Inilah Hikmah Besar dari Perang Badar
A
A
A
Pimpinan Majelis Daarul Murtadza Malaysia, Al-Habib Ali Zainal Abidin bin Abu Bakar Al-Hamid menyampaikan ceramahnya dalam Acara Nuzulul Qur'an dan Haul Ahlul Badar yang digelar Majelis Rasulullah (MR) di Masjid Jami' Al-Munawar, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (21/5/2019).
Habib Ali menjelaskan hakikat Perang Badar dan hikmah yang terkandung di dalamnya. "Kenapa kita menang sementara jumlah kita lebih sedikit, sementara perang lain jumlah kita lebih banyak tapi kalah? Ini disebabkan kesalahan yang dilakukan. Demikian ayat per ayat menjadi solusi dari sebuah permasalahan," katanya. (Baca Juga: Habib Ali Zainal Abidin: Ilmu Akan Hilang Ketika Para Ulama Wafat)
Allah telah menolong umat Islam dalam Perang Badar. Kelemahan kaum muslimin bukan dari fisik, tapi hakikat kelemahan adalah ketika keimanan, ketawakkalan kepada Allah, sekalipun kita punya senjata dan teknologi yang canggih akan sia-sia.
Berapa jumlah kaum muslimin di perang badar? Ada yang mengatakan 313 orang. Dari segi persenjataan pedang sangat terbatas. Allah menceritakan Perang Badar dalam beberapa ayat karena di dalamnya ada hikmah dan pelajaran berharga. Yaitu:
1. Supaya Kita Mengindahkan, Membaguskan Niat
Tanpa niat yang baik tidak akan berkah apa saja amalan, pekerjaan yang ingin kita lakukan. Dalam Perang Badar, Allah menjanjikan kepadamu dua hal, yaitu harta dan perang yang bisa mendatangkan kemenangan. Sementara saat itu kamu mengharapkan tidak terjadi peperangan. Kita berkehendak, Allah juga berkehendak. Tapi kita tetap pada ketentuan qadha dan qadar-nya Allah SWT.
"Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara dzalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS Hud: 117)
Allah berkehendak kepada suatu negeri, maka akan diberikan keamanan. Tapi penduduknya harus baik dan memperbaiki sekeliling. Rezekinya akan datang dari segala tempat.
Peristiwa Perang Badar untuk meninggikan derajat kaum muslimin saat itu. Karena mereka percaya dengan qadha dan qadar-nya Allah diberikan kemenangan.
2. Yang Lebih Mengutamakan Allah Akan Dimudahkan Urusannya
Biasanya manusia sering bergantung terhadap sesuatu sehingga lupa berdo'a kepada Allah. Nabi Muhammad SAW kalau ada masalah beliau shalat 2 raka'at. Pada peristiwa perang badar yang dijadikan kekuatan untuk meraih kemenangan adalah do'a.
Tahukah kita bahwa kemenangan Perang Badar sudah diketahui oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat yang ikut. Di sini Fulan akan mati. Perangnya belum terjadi, Nabi SAW sudah memberi tahu. Beliau mengatakan demikian perangnya belum terjadi kemenangannya sudah disampaikan.
Apa yang membuat Nabi SAW menyampaikan kemenangan? Jawabannya Do'a. Malam Jum'at 17 Ramadhan sepanjang malam Nabi SAW bermunajat kepada Allah. Sayyidina Abu Bakar RA yang melihat Nabi merayu Allah memeluknya dari belakang. Cukup, Allah pasti memberikan kemenangan.
Selesai do'a itu Nabi Muhammad SAW memberikan kabar gembira. Kekuatan senjata do'a lebih ampuh dari apapun. Kekuatan apapun takkan mengalahkan kekuatan do'a. Kemenangan akan dicapai melalui keyakinan do'a kepada Allah.
Jangan anggap remeh dengan do'a. Diceritakan Nabi Zakariya 'alaihis sallam yang sudah lama tidak punya anak dengan kekuatan do'a akhirnya Allah karuniai anak. Nabi Zakariya meminta dzurriyah kepada Allah. Apa yang terjadi kepada istrinya? Allah sembuhkan istrinya dan akhirnya hamil punya anak namanya Yahya. Yang memberi nama itu adalah Allah.
3. Jangan Merasa Cukup dengan Amal yang Kita Lakukan Meskipun Banyak
Yang menggagalkan seseorang untuk beramal adalah ketika melihat amalnya sudah banyak. Dan yang menjadikan seseorang malas untuk beramal adalah ketika melihat amalnya sia-sia. Beramallah jangan ragu-ragu.
Setan menipu daya manusia dengan berkata untuk apa kamu amal, amalmu sudah banyak. Perang badar memberikan kita contoh kesungguhan dalam beramal dan tidak merasa cukup dalam beramal. Strategi waktu itu satu unta digilir lebih dari satu orang. Sebanyak 3- 4 orang bertukar karena berjalan di padang pasir yang sangat panas.
Ada suatu perang namanya Dzatur Riqa' yang mana kaum muslimin sampai merobek kausnya karena sangking panasnya, sandalnya sampai tipis kemakan panas, kukunya sampai terkelupas supaya kita tahu agama sampai ke kita bukan hanya dari tidur.
Ini adalah gambaran yang luar biasa tentang peperangan. Perang badar juga dilakukan saat berpuasa. Jika seseorang ingin mencapai derajat yang tinggi, maka bersusah-susahlah dalam beramal. Kaum muslimin bergantian naik unta. Pertama Nabi SAW yang naik. Setelah itu Nabi turun dan meminta yang lain naik, namun yang lain menyerahkan untuk Nabi. Mereka lebih mengutamakan Nabi daripada diri mereka sendiri.
Apa kata Nabi? Sifat yang ada pada beliau adalah tenggang rasa dan solidaritas yang tinggi. Beliau tidak mau enak sendiri. Beliau rahmat lil alamin. Beliau nabi pengasih. Kata baginda Nabi, Ya Allah berikan kepada mereka kenyang yang lapar, yang bajunya robek pakaian dari-mu, yang kesusahan berikan kemudahan.
Yang bisa kita ambil dari peristiwa Perang Badar adalah meningkatkan solidaritas dengan menebarkan salam an kasih saying. Juga tidak membuat muslim lain celaka karena lisan maupun tulisan kita baik di Facebook, Whats App, dan media sosial lainnya.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar RA, Rasulullaah SAW bersabda: “Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
4. Kesetiaan kepada Manhaj yang Ditinggalkan Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW memberi tahu perjuangan beliau kepada Sayyidah Fathimah agar perjuangan itu bisa diwariskan kepada kita hingga saat ini. Nuzulul Qur'an bersamaan dengan Perang Badar ini diharapkan bisa mendatangkan berkah, manfat dan pelajaran berharga bagi umat Islam.
“Semoga kita tidak menjadi golongan yang menjauhkan diri dari Alqur'an. Mudah-mudahan kita punya niat yang baik. Mudah-mudahan puasa kita diterima, do'a kita dikabulkan dan semoga kita disampaikan pada akhir Ramadhan yang mana dibebaskan dari api neraka. Mudah-mudahan dicabut sifat dengki, benci kepada orang lain dan ditumbuhkan sifat kasih sayang. Mudah-mudahan kita ditumbuhkan sifat peduli terhadap orang lain. Mudah-mudahan kita disatukan dalam payung laa ilaaha illallaah. Kita memohon agar Allah jaga negeri ini, jauh dari kedzaliman, perselisihan, menjadi negeri yang subur, baldatun thayyibun wa rabbun ghaffur,” demikian Habib Ali menutupnya dengan doa yang indah.
Habib Ali menjelaskan hakikat Perang Badar dan hikmah yang terkandung di dalamnya. "Kenapa kita menang sementara jumlah kita lebih sedikit, sementara perang lain jumlah kita lebih banyak tapi kalah? Ini disebabkan kesalahan yang dilakukan. Demikian ayat per ayat menjadi solusi dari sebuah permasalahan," katanya. (Baca Juga: Habib Ali Zainal Abidin: Ilmu Akan Hilang Ketika Para Ulama Wafat)
Allah telah menolong umat Islam dalam Perang Badar. Kelemahan kaum muslimin bukan dari fisik, tapi hakikat kelemahan adalah ketika keimanan, ketawakkalan kepada Allah, sekalipun kita punya senjata dan teknologi yang canggih akan sia-sia.
Berapa jumlah kaum muslimin di perang badar? Ada yang mengatakan 313 orang. Dari segi persenjataan pedang sangat terbatas. Allah menceritakan Perang Badar dalam beberapa ayat karena di dalamnya ada hikmah dan pelajaran berharga. Yaitu:
1. Supaya Kita Mengindahkan, Membaguskan Niat
Tanpa niat yang baik tidak akan berkah apa saja amalan, pekerjaan yang ingin kita lakukan. Dalam Perang Badar, Allah menjanjikan kepadamu dua hal, yaitu harta dan perang yang bisa mendatangkan kemenangan. Sementara saat itu kamu mengharapkan tidak terjadi peperangan. Kita berkehendak, Allah juga berkehendak. Tapi kita tetap pada ketentuan qadha dan qadar-nya Allah SWT.
"Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara dzalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS Hud: 117)
Allah berkehendak kepada suatu negeri, maka akan diberikan keamanan. Tapi penduduknya harus baik dan memperbaiki sekeliling. Rezekinya akan datang dari segala tempat.
Peristiwa Perang Badar untuk meninggikan derajat kaum muslimin saat itu. Karena mereka percaya dengan qadha dan qadar-nya Allah diberikan kemenangan.
2. Yang Lebih Mengutamakan Allah Akan Dimudahkan Urusannya
Biasanya manusia sering bergantung terhadap sesuatu sehingga lupa berdo'a kepada Allah. Nabi Muhammad SAW kalau ada masalah beliau shalat 2 raka'at. Pada peristiwa perang badar yang dijadikan kekuatan untuk meraih kemenangan adalah do'a.
Tahukah kita bahwa kemenangan Perang Badar sudah diketahui oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat yang ikut. Di sini Fulan akan mati. Perangnya belum terjadi, Nabi SAW sudah memberi tahu. Beliau mengatakan demikian perangnya belum terjadi kemenangannya sudah disampaikan.
Apa yang membuat Nabi SAW menyampaikan kemenangan? Jawabannya Do'a. Malam Jum'at 17 Ramadhan sepanjang malam Nabi SAW bermunajat kepada Allah. Sayyidina Abu Bakar RA yang melihat Nabi merayu Allah memeluknya dari belakang. Cukup, Allah pasti memberikan kemenangan.
Selesai do'a itu Nabi Muhammad SAW memberikan kabar gembira. Kekuatan senjata do'a lebih ampuh dari apapun. Kekuatan apapun takkan mengalahkan kekuatan do'a. Kemenangan akan dicapai melalui keyakinan do'a kepada Allah.
Jangan anggap remeh dengan do'a. Diceritakan Nabi Zakariya 'alaihis sallam yang sudah lama tidak punya anak dengan kekuatan do'a akhirnya Allah karuniai anak. Nabi Zakariya meminta dzurriyah kepada Allah. Apa yang terjadi kepada istrinya? Allah sembuhkan istrinya dan akhirnya hamil punya anak namanya Yahya. Yang memberi nama itu adalah Allah.
3. Jangan Merasa Cukup dengan Amal yang Kita Lakukan Meskipun Banyak
Yang menggagalkan seseorang untuk beramal adalah ketika melihat amalnya sudah banyak. Dan yang menjadikan seseorang malas untuk beramal adalah ketika melihat amalnya sia-sia. Beramallah jangan ragu-ragu.
Setan menipu daya manusia dengan berkata untuk apa kamu amal, amalmu sudah banyak. Perang badar memberikan kita contoh kesungguhan dalam beramal dan tidak merasa cukup dalam beramal. Strategi waktu itu satu unta digilir lebih dari satu orang. Sebanyak 3- 4 orang bertukar karena berjalan di padang pasir yang sangat panas.
Ada suatu perang namanya Dzatur Riqa' yang mana kaum muslimin sampai merobek kausnya karena sangking panasnya, sandalnya sampai tipis kemakan panas, kukunya sampai terkelupas supaya kita tahu agama sampai ke kita bukan hanya dari tidur.
Ini adalah gambaran yang luar biasa tentang peperangan. Perang badar juga dilakukan saat berpuasa. Jika seseorang ingin mencapai derajat yang tinggi, maka bersusah-susahlah dalam beramal. Kaum muslimin bergantian naik unta. Pertama Nabi SAW yang naik. Setelah itu Nabi turun dan meminta yang lain naik, namun yang lain menyerahkan untuk Nabi. Mereka lebih mengutamakan Nabi daripada diri mereka sendiri.
Apa kata Nabi? Sifat yang ada pada beliau adalah tenggang rasa dan solidaritas yang tinggi. Beliau tidak mau enak sendiri. Beliau rahmat lil alamin. Beliau nabi pengasih. Kata baginda Nabi, Ya Allah berikan kepada mereka kenyang yang lapar, yang bajunya robek pakaian dari-mu, yang kesusahan berikan kemudahan.
Yang bisa kita ambil dari peristiwa Perang Badar adalah meningkatkan solidaritas dengan menebarkan salam an kasih saying. Juga tidak membuat muslim lain celaka karena lisan maupun tulisan kita baik di Facebook, Whats App, dan media sosial lainnya.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar RA, Rasulullaah SAW bersabda: “Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
4. Kesetiaan kepada Manhaj yang Ditinggalkan Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW memberi tahu perjuangan beliau kepada Sayyidah Fathimah agar perjuangan itu bisa diwariskan kepada kita hingga saat ini. Nuzulul Qur'an bersamaan dengan Perang Badar ini diharapkan bisa mendatangkan berkah, manfat dan pelajaran berharga bagi umat Islam.
“Semoga kita tidak menjadi golongan yang menjauhkan diri dari Alqur'an. Mudah-mudahan kita punya niat yang baik. Mudah-mudahan puasa kita diterima, do'a kita dikabulkan dan semoga kita disampaikan pada akhir Ramadhan yang mana dibebaskan dari api neraka. Mudah-mudahan dicabut sifat dengki, benci kepada orang lain dan ditumbuhkan sifat kasih sayang. Mudah-mudahan kita ditumbuhkan sifat peduli terhadap orang lain. Mudah-mudahan kita disatukan dalam payung laa ilaaha illallaah. Kita memohon agar Allah jaga negeri ini, jauh dari kedzaliman, perselisihan, menjadi negeri yang subur, baldatun thayyibun wa rabbun ghaffur,” demikian Habib Ali menutupnya dengan doa yang indah.
(rhs)