Kisah Sufi Yunus Putra Adam: Makanan dari Surga
loading...
A
A
A
"Kami sangat berterima kasih pada Tuan karena Tuan telah menghancurkan rintangan-rintangan yang melingkupi benteng ini," kata putri itu, "dan aku kini bisa kembali kepada ayahandaku dan ingin sekali memberikan hadiah atas kepahlawanan Tuan. Mintalah apa saja yang Tuan mau, niscaya akan dikabulkan."
"Mutiara tanpa banding," sahut Yunus, "hanya satu hal yang kuidamkan, kebenaran. Dan sudah sepantasnya bagi mereka yang memiliki kebenaran untuk mengaruniakannya kepada siapa pun yang bisa memetik manfaat darinya. Hamba mohon pada Paduka Putri, sudilah kiranya Paduka mengaruniakan kebenaran itu kepada hamba."
"Katakanlah Tuan, kebenaran yang sekiranya bisa kusampaikan, niscaya akan kusampaikan."
"Baiklah, Yang Mulia, bagaimana dan dengan aturan apa Makanan Surga, yaitu halwa menakjubkan, yang Paduka kirimkan pada hamba setiap hari, ditakdirkan dikirimkan dengan cara demikian?"
"Yunus, putra Adam," jawab putri itu, "halwa; itu, begitulah engkau menyebutnya, kulempar ke sungai setiap hari sebenarnya sisa-sisa bahan riasan yang kupakai setelah mandi susu."
"Akhirnya aku paham," kata Yunus, "bahwa pengertian manusia terkondisi sesuai dengan kemampuannya untuk mengerti. Bagi Paduka, halwa adalah sisa-sisa bahan perawatan tubuh setiap hari. Tetapi bagi hamba, itu adalah Makanan Surga."
Hanya ada sedikit kisah Sufi, menurut Halqavi (pengarang kisah ini) yang bisa dibaca oleh siapa pun saat kapan pun dan tetap mempengaruhi 'kesadaran batin' secara konstruktif.
"Hampir semua yang lain," katanya, "tergantung pada di mana, kapan, dan bagaimana kisah-kisah itu dipelajari. Dengan begitu, kebanyakan orang hanya akan menemukan di dalamnya apa yang mereka harapkan: hiburan, teka-teki, dan alegori."
Idries Shah dalam bukunya berjudul "Tales of The Dervishes" yang diterjemahkan Ahmad Bahar menjadi "Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi" menjelaskan Yunus, putra Adam, adalah orang Suria, meninggal tahun 1670. Ia adalah seorang penemu dan mempunyai ketrampilan penyembuhan yang luar biasa.
"Mutiara tanpa banding," sahut Yunus, "hanya satu hal yang kuidamkan, kebenaran. Dan sudah sepantasnya bagi mereka yang memiliki kebenaran untuk mengaruniakannya kepada siapa pun yang bisa memetik manfaat darinya. Hamba mohon pada Paduka Putri, sudilah kiranya Paduka mengaruniakan kebenaran itu kepada hamba."
Baca Juga
"Katakanlah Tuan, kebenaran yang sekiranya bisa kusampaikan, niscaya akan kusampaikan."
"Baiklah, Yang Mulia, bagaimana dan dengan aturan apa Makanan Surga, yaitu halwa menakjubkan, yang Paduka kirimkan pada hamba setiap hari, ditakdirkan dikirimkan dengan cara demikian?"
"Yunus, putra Adam," jawab putri itu, "halwa; itu, begitulah engkau menyebutnya, kulempar ke sungai setiap hari sebenarnya sisa-sisa bahan riasan yang kupakai setelah mandi susu."
"Akhirnya aku paham," kata Yunus, "bahwa pengertian manusia terkondisi sesuai dengan kemampuannya untuk mengerti. Bagi Paduka, halwa adalah sisa-sisa bahan perawatan tubuh setiap hari. Tetapi bagi hamba, itu adalah Makanan Surga."
Hanya ada sedikit kisah Sufi, menurut Halqavi (pengarang kisah ini) yang bisa dibaca oleh siapa pun saat kapan pun dan tetap mempengaruhi 'kesadaran batin' secara konstruktif.
"Hampir semua yang lain," katanya, "tergantung pada di mana, kapan, dan bagaimana kisah-kisah itu dipelajari. Dengan begitu, kebanyakan orang hanya akan menemukan di dalamnya apa yang mereka harapkan: hiburan, teka-teki, dan alegori."
Idries Shah dalam bukunya berjudul "Tales of The Dervishes" yang diterjemahkan Ahmad Bahar menjadi "Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi" menjelaskan Yunus, putra Adam, adalah orang Suria, meninggal tahun 1670. Ia adalah seorang penemu dan mempunyai ketrampilan penyembuhan yang luar biasa.
Baca Juga
(mhy)