di mana saya mendapat luka dan ditangkap sebagai tawanan perang.

Saya pergi ke Belgia, kemudian ke Jerman, di mana saya berbaris di rumah sakit. Di Jerman saya melihat banyak orang yang menderita luka-luka, terutama di kalangan orang-orang Rusia yang menderita disentri.



Saya hampir mati kelaparan, ketika saya tidak berguna buat orang-orang Jerman, sedangkan tulang lengan kanan saya patah dan hanya mengalami kemajuan sedikit saja. Lalu mereka mengirim saya ke sebuah rumah sakit di Swiss.

Saya ingat benar pada waktu itu nilai Al-Qur'an tidak mengecil dalam jiwa saya. Pada waktu saya berada di Jerman, saya telah menulis surat minta dikirim sebuah terjemahan Al-Qur'an dari Sale. Beberapa tahun kemudian, tahulah saya bahwa terjemahan yang dimaksud telah dikirim kepada saya tepat pada waktunya, akan tetapi tidak pernah sampai kepada saya.

Di Swiss kesehatan saya pulih kembali, sesudah mengalami operasi pada lengan dan betis saya, sehingga saya bisa ke luar untuk berjalan jalan. Lalu saya membeli satu terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Prancis, hasil karya Sayary. Naskah itu pada saya sekarang merupakan sesuatu yang amat berharga. Di dalamnya saya menemukan kebahagiaan, dan cahaya jiwa saya memancar memenuhi hati saya dengan keberkahan.

Waktu itu tangan kanan saya masih lemah, sehingga terpaksa saya menulis Al-Qur'an itu dengan tangan kiri.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1879 seconds (0.1#10.140)