Lahirnya Tragedi, Riwayat Habil dan Qabil

Jum'at, 10 Juli 2015 - 06:06 WIB
Lahirnya Tragedi, Riwayat Habil dan Qabil
Lahirnya Tragedi, Riwayat Habil dan Qabil
A A A
TRAGEDI manusia pertama telah berlangsung sejak lama, ditandai dengan kisah pembunuhan anak Adam bernama Habil (Habel, Abel) oleh kakaknya Qabil (Kain, Cain). Lahirnya tragedi ini dikisahkan dalam kitab suci Alquran.

Riwayat Habil dan Qabil ini dikisahkan oleh Ibnu Ihasq dalam Tafsir Baghowi dan Tafsir Al-Qurthubi. Kisah itu bermula dari pasangan Nabi Adam dan Siti Hawa yang melahirkan 40 anak dengan 20 kali mengandung.

Disebutkan, Siti Hawa melahirkan anak kembar dua pasang. Anak pertamanya adalah Qabil dan kembarannya seorang perempuan bernama Iqlimiya. Sedang anak keduanya adalah Habil dan kembarannya yang bernama Lubuda.

Menginjak remaja, anak-anak Adam yang perempuan diminta oleh Siti Hawa untuk mengurus segala urusan rumah tangga sesuai dengan kodrat mereka. Dari sinilah diduga kodrat wanita mengurus rumah tangga berawal.

Sementara anak yang laki-laki diminta untuk mencari nafkah bagi penghidupan dan keperluan keluarga. Qabil berusaha dalam bidang pertanian. Sedangkan Habil di bidang perternakan.

Setelah mereka dewasa, pasangan kembar Qabil tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dan rupawan. Sedangkan pasangan kembar Habil, Layudha berparas kurang menarik. Qabil jatuh hati kepada pasangan kembarnya.



Kepada Nabi Adam, Allah memberi ilham dan petunjuk agar kedua puteranya dikahinkan dengan puterinya. Lalu Qabil dikawinkan dengan adik Habil yang bernama Lubuda, dan Habil dengan adik Qabil yang bernama Iqlima.

Ketika mereka hendak dinikahkan, Qabil protes kepada Adam. Dia merasa, dirinya yang lebih layak menikahi Iqlimiya pasangan kembarnya. Demikianlah kecantikan dan keelokan paras wanita selalu menjadi fitnah dan rebutan lelaki.

Melihat sikap keras Qabil, Adam menjadi khawatir dalam menjalankan ilham Allah tersebut. Dia lalu kembali kepada Allah dan menanyakan solusi terbaik atas pernikahan yang rawan dengan perang saudara tersebut.

Berdasarkan wahyu dari Allah, Adam lalu memerintahkan keduanya untuk berkurban kepada Allah. Siapa yang kurbannya diterima oleh Allah, maka dialah yang berhak atas keutamaan (menikahi saudara kembar Qabil).

Mendapat wahyu tersebut, Qabil dan Habil menerimanya dengan baik. Habil lalu membawa kambing peliharaannya sebagai kurban kepada Allah. Sedangkan Qabil datang dengan sekarung gandum yang dipilih dari hasil cucuk tanamnya yang rusak dan busuk.

Kurban kedua anak Adam itu kemudian diletakkan di atas sebuah bukit, lalu pergilah mereka menyaksikan dari jauh apa yang akan terjadi atas dua jenis kurban itu. Peristiwa ini disaksikan oleh seluruh anggota keluarga Adam dan Hawa.

Tidak lama berselang, terlihat api besar yang turun dari langit menyambar kurban Habil yang seketika itu juga musnah. Sedang karung gandum kepunyaan Qabil tidak tersentuh sedikit pun oleh api dan tinggal utuh.



Melalui Surah Al-Maidah ayat 27, Allah berfirman, "Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Qabil dan Habil) dengan sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban.." kata-Nya.

Dilanjutkan dengan, "Sesungguhnya Allah hanya menerima kurban dari orang-orang bertakwa."

Dengan hilangnya kurban ternak Habil, maka diputuskanlah yang berhak menikahi saudara kembar Qabil adalah Habil. Mendapati hal itu, Qabil sangat sedih. Jauh di dalam hatinya, dia masih tidak rela kembarannya dinikahi oleh Habil.

Namun, Adam tidak mengetahui isi hati Qabil yang masih tidak terima. Suatu ketika, Adam hendak berpergian dan meninggalkan rumah untuk satu keperluan. Dia berpesan kepada Qabil yang lebih tua untuk menjaga adik-adiknya, dan ibunya.

Qabil yang diberi amanat menerima dengan kesanggupan akan berusaha sekuat tenaga menjalankan amanat itu. Tetapi di dalam hatinya, dia berkata saat yang ditunggu untuk melepaskan rasa dendam dan dengkinya terhadap Habil sudah tiba.

Setelah Adam pergi meninggalkan keluarganya, Qabil menemui Habil di tempat penternakannya. Berkata dia kepada Habil, "Aku datang ke mari untuk membunuhmu. Masanya telah tiba untuk aku lenyapkan engkau dari atas bumi ini."

"Apa salahku?" tanya Habil. Dengan asalan apakah engkau hendak membunuhku?" Qabil lalu menjawab, "Adalah kerana kurbanmu diterima oleh Allah, sedangkan kurbanku ditolak yang berarti engkau akan mengawini adikku," terangnya.



Habil melanjutkan, "Adakah berdosa aku bahwa Allah telah menerima kurbanku dan menolak kurbanmu? Tidakkah engkau telah bersetuju cara penyelesaian yang diusulkan oleh Ayah sebagaimana telah kami laksanakan?" sergahnya.

"Janganlah tergesa-gesa wahai saudaraku, mempertaruhkan hawa nafsu dan ajakan syaitan! Kawallah perasaanmu dan pikirlah masak-masak akan akibat perbuatanmu kelak!" lanjut Habil.

Dia menambahkan, "Ketahuilah bahwa Allah hanya menerima kurban dari orang-orang yang bertakwa yang menyerahkan dengan tulus ikhlas dari hati yang suci dan niat yang murni," sambungnya.

Dia menjelaskan, "Adakah mungkin sesekali bahwa kurban yang engkau serahkan itu engkau pilihkannya dari gandummu yang telah rusak dan busuk, dan engkau berikan secara terpaksa bertentangan dengan kehendak hatimu," terangnya.

Habil meneruskan, "Sehingga ditolak oleh Allah, berlainan dengan kambing yang aku serahkan sebagai korban yang sengaja aku pilihkan dari perternakanku yang paling sehat dan kucintai, dan kuserahkannya dengan tulus ikhlas," paparnya.

Habil yang berusaha menyadarkan kakaknya Qabil juga mengulas riwayat turunnya Adam dan Siti Hawa, "Renungkanlah, wahai saudaraku kata-kataku ini, dan buangkanlah niat jahatmu yang telah dibisikkan kepadamu oleh Iblis itu," pintanya.

Dia menambahkan, "Musuh yang telah menyebabkan turunnya ayah dan ibu dari surga dan ketahuilah, bahwa jika engkau tetap berkeras kepala hendak membunuhku, tidaklah akan aku angkat tanganku untuk membalasmu," lanjutnya.



Saat itu, Habil telah merasa ikhlas nyawanya dicabut oleh Qabil. Dia pun berserah kepada Allah. Sementara Qabil yang telah digelapkan matanya, hanya mendengar ucapan Habil sambil lalu.

Qabil yang telah dikendalikan oleh Iblis terus dikipasi rasa bencinya hingga berkobar di dalam dadanya. Ketika Qabil bingung tidak tahu bagaimana cara membunuh Habil, maka menjelmalah Iblis dalam bentuk seekor burung.

Burung itu dipukul kepalanya dengan batu sampai mati. Contoh yang diberikan oleh Iblis itu diterapkannya atas diri Habil di kala dia tidur dengan nyenyaknya. Dengan seketika, Habil tewas dan menjadi korban pembunuhan pertama di dunia.

Qabil yang merasa gelisah dan bingung menghadapi mayat saudaranya, tidak tahu apa yang harus diperbuat. Sementara tubuh saudaranya semakin lama semakin membusuk. Dia lalu meletakkan tubuh itu di sebuah peti.

Melihat tubuh yang sudah mulai membusuk, burung-burung pemakan bangkai berterbangan hendak menyerbu jenazah Habil. Allah yang melihat hal itu tidak rela melihat mayat hamba-Nya tersia-siakan dimakan burung.

Maka, dipertunjukkanlah kepada Qabil bagaimana seekor burung gagak menggali tanah dengan kaki dan paruhnya, lalu menyodokkan gagak lain yang sudah mati dalam pertarungan ke dalam lubang yang telah digalinya.



Gagak itu lalu menutupi kembali mayat gagak lainnya yang berada dalam lubang dengan tanah. Melihat contoh dan pengajaran yang diberikan oleh burung gagak itu, termenunglah Qabil sejenak.

