QS. Asy-Syu'ara' Ayat 129

وَ تَتَّخِذُوۡنَ مَصَانِعَ لَعَلَّكُمۡ تَخۡلُدُوۡنَ​ۚ‏
Wa tattakhizuuna masaani'a la'allakum takhluduun
dan kamu membuat benteng-benteng dengan harapan kamu hidup kekal?
Juz ke-19
Tafsir
Dan kamu membuat benteng-benteng yang kokoh dan kuat, atau penampungan-penampungan air yang besar dengan maksud supaya kamu kekal di dunia?"
Ayat ini menerangkan peringatan Hud kepada kaumnya yang membangun istana dan benteng-benteng yang kukuh dengan maksud ingin hidup abadi di dunia, padahal sesungguhnya hanya Allah Yang Mahakuasa.

Sejarah membuktikan bahwa 'ad telah mampu membangun perusahaan-perusahaan, menggali logam dalam bumi, dan membuat kanal-kanal untuk irigasi yang teratur. Dengan adanya irigasi yang teratur itu, bumi mereka menjadi subur sehingga kemakmuran mereka semakin meningkat. Mereka mendirikan kota Iram dengan tiang yang tinggi dan megah sebagai ibu kota kerajaan mereka. Pendirinya bernama Syaddad bin 'ad, salah seorang raja mereka. Di sekeliling kota ini, mereka dirikan benteng-benteng yang kuat untuk mempertahankannya dari serangan musuh.

Kemakmuran dan kekuatan yang mereka miliki itu membuat mereka menjadi sombong dan takabur. Mereka mengira bahwa keadaan mereka yang demikian itu akan kekal selama-lamanya. Mereka membangkang kepada Allah dengan menyembah berhala dan berbuat semena-mena. Allah berfirman:

Maka adapun kaum 'Ad, mereka menyombongkan diri di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran dan mereka berkata, "Siapakah yang lebih hebat kekuatannya dari kami?" Tidakkah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan mereka. Dia lebih hebat kekuatan-Nya dari mereka? Dan mereka telah mengingkari tanda-tanda (kebesaran) Kami. (Fussilat/41: 15).
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Asy-Syu'ara'
Surat ini terdiri dari 227 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan Asy Syu'araa' (kata jamak dari Asy Syaa'ir yang berarti penyair) diambil dari kata Asy Syuaraa' yang terdapat pada ayat 224, yaitu pada bagian terakhir surat ini, di kala Allah s.w.t. secara khusus menyebutkan kedudukan penyair- penyair. Para penyair-penyair itu mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda dengan para rasul-rasul; mereka diikuti oleh orang-orang yang sesat dan mereka suka memutar balikkan lidah dan mereka tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan. Sifat-sifat yang demikian tidaklah sekali-kali terdapat pada rasul-rasul. Oleh karena demikian tidak patut bila Nabi Muhammad s.a.w. dituduh sebagai penyair, dan Al Quran dituduh sebagai syair, Al Quran adalah wahyu Allah, bukan buatan manusia.