Kisah Lelaki Yahudi Berusia 600 Tahun Berkat Doa Ali bin Abi Thalib
A
A
A
Ustaz Dr Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab & Tafsir Alquran Kebahasaan
Alumni Jamiāah Dual Arabiyah Mesir
Kisah ini merupakan kisah nyata yang dialami seorang tokoh ulama di Hadramaut (Yaman) bernama Habib Idrus bin Husien Al-Alaydarus yang diakui kewaliannya. Seorang tokoh ulama yang memiliki kedudukan tinggi di antara para toloh ulama, pejabat dan masyarakat awam di kisaran tahun 1244 Hijriyah.
Al-kisah, suatu hari Habib Idrus melakukan pengembaraan jauh bersama 30 pengikutnya. Ketika singgah di Kota Kabul dan Teheran, beliau mendengar kabar mengenai seorang lelaki Yahudi yang umurnya mencapai ratusan tahun.
Lelaki itu konon katanya sahabat dekat Sayyidina Ali bin Abi Thalib (601-661 M) dan pernah mengikuti pertempuran Khaibar. Sang Habib mengumpulkan informasi mengenai lelaki Yahudi itu dari masyarakat.
Ternyata tokoh masyarakat itu membenarkan kabar tersebut. Dengan rasa penasaran, Habib Idrus beserta rombongan akhirnya sepakat untuk mencari lelaki Yahudi yang usianya berabad-abad.
Setelah memperoleh petunjuk dari seseorang bahwa terdapat satu daerah yang dihuni sekitar seratus ribu orang Yahudi. Mereka adalah cucu-cucu lelaki Yahudi yang berumur panjang. Mereka senantiasa menengok datuk mereka yang berusia sangat tua itu.
Sementara si Yahudi tua hanya terbaring lemah di ranjang dan tak bisa bergerak, kecuali dengan bantuan. Dengan susah payah, Habib Idrus beserta pengikutnya akhirnya sampai di daerah yang dimaksud. Beliau memohon izin kepada tokoh masyarakat daerah setempat untuk menemui lelaki Yahudi tua tersebut.
Setelah memperoleh izin, beliau beserta rombongan masuk ke kamar nenek moyang orang-orang Yahudi itu. Mereka duduk mengitari lelaki tua yang tergeletak lemah di pembaringannya. Lelaki tua itu hanya mengkonsumsi kuning telur dan susu.
Tak lama kemudian, lelaki tua berusia beradab-abad itu membuka kelopak matanya dengan dibantu salah seorang keturunannya.
Lelaki tua nenek moyang Yahudi itu memandang Habib Idrus bersama rombongannya. Tampak jelas bahwa ia mampu membedakan orang-orang Arab dengan bukan orang-orang Arab (Ajam).
Setelah beberapa lama dalam suasana diam, Habib Idrus kemudian bertanya, "Apa yang membuat Anda bisa berumur panjang hingg hidup masa kami?"
Lelaki Yahudi menjawab, "Ini adalah berkah doa Ali bin Abi Thalib."
Kemudian lelaki tua itu bercerita, "Dulu sewaktu perang Khaibar, pucuk pedangnya mengenaiku. Aku segera berteriak ketika itu, "Jangan bunuh aku! Aku adalah temanmu!"
Sebelum itu aku dengan Ali bin Abi Thalib memang berteman akrab. Kemudian Ali bin Thalib berkata kepadaku, "Kamu tidak akan mati, kecuali setelah masuk Islam!" Aku sangat meyakininya.
Oleh karena itu, aku terus memeluk agama Yahudi dan tak mau buru-buru masuk Islam, lantaran aku senang hidup lebih lama. Namun, sebentar lagi aku segera masuk Islam. Aku yakin ajalku akan segera datang, apabila aku telah menjadi muslim."
Kemudian lelaki Yahudi memperlihatkan bekas luka di punggungnya. "Luka ini selalu kambuh setiap tahun. Ini adalah luka akibat sebetan pedang di perang Khaibar."
Setelah itu, lelaki Yahudi itu mengucapkan dua kalimah syahadah menyatakan keislamamnya. Tak selang beberapa lama kemudian, terdengar kabar bahwa lelaki Yahudi itu masuk Islam dan menutup usianya yang sangat panjang, sekitar 600 ratus tahun.
Benarlah apa yang menjadi penjelasan kebenaran di dalam Alqur'an bahwa orang-orang Yahudi menutup kebenaran hidayah yang datang pada mereka, disebabkan kecintaan mereka yang sangat besar terhadap dunia serta tidak menyukai kematian. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah hikmah ini. Aamin ya Rabb 'alamin.