Dia lalu berkata kepada dirinya sendiri, "Alangkah bodohnya aku, tidakkah aku dapat berbuat seperti burung gagak itu dan mengikuti caranya menguburkan mayat saudaraku ini?" Lalu dikuburlah Habil sebagai martir yang pertama.

Adam yang tidak mengetahui tragedi itu, lalu kembali dari perjalanan jauhnya. Namun, setibanya di rumah dia tidak melihat Habil di antara putera-puterinya yang sedang berkumpul. Bertanyalah dia kepada Qabil, "Di manakah Habil berada?"

Mendapat pertanyaan Ayahnya, Qabil sontak menjawab dengan sangat angkuh, "Entah, aku tidak tahu dia ke mana! Aku bukan hamba Habil yang harus mengikutinya ke mana saja dia pergi."

Melihat sikap yang angkuh dan jawapan yang kasar dari Qabil, Adam dapat menerka bahwa telah terjadi sesuatu ke atas diri Habil, puteranya yang soleh, bertakwa, dan berbakti terhadap kedua orang tuanya itu.

Pada akhirnya terbukti bahwa Habil telah tewas dibunuh oleh Qabil dirinya pergi. Dalam hatinya, Adam merasa sangat menyesal dengan sikap Qabil yang kejam tega memutus rasa persaudaraan, ikatan darah, dan hubungan keluarga.

Menghadapi musibah itu, Nabi Adam berpasrah kepada Allah dan menerimanya sebagai takdir atas kehendak Allah. Dia lalu memohon dikaruniai kesabaranm serta keteguhan iman sambil beristighfar bagi puteranya Qabil.



Dalam riwayat HR Bukhari dan Muslim menulis pembunuhan itu, “Tidaklah dibunuh suatu jiwa dengan zalim melainkan dosa pembunuhan itu akan ditanggungpula oleh anak Adam yang pertama (Qabil) karena dialah yang memberi contoh pembunuhan.”

Demikian tragedi Habil dan Qabil menjadi awal lahirnya tragedi. Kisahnya kemudian menginspirasi banyak dongeng dan karya sastra klasik. Namun, banyak kisah itu diambil sepotong-sepotong dan disesuaikan dengan kondisi dan situasi suatu bangsa.

Dongeng yang terkenal tentang kisah ini berada di Sumeria yang berisi tentang konflik kuno antara penggembala nomaden dan petani agraris yang telah menetap. Tokoh utama dalam dongeng ini adalah seorang dewa yang bernama Dumuzi.

Dumizi digambarkan sebagai dewa yang kasar dan agresif. Sedang lawannya adalah Enkimdu yang digambarkan memiliki watak lemah lembut dan tenang. Mereka memperebutkan seorang dewi yang bernama Inanna.

Dalam perjalannya, sang dewi memilih Enkimdu yang memiliki watak halus dan lembut. Dumuzi yang tidak terima dengan kasih pilihan Inanna disadari oleh Enkimdu. Dia lalu meminta sang dewi untuk menikahi Dumizi yang agresif.

Bagaimana legenda itu seterusnya, hingga kini belum diketahui. Namun berdasarkan sumber yang diketahui, sang dewi menolak untuk menikah dengan Dumizi dan memilih untuk mengubah dirinya menjadi dewa. Pernikahan itu pun batal dilakukan.



Namun, Dumizi merasa senang dengan kepergian Inanna. Adapun yang membuatnya lebih senang adalah, Enkimdu juga tidak bisa mendapatkan Inanna. Sang dewi marah dan mengirimkan roh-roh jahat kepada Dumizi.

Akhirnya, Dumizi meninggal dan dengan demikian Innana terbebas. Demikian beberapa cerita dibangun berdasarkan sumber tragedi Habil dan Qabil. Meski yang dibangunnya ialah persaingan antardewa.

Dalam karya sastra, tragedi Habil dan Qabil juga diketahui mempengaruhi karya Samuel Beckett yang berjudul Menunggu Godot. Karya bercerita ketika Estragon berusaha mendapatkan perhatian Pozzo yang menyebut tragedi Kain dan Habel.

Menurut Samuel Beckett, riwayat Habil dan Qobil mewakili seluruh umat manusia. Begitu pun dengan karya Baudelaire yang berjudul "Abel and Cain". Dalam karyanya Les Fleurs du Mal, dia malah melihat Qabil sebagai orang yang teraniaya.

Menurutnya, sosok Qabil mewakili semua orang yang terinjak-injak di dunia. Dalam baris-baris terakhir puisinya, dia menulis: "Ras Kain menyerang langit, dan dari surga menghempaskan Allah!"
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3547 seconds (0.1#10.140)