10 Ilmuwan Muslim yang Ubah Wajah Dunia

Selasa, 30 Juni 2015 - 06:57 WIB
10 Ilmuwan Muslim yang...
10 Ilmuwan Muslim yang Ubah Wajah Dunia
A A A
ILMU Pengetahuan mengalami kemajuannya yang pertama dari dunia Muslim. Ratusan tahun sebelum orang-orang Eropa berhasil menemukan berbagai penemuan, para ilmuwan Muslim telah lebih dahulu membuat berbagai penemuan.

Penemuan itu meliputi berbagai bidang, di antaranya bidang kedokteran, bedah, matematika, fisika, kimia, filsafat, astrologi, geometri, dan lainnya. Siapa saja ilmuwan dan penemu Muslim itu? Berikut ulasannya.

1. Al Farabi




Ilmuwan pertama yang namanya layak disebut adalah Al Farabi atau Abu Nasir Muhammad bin Al Farakh Al Farabi (872-950). Ilmuwan dan filsuf Islam ini berasal dari Farab, Kazakhstan.

Dunia Barat mengenalnya sebagai Al Pharabius, Al Farabi, Farabi, dan Abunasir. Al Farabi diakui sebagai salah satu pemikir terkemuka Muslim pada abad pertengahan. Selama hidupnya, dia banyak berkarya.

Berbagai karya Al Farabi meliputi ilmu logika, matematika, alam, teologi, politik, kenegaraan, dan bunga rampai. Dari sejumlah karyanya itu, yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau Negara Utama).

Pada karya puncaknya itu, Al Farabi membahas tentang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara rezim menurut pemahaman Plato dengan hukum Islam.

2. Al Battani



Ilmuwan Muslim kedua yang namanya perlu disebut adalah Al Battani. Dia hidup di tahun 858-929. Al Batani merupakan seorang ahli astronomi dan matematika yang lahir di Harran dekat Urfa, Arab.

Al Battani memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn Sinan ar-Raqqi al-Harrani as-Sabi al-Battani. Salah satu pencapaiannya yang terkenal dalam astronomi adalah penentuan Tahun Matahari sebagai 365 hari, lima jam, 46 menit, dan 24 detik.

3. Ibnu Sina



Ilmuwan Muslim selanjutnya adalah Ibnu Sina yang hidup antara tahun 980-1037, dikenal juga sebagai Avicenna oleh Dunia Barat. Dia adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan).

Semasa hidupnya, dia dikenal sebagai seorang penulis yang produktif, di mana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Banyak orang menyebutnya sebagai Bapak Pengobatan Modern.

Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang berisi tentang rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Dia lahir pada tahun 980 dengan nama lengkap Abu Alī al-Husayn bin Abdullah bin Sina, di Afsyahnah, daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037, di Hamadan, Persia (Iran).

4. Ibnu Batutah




Selanjutnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Battutah atau juga Ibnu Batutah, seorang pengembara (penjelajah) Berber Maroko. Lahir di Tangier, Maroko, antara tahun 1304 dan 1307.

Pada usia 20 tahun, Ibnu Batutah berangkat haji ke Mekah. Setelah selesai, dia melanjutkan perjalanannya hingga melintasi 120.000 kilometer atau sekitar 44 negara modern.

Perjalanan Ibnu Batutah ditulis oleh seorang sarjana bernama Ibnu Juzay, yang ditemuinya ketika sedang berada di Iberia. Meskipun mengandung kisah fiksi, catatan perjalanannya di dunia merupakan yang terlengkap dari abad ke-14.

5. Ibnu Rusyd




Ilmuwan Muslim selanjutnya adalah Ibnu Rusyd, lahir tahun 1126, di Marrakesh Maroko, dan wafat tanggal 10 Desember 1198. Dia dikenal sebagai Averroes, seorang filsuf terkenal dari Spanyol (Andalusia).

Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang memiliki pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai kadi (hakim) dan fisikawan.

Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes. Dia dikenal sebagai kritikus karya filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St Thomas Aquinas.

Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran, dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi).

6. Muhammad ibn Musa Al Khwarizmi



Ilmuwan Muslim selanjutnya adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi. Dia adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia.

Lahir sekitar tahun 780 di Khwarizm (sekarang Khiva, Uzbekistan), dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, dia bekerja sebagai dosen, di Sekolah Kehormatan, di Baghdad

Buku pertamanya adalah Al Jabar. Buku itu meruapakan buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga dia disebut sebagai Bapak Aljabar.

7. Umar Khayyam




Ilmuan selanjutnya adalah Umar Khayyām yang lahir pada 18 Mei 1048 dan meninggal pada 4 Desember 1131. Nama aslinya adalah Ghiyātsuddin Abulfatah Umar bin Ibrahim Khayyami Nisyabūri. Khayyām berarti "pembuat tenda" dalam bahasa Persia.

Dia terkenal sebagai seorang matematikawan dan astronom yang memperhitungkan bagaimana mengoreksi kalender Persia. Pada 15 Maret 1079, Sultan Jalaluddin Maliksyah Saljuqi (1072-1092) memberlakukan kalender yang telah diperbaiki Umar.

Perbaikan kalender ini seperti yang dilakukan Julius Caesar di Eropa pada tahun 46 SM dengan koreksi terhadap Sosigenes, dan yang dilakukan Paus Gregorius XIII pada Februari 1552 dengan kalender yang telah diperbaiki Aloysius Lilius.

Dia juga terkenal dengan metodenya dalam memecahkan persamaan kubik dengan memotong sebuah parabola dengan sebuah lingkaran. Dia juga terkenal di dunia Persia dan Islam karena observasi astronominya.

Pada 1073, Malik-Syah, penguasa Isfahan, mengundang Khayyam untuk membangun dan bekerja pada sebuah observatorium bersama-sama dengan sejumlah ilmuwan terkemuka lainnya.

Akhirnya, Khayyām dengan sangat akurat (mengoreksi hingga enam desimal di belakang koma) mengukur panjang satu tahun sebagai 365,24219858156 hari. Dia juga pernah membuat sebuah peta bintang (yang kini lenyap) di angkasa.

Namun, banyak orang mengenal Omar Khayyam bukan karena keberhasilan ilmiahnya, tetapi karena karya-karya sastranya. Dia diyakini telah menulis sekitar seribu puisi 400 baris. Karyanya yang terkenal adalah The Rubaiyat of Omar Khayyam.

8. Tsabit bin Qurrah



Ilmuwan selanjutnya adalah Abul Hasan Tsabit bin Qurra bin Marwan al-Sabi al-Harrani. Pria yang lahir pada tahun 826 dan meninggal pada 18 Februari 901 ini adalah seorang astronom dan matematikawan dari Arab.

Tsabit lahir di kota Harran, Turki. Tsabit menempuh pendidikan di Baitul Hikmah di Baghdad atas ajakan Muhammad ibn Musa ibn Shakir. Tsabit menerjemahkan buku Euclid yang berjudul Elements dan buku Ptolemy yang berjudul Geograpia.

Dia juga menerjemahkan buku Islam Golden Age. Dia membuat penemuan penting dalam aljabar, geometri, dan astronomi. Dalam astronomi, Thabit dianggap sebagai salah satu dari para reformis pertama dari sistem Ptolemaic, dan pendiri statika.

9. Muhammad bin Zakaria Al Razi



Ilmuwan selanjutnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Al Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia Barat. Dia dikenal sebagai salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864-930.

Dia lahir di Rayy, Teheran, pada tahun 251 H/865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Ar-Razi diketahui sebagai ilmuwan serba bisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam sejarah.

Dia merupakan dokter pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar, ilmuwan yang menemukan penyakit alergi asma, dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi.

Pada salah satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas. Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri.

Dia juga sangat berjasa di bidang farmasi. Ar Razi berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula, dan mortar, serta mengembangkan obat-obatan dari merkuri.

Ar Razi pertama kali mengemukakan pendapatnya di bidang etika kedokteran. Dia dokter pertama yang menulis dengan rinci penyakit yang bisa disembuhkan dan tidak bisa disembuhkan.

Pernyataannya yang terkenal adalah tujuan seorang dokter adalah untuk berbuat baik, bahkan kepada musuhnya.

10. Abu Musa Jabir ibn Hayyan



Ilmuan terakhir yang perlu disebut adalah Abu Musa Jabir ibn Hayyan atau dikenal dengan nama Geber di dunia Barat. Dia lahir di Kuffah, Irak, pada tahun 722 dan wafat pada tahun 804.

Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan ia berguru pada Barmaki Vizier, pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid, di Baghdad.

Dia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi.

Atas penelitiannya itu, Jabir dianggap sebagai perintis hukum perbandingan tetap. Kontribusi lainnya adalah penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi, dan penguapan serta pengembangan instrumen.

Bapak Kimia Arab ini dikenal karena karya-karyanya yang sangat berpengaruh pada ilmu kimia dan metalurgi, antara lain Kitab Al-Kimya, Kitab Al-Sabeen, Kitab Al Rahmah, Al Tajmi, dan lainnya.

Demikian ulasan 10 ilmuwan Muslim yang mengubah wajah dunia. Selain sejumlah ilmuwan itu, masih banyak pemikir Muslim hebat lainnya. Semoga bermanfaat.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0918 seconds (0.1#10.140)