Pakar Ilmu Linguistik Arab & Tafsir Alquran Kebahasaan
Alumni Jamiāah Dual Arabiyah Mesir
Kisah ini merupakan kisah nyata yang dialami seorang tokoh ulama di Hadramaut (Yaman) bernama Habib Idrus bin Husien Al-Alaydarus yang diakui kewaliannya. Seorang tokoh ulama yang memiliki kedudukan tinggi di antara para toloh ulama, pejabat dan masyarakat awam di kisaran tahun 1244 Hijriyah.
Al-kisah, suatu hari Habib Idrus melakukan pengembaraan jauh bersama 30 pengikutnya. Ketika singgah di Kota Kabul dan Teheran, beliau mendengar kabar mengenai seorang lelaki Yahudi yang umurnya mencapai ratusan tahun.
Lelaki itu konon katanya sahabat dekat Sayyidina Ali bin Abi Thalib (601-661 M) dan pernah mengikuti pertempuran Khaibar. Sang Habib mengumpulkan informasi mengenai lelaki Yahudi itu dari masyarakat.
Ternyata tokoh masyarakat itu membenarkan kabar tersebut. Dengan rasa penasaran, Habib Idrus beserta rombongan akhirnya sepakat untuk mencari lelaki Yahudi yang usianya berabad-abad.
Setelah memperoleh petunjuk dari seseorang bahwa terdapat satu daerah yang dihuni sekitar seratus ribu orang Yahudi. Mereka adalah cucu-cucu lelaki Yahudi yang berumur panjang. Mereka senantiasa menengok datuk mereka yang berusia sangat tua itu.
Sementara si Yahudi tua hanya terbaring lemah di ranjang dan tak bisa bergerak, kecuali dengan bantuan. Dengan susah payah, Habib Idrus beserta pengikutnya akhirnya sampai di daerah yang dimaksud. Beliau memohon izin kepada tokoh masyarakat daerah setempat untuk menemui lelaki Yahudi tua tersebut.
Setelah memperoleh izin, beliau beserta rombongan masuk ke kamar nenek moyang orang-orang Yahudi itu. Mereka duduk mengitari lelaki tua yang tergeletak lemah di pembaringannya. Lelaki tua itu hanya mengkonsumsi kuning telur dan susu.
Tak lama kemudian, lelaki tua berusia beradab-abad itu membuka kelopak matanya dengan dibantu salah seorang keturunannya.
Lelaki tua nenek moyang Yahudi itu memandang Habib Idrus bersama rombongannya. Tampak jelas bahwa ia mampu membedakan orang-orang Arab dengan bukan orang-orang Arab (Ajam).
Setelah beberapa lama dalam suasana diam, Habib Idrus kemudian bertanya, "Apa yang membuat Anda bisa berumur panjang hingg hidup masa kami?"
Lelaki Yahudi menjawab, "Ini adalah berkah doa Ali bin Abi Thalib."
Kemudian lelaki tua itu bercerita, "Dulu sewaktu perang Khaibar, pucuk pedangnya mengenaiku. Aku segera berteriak ketika itu, "Jangan bunuh aku! Aku adalah temanmu!"
Sebelum itu aku dengan Ali bin Abi Thalib memang berteman akrab. Kemudian Ali bin Thalib berkata kepadaku, "Kamu tidak akan mati, kecuali setelah masuk Islam!" Aku sangat meyakininya.
Oleh karena itu, aku terus memeluk agama Yahudi dan tak mau buru-buru masuk Islam, lantaran aku senang hidup lebih lama. Namun, sebentar lagi aku segera masuk Islam. Aku yakin ajalku akan segera datang, apabila aku telah menjadi muslim."
Kemudian lelaki Yahudi memperlihatkan bekas luka di punggungnya. "Luka ini selalu kambuh setiap tahun. Ini adalah luka akibat sebetan pedang di perang Khaibar."
Setelah itu, lelaki Yahudi itu mengucapkan dua kalimah syahadah menyatakan keislamamnya. Tak selang beberapa lama kemudian, terdengar kabar bahwa lelaki Yahudi itu masuk Islam dan menutup usianya yang sangat panjang, sekitar 600 ratus tahun.
Benarlah apa yang menjadi penjelasan kebenaran di dalam Alqur'an bahwa orang-orang Yahudi menutup kebenaran hidayah yang datang pada mereka, disebabkan kecintaan mereka yang sangat besar terhadap dunia serta tidak menyukai kematian. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah hikmah ini. Aamin ya Rabb 'alamin.
(rhs)