Sthepen Hawking, Atheis dan Jawaban Ilmiah dari Alqur'an (2)

Selasa, 29 Oktober 2019 - 05:15 WIB
Sthepen Hawking, Atheis dan Jawaban Ilmiah dari Alquran (2)
Sthepen Hawking, Atheis dan Jawaban Ilmiah dari Alqur'an (2)
A A A
Ustaz Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Alquran

Boleh jadi, Hawking pada awalnya hanya memiliki kepercayaan secara dogmatis terhadap Kristen, sehingga dia ingin melepaskan dogmatis itu dalam kemurniaan sains dan teknologi secara terpisah dan integral. Pada akhirnya dia memilih untuk menjadi seorang Atheis.

Sekiranya dia mau menyelaraskan pada informasi sains yang telah disampaikan Alqur'an sejak lebih dari 1400 tahun lalu, barangkali Hawking akan menemukan fakta ilmiah bahwa penemuan teorinya telah dipapar Alqur'an lebih awal dari apa yang ditemukan oleh ilmuwan pada abad pertengahan.

Alqur'an sedikit memberi gambaran mengenai Red Giant dalam QS Ar-Rahman (55) ayat 37. Black Hole sendiri bisa dianalogikan suatu bola yang berdiameter beberapa centimeter saja, namun massanya sama dengan bumi, hal ini menyebabkan gravitasi Black Hole menjadi sangat tinggi.

Dengan demikiran semua benda yang ada di sekitarnya akan tertarik bahkan cahaya pun akan tertarik sehingga warnanya menjadi hitam. Black Hole menarik, menekan, dan membersihkan setiap sesuatu yang ditemuinya dalam perjalanannya.

Peristiwa ini sedikit digambarkan dalam Surat At-Takwir ayat 15-16. Selain itu dalam Surat At-Thariq juga digambarkan mengenai bintang yang cahayanya menