QS. Al-Qasas Ayat 63

قَالَ الَّذِيۡنَ حَقَّ عَلَيۡهِمُ الۡقَوۡلُ رَبَّنَا هٰٓؤُلَاۤءِ الَّذِيۡنَ اَغۡوَيۡنَا ۚ اَغۡوَيۡنٰهُمۡ كَمَا غَوَيۡنَا‌ ۚ تَبَـرَّاۡنَاۤ اِلَيۡكَ‌ مَا كَانُوۡۤا اِيَّانَا يَعۡبُدُوۡنَ
Qoolal laziina haqqa 'alaihimul qawlu Rabbanaa haaa'ulaaa'il laziina aghwainaa aghwainaahu kamaa ghawainaa tabarraanaaa ilaika maa kaanuu iyyaanaa ya'buduun
Orang-orang yang sudah pasti akan mendapatkan hukuman berkata, "Ya Tuhan kami, mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu; kami telah menyesatkan mereka sebagaimana kami (sendiri) sesat, kami menyatakan kepada Engkau berlepas diri (dari mereka), mereka sekali-kali tidak menyembah kami."
Juz ke-20
Tafsir
Mendengar pertanyaan itu, orang-orang yang sudah pasti akan mendapatkan hukuman Allah, yaitu para pemimpin kaum kafir, berkata, “Ya Tuhan Pemelihara dan Pelimpah aneka nikmat kepada kami, kami mengaku bahwa mereka inilah orang-orang yang dahulu kami sesatkan itu, melalui ucapan, tindakan dan keteladanan kami. Dengan mengharap akan dibebaskan atau diringankan dari siksa mereka melontarkan pengakuan dengan berkata, “Kami mengaku telah menyesatkan mereka sebagaimana kami sendiri sesat. Tetapi hal itu karena mereka sendiri telah memilih dan menerima kekufuran sebagaimana halnya kami. Pada hari ini, kami menyatakan kepada Engkau berlepas diri dari segala sesuatu tentang mereka, dan juga dari kekufuran yang mereka pilih di dunia. Mereka sekali-kali tidak menyembah atau menaati kami, tetapi mereka menyembah dan menuruti hawa nafsu mereka sendiri.”
Ayat ini menerangkan jawaban para penyesat dan pengajak kepada kekafiran yang berusaha melepaskan diri dari tanggung jawabnya menyesatkan orang lain. Mereka telah dipastikan mendapat kemurkaan dan yang telah mendapat ancaman dari Allah dengan firman-Nya:

Pasti akan Aku penuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia bersama-sama. (as-Sajdah/32: 13)

Para pengajak kepada kekafiran itu akhirnya masuk ke dalam neraka. Mereka berkata, "Wahai Tuhan kami, mereka itulah yang telah kami sesatkan sebagaimana kami juga sesat. Kami sekadar mengajak mereka lalu mereka mengikuti ajakan kami yang menyesatkan itu dengan kemauan sendiri. Tidak ada paksaan sama sekali dari kami." Ketika mereka diajak untuk beriman kepada Allah, mereka tidak menghiraukannya sama sekali padahal ajakan itu adalah ajakan yang sebenarnya. Peristiwa semacam ini sama dengan peristiwa yang akan terjadi di akhirat yaitu dialog antara setan dengan manusia yang telah disesatkannya, sebagaimana firman Allah:

Dan setan berkata ketika perkara (hisab) telah diselesaikan, "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekadar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku tidak dapat menolongmu, dan kamu pun tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu." Sungguh, orang yang zalim akan mendapat siksaan yang pedih. (Ibrahim/14: 22)

Pembelaan diri setan dengan mengatakan bahwa orang yang sesat itu mematuhi ajakannya dengan kemauan mereka sendiri, bukan tekanan darinya karena ia tidak punya kekuasaan atas manusia, dikuatkan oleh firman Allah kepada Iblis:

Sesungguhnya kamu (Iblis) tidak kuasa atas hamba-hamba-Ku, kecuali mereka yang mengikutimu, yaitu orang yang sesat. (al-hijr/15: 42)

Pemimpin-pemimpin yang menyesatkan itu menyatakan tidak bertanggung jawab kepada Allah atas perbuatan pengikut-pengikutnya, dengan alasan bahwa mereka tidak menyembah kepada-Nya tetapi kepada berhala-berhala. Kejadian seperti ini disebutkan dalam ayat yang lain yaitu firman Allah:

(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas tangan dari orang-orang yang mengikuti, dan mereka melihat azab, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus. (al-Baqarah/2: 166)
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-Qasas
Surat Al Qashash terdiri atas 88 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai dengan Al Qashash, karena pada ayat 25 surat ini terdapat kata Al Qashash yang berarti cerita. Ayat ini menerangkan bahwa setelah Nabi Musa a.s. bertemu dengan Nabi Syua'ib a.s. ia menceritakan cerita yang berhubungan dengan dirinya sendiri, yakni pengalamannya dengan Fir'aun, sampai waktu ia diburu oleh Fir'aun karena membunuh seseorang dari bangsa Qibthi tanpa disengaja, Syua'ib a.s. menjawab bahwa Musa a.s. telah selamat dari pengejaran orang-orang zalim. Turunnya ayat 25 surat ini amat besar artinya bagi Nabi Muhammad s.a.w. dan bagi sahabat-sahabat yang melakukan hijrah ke Madinah, yang menambah keyakinan mereka, bahwa akhirnya orang-orang Islamlah yang menang, sebab ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang berhijrah dari tempat musuh untuk mempertahankan keimanan, pasti akan berhasil dalam perjuangannya menghadapi musuh-musuh agama. Kepastian kemenangan bagi kaum muslimin itu, ditegaskan pada bagian akhir surat ini yang mengandung bahwa setelah hijrah ke Madinah kaum muslimin akan kembali ke Mekah sebagai pemenang dan penegak agama Allah. Surat Al Qashash ini adalah surat yang paling lengkap memuat cerita Nabi Musa a.s. sehingga menurut suatu riwayat, surat ini dinamai juga dengan surat Musa.