Kisah John Webster: Mendapat Hidayah Allah Taala setelah Sempat Menjadi Komunis

Kamis, 12 Januari 2023 - 08:52 WIB
loading...
Kisah John Webster:...
Mohammad John Webster. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Mohammad John Webster. Begitu nama mualaf ini setelah menjadi Muslim. Ia lahir di London, Inggris , pada Desember 1913 dan wafat pada 15 Desember 2008. Webster dibesarkan dalam keluarga Protestan. Ia mendapat hidayah Allah SWT, menjadi muslim, setelah sempat aktif sebagai seorang komunis, lalu penganut pantheisme.

Dalam pejalanan hidupnya Webster aktif berdakwah dan sempat menjabat sebagai Presiden The English Muslim Mission.

Webster sempat menjelajahi berbagai ideologis dari tengah ke paling kiri, lalu ke ekstrem kanan dan kembali ke tengah lagi. Ia adalah penganut komunis pada tahun 1940-an, kemudian mengikuti pandangan anti-Semit dari kaum fasis Inggris. Dia pernah menjadi "anggota pembawa kartu" dari partai Komunis, kemudian seorang fasis.



Berikut penuturuan Mohammad John Webster selengkapnya tentang perjalanan rohaninya sebagaimana dinukil buku yang diterjemahkan Bachtiar Affandie berjudul "Mengapa Kami Memilih Islam" oleh Rabithah Alam Islamy Mekkah (PT Alma'arif, 1981).

Saya lahir di kota London dan saya tumbuh sebagai orang Kristen Protestan. Pada tahun 1930, sewaktu saya masih berumur belasan tahun, saya menghadapi berbagai kesulitan yang biasa dijumpai oleh setiap pemuda yang cerdas yang mempergunakan akal pikirannya, yaitu mengenai beberapa persoalan hidup sehari-hari yang pada dasarnya bertalian dengan tuntutan agama. Di sinilah saya mulai menemukan kelemahan agama Kristen.

Agama Kristen adalah satu kepercayaan campuran yang menganggap dunia sebagai dosa sambil berusaha menyesuaikan dirinya dengan kenyataan-kenyataan hidup dan menggantungkan harapan kepada kehidupan akhirat. Sebagai hasilnya, ditetapkanlah melaksanakan keagamaan pada hari Minggu secara khusus yang dianggap tidak ada bandingannya dalam hari-hari lain dalam seminggu.



Pada waktu Inggris menghadapi masalah-masalah kemiskinan dan ketidaktentraman masyarakat, Agama Kristen tidak berusaha sedikitpun untuk menyelesaikannya. Karena itulah, maka dengan semangat seorang pemuda dan pengaruh emosi yang melebihi pengaruh ilmu pengetahuan, kepercayaan saya kepada gereja itu menjadi luntur, dan jadilah saya seorang komunis.

Akan tetapi komunisme hanya memberi kepuasan terbatas dan tertentu kepada pemuda-pemuda emosional berumur belasan tahun. Lalu tidak lama kemudian kelihatan tabi'atnya yang buruk berdasarkan perjuangan klas yang tidak pernah akan berhenti.

Setelah saya menolak komunisme dengan dasar materialismenya, mulailah saya mempelajari falsafah dan agama-agama. Saya mulai mempelajari keadaan sekeliling saya, suatu hal yang menyebabkan saya memeluk pantheisme, suatu agama yang menganggap suci kepada alam dan menghormati undang-undangnya.

Kami orang-orang Barat menemui kesulitan untuk mengenal Islam, sebab sejak terjadinya perang Salib ada satu komplotan tersembunyi atau pertimbangan yang keliru tentang soal-soal ke-Islaman.

Kemudian pada waktu saya tinggal di Australia, saya telah minta satu copy Kitab Suci Al-Qur'an pada Sydney Public Library. Akan tetapi sesudah saya membaca kata pengantar dari penterjemahnya, saya merasa adanya fanatisme yang menentang Islam secara terang-terangan.

Oleh karena itu, lalu saya tutup saja buku itu dan saya tinggalkan. Di sana tidak ada Al-Qur'an terjemahan seorang Muslim. Beberapa minggu kemudian pada waktu saya ada di Perth, Australia Barat, saya sekali lagi menanyakan pada perpustakaan satu copy Al-Qur'an dengan syarat penterjemahnya seorang Islam.



Saya tidak bisa menggambarkan dengan kata-kata tentang tanggapan saya yang langsung sesudah saya membaca surat pertama di dalamnya, yakni Surat Al-Fatihah dengan ayat-ayatnya yang tujuh. Kemudian saya membaca sejarah kehidupan Rasulullah SAW . Saya menghabiskan waktu beberapa jam di Perpustakaan hari itu, dan saya telah menemukan apa yang sebenarnya saya inginkan, yakni dengan kurnia Allah SWT saya telah menjadi orang Islam, pada hal sebelum itu saya belum pernah bertemu dengan orang Islam. Hari itu saya keluar dari perpustakaan dengan perasaan lesu, akibat kesungguhan saya berpikir dengan semangat yang meluap.

Pengalaman saya selanjutnya ialah saya masih bertanya kepada diri saya sendiri: Apakah itu benar-benar suatu kejadian atau hanya sekadar impian? Sungguh sulit bagi saya untuk mempercayai apa yang telah terjadi.

Saya keluar dari perpustakaan untuk minum kopi. Di tengah perjalanan saya melihat pada sebuah gedung tinggi ada tulisan "Muslim Mosque". Lalu saya katakan kepada diri saya waktu itu juga: Sesudah engkau mengetahui kebenaran, engkau wajib mengikutinya segera.

Laa Ilaaha Illallah, Muhammadur Rasulullah. Demikianlah dengan rahmat dan kurnia Allah SWT saya telah menjadi seorang Muslim.

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2958 seconds (0.1#10.140)