QS. Ar-Rum Ayat 27

وَهُوَ الَّذِىۡ يَـبۡدَؤُا الۡخَـلۡقَ ثُمَّ يُعِيۡدُهٗ وَهُوَ اَهۡوَنُ عَلَيۡهِ‌ؕ وَلَهُ الۡمَثَلُ الۡاَعۡلٰى فِى السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ‌ۚ وَهُوَ الۡعَزِيۡزُ الۡحَكِيۡمُ
Wa Huwal lazii yabda'ul khalqa summa yu'iiduhuu wa huwa ahwanu 'alaih; wa lahul masalul la'laa fissamaawaati wal-ard; wa Huwal 'Aziizul Hakiim
Dan Dialah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya. Dia memiliki sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
Juz ke-21
Tafsir
Hari kebangkitan bukanlah sesuatu yang mustahil bagi Allah, sebab Dialah yang memulai penciptaan manusia dari tidak ada kemudian mengulanginya dengan membangkitkan kembali menjadi makhluk yang baru, dan yang demikian itu menurut akalmu, wahai orang-orang kafir, mestinya lebih mudah bagi-Nya. Hanya bagi-Nya sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi sebagai Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang serupa dengan-Nya, dan penyandang segala kesempurnaan. Dan Dia Yang Mahaperkasa tanpa tandingan, Mahabijaksana dalam penciptaan dan pengurusan-Nya.
Ayat ini juga merupakan kesimpulan dari ayat terdahulu. Ayat ini menetapkan bahwa siapa yang memiliki semua langit dan bumi, Dialah yang memulai kejadiannya, dan Dia pula yang akan mengembalikannya sesudah mati seperti semula.

Pada ayat 11 di atas telah disebutkan mengenai permulaan kejadian manusia dan pengembaliannya pada kehidupan setelah mati. Hal itu diulang lagi di sini untuk menguatkan pernyataan itu setelah diterangkan bukti kebesaran Allah tersebut di atas. Di sini ditambahkan dengan pernyataan bahwa menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dalam ayat ini ada kata-kata "lebih mudah" yakni menghidupkan adalah lebih mudah bagi Allah daripada penciptaannya semula. Akan tetapi, lebih mudahnya menghidupkan kembali daripada menciptakan semua itu adalah dengan membandingkannya kepada kebiasaan yang berlaku pada manusia, bukan dihubungkan kepada Allah, sebab bagi Allah semuanya adalah mudah. Allah tidak akan merasa berat mengadakan sesuatu apa pun. Allah berfirman:

Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu. (Yasin/36: 82)

Bagi manusia, menciptakan sesuatu lebih sukar daripada mengulangi segala daya upaya, kesungguhan, dan lain sebagainya. Dalam usahanya itu, mereka melakukan kesalahan berulang kali, baru sampai kepada yang dimaksud. Setelah sampai kepada yang dicita-citakan, tentu mengulang membuatnya kembali lebih mudah baginya, tidak membutuhkan tenaga seperti saat memulainya, sebab segala sesuatu telah terbayang dalam benaknya bagaimana cara membuatnya. Adapun bagi Allah tidak ada yang lebih mudah atau lebih sukar. Semuanya mudah bagi-Nya.

Allah swt berfirman, "Anak Adam telah berbohong kepadaku dan mencelaku, padahal kebohongan dan celaan itu tidak pernah ada. Adapun kebohongan mereka terhadapku adalah perkataan mereka, 'Allah tidak bisa mengembalikanku sebagaimana Dia menciptakanku. Dan tidak ada permulaan ciptaan itu lebih mudah bagiku daripada mengembalikannya. Adapun celaan mereka terhadapku adalah ucapan mereka, 'Allah mengambil (mempunyai) anak. Dan Aku adalah satu, tempat bergantung segala sesuatu, Aku tidak melahirkan dan Aku tidak dilahirkan, dan juga tidak ada satu pun yang setara dengan-Ku." (Riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah)

Kata-kata "lebih mudah" ini diberi komentar pula dengan kalimat "Dia memiliki sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi." Allah itu tunggal di segala langit dan bumi dengan segala sifat-sifat-Nya, tidak ada suatu apa pun yang berserikat dengan-Nya. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan-Nya. Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kata-kata "perkasa" di sini berarti "yang menang, atau yang dapat membuat apa yang dikehendaki." "Bijaksana" berarti mengendalikan segala makhluk dengan teliti dan dengan batas-batasnya.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Ar-Rum
Surat Ar Ruum terdiri atas 60 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah diturunkan sesudah ayat Al Insyiqaq. Dinamakan Ar Ruum karena pada permulaan surat ini, yaitu ayat 2, 3 dan 4 terdapat pemberitaan bangsa Rumawi yang pada mulanya dikalahkan oleh bangsa Persia, tetapi setelah beberapa tahun kemudian kerajaan Ruum dapat menuntut balas dan mengalahkan kerajaan Persia kembali. Ini adalah suatu mukjizat Al Quran, yaitu memberitakan hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dan juga suatu isyarat bahwa kaum muslimin yang demikian lemahnya di waktu itu akan menang dan dapat menghancurkan kaum musyrikin. Isyarat ini terbukti pertama kali pada perang Badar.