QS. Al-Hijr Ayat 2
Dalam suatu hadis diterangkan saat-saat penyesalan mereka itu:
Dari Abu Musa semoga Allah meridainya, ia berkata, "Rasulullah Berkata saw, "Apabila telah berkumpul penghuni neraka dan beserta mereka ada orang yang dikehendaki Allah dari ahli kiblat (orang yang mukmin), orang kafir berkata kepada orang-orang Islam, "Bukankah kamu sekalian dahulu orang-orang Islam." Orang Islam berkata, "Benar." Mereka berkata, "Tidaklah berfaedah bagimu agama Islam yang kamu anut dahulu, sehingga kamu dikumpulkan bersama kami di neraka ini?" Orang-orang Islam berkata, "Kami telah mengerjakan perbuatan dosa, maka kami diazab karenanya." Maka Allah swt mendengar pembicaraan mereka, lalu memerintahkan orang-orang Islam yang berada di dalam neraka itu untuk dikeluarkan. Tatkala orang-orang kafir yang tinggal melihat yang demikian, mereka berkata, "Wahai seandainya kami dahulu orang muslim, tentu kami akan dikeluarkan pula dari neraka, sebagaimana mereka dikeluarkan." Abu Musa Berkata, "Kemudian Rasulullah saw mengucap-kan, "Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk." Dan selanjutnya beliau membaca ayat ini." (Riwayat ath-thabrani)
Firman Allah swt yang senada dengan ayat ini ialah:
Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata, "Seandainya kami dikembalikan (ke dunia) tentu kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman." (al-An'am/6: 27)
Sebagaimana disebut dalam al-Maragi, Az-Zajjaj mengatakan, "Sesungguhnya orang kafir, tatkala melihat keadaan azab neraka dan melihat keadaan orang Islam di surga, mereka berangan-angan, seandainya dahulu waktu di dunia mereka adalah orang-orang muslim."
Demikianlah Allah melukiskan watak manusia yang ingkar kepada Allah. Mereka hanya ingat kepada Allah sewaktu bahaya dan azab menimpa mereka, tetapi bila bahaya dan azab itu telah tiada, mereka kembali ingkar kepada Allah penolong dan pencipta mereka. Hal yang seperti itu terjadi pula pada orang-orang kafir yang berangan-angan kembali hidup di dunia untuk beribadah dan mereka berjanji seandainya angan-angan mereka itu dikabulkan, mereka akan beriman dengan sungguh-sungguh tidak akan ingkar lagi seperti dahulu. Seandainya manusia itu benar-benar mau beriman, telah cukup petunjuk-petunjuk Allah swt yang disampaikan oleh para nabi dan rasul-Nya, tetapi kebanyakan manusia terpengaruh oleh kesenangan hidup duniawi yang sifatnya sementara. Mereka lebih meng-hambakan diri kepada setan yang terkutuk daripada menghambakan diri kepada Allah, Tuhan penciptanya. Telah cukup banyak kesempatan untuk bertobat yang diberikan Allah sewaktu di dunia kepada mereka, tetapi mereka mengabaikan kesempatan itu. Setelah mereka di akhirat, kesempatan itu tidak akan diberikan lagi. Bagi mereka telah berlaku ketentuan Allah yang akan mengazab setiap orang yang ingkar kepada-Nya.
Ayat ini merupakan peringatan keras bagi orang-orang musyrik Arab khususnya, dan orang-orang kafir pada umumnya, terutama mereka yang menghalangi tersiarnya agama Allah di muka bumi. Bagi Nabi saw dan para sahabat, ayat ini merupakan kabar gembira. Pada saat turunnya ayat ini, orang kafir menghalangi dengan keras terlaksananya dakwah Islam yang sedang dilakukan Nabi saw dan para sahabat, bahkan kaum musyrik Mekah telah sampai pada tingkat melakukan tindakan penganiayaan disertai dengan ancaman yang keras kepada pengikut Nabi Muhammad, sehingga Nabi dan para sahabat hampir putus asa dan khawatir, seandainya tugas yang dipikulkan Allah tidak dapat terlaksana dengan baik. Turunnya ayat ini menimbulkan rasa optimis. Ketabahan, dan kesabaran mereka bertambah dalam menyiarkan agama Allah karena mereka betul-betul percaya agama Islam pasti berkembang dan kemenangan paling hakiki ialah kemenangan yang akan diperoleh di akhirat nanti.
Dari ayat ini dan hadis di atas dapat dipahami bahwa pahala atau siksa yang akan diterima oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang yang kafir adalah setimpal dan sesuai dengan perbuatan yang pernah mereka lakukan sewaktu di dunia.
Surat ini terdiri atas 99 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, karena diturunkan di Mekah sebelum hijrah. Al Hijr adalah nama sebuah daerah pegunungan yang didiami zaman dahulu oleh kaum Tsamud terletak di pinggir jalan antara Madinah dan Syam (Syria). Nama surat ini diambil dari nama daerah pegunungan itu, berhubung nasib penduduknya yaitu kaum Tsamud diceritakan pada ayat 80 sampai dengan 84, mereka telah dimusnahkan Allah s.w.t., karena mendustakan Nabi Shaleh a.s. dan berpaling dari ayat-ayat Allah. Dalam surat ini terdapat juga kisah-kisah kaum yang lain yang telah dibinasakan oleh Allah seperti kaum Luth a.s. dan kaum Syu'aib a.s. Dari ke semua kisah-kisah itu dapat diambil pelajaran bahwa orang-orang yang menentang ajaran rasul-rasul akan mengalami kehancuran.
Bacaan selawat asyghil pertama kali dicetuskan oleh Jafar bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali Al-Murtadlo. Kata asyghil, dalam bahasa Arab berarti sibuk.
Bacaan doa agar tidak hujan bisa diamalkan jika turunnya hujan justru merugikan diri kita. Doa ini dikenal juga sebagai doa agar dihindarkan dari hujan yang merusak.
Surat Al Araf ayat 1-20 memberikan berbagai kandungan penting, mulai dari pengingat akan kebesaran Allah hingga panduan menjalani kehidupan yang penuh makna.
Ahmad Al-Badawi dituduh menyebarkan agama Kristen oleh orang Islam ia pun ditolak oleh orang Kristen karena tak mau menerima dogma-dogma Kristen secara harafiah. Ia pendiri tarekat Badawi Mesir.
Hukum tajwid Surat Yasin ayat 16-18 penting dipelajari kaum muslim. Tak sekadar menambah ilmu atau pengetahuan, namun juga ditujukan agar nantinya tidak keliru saat membacanya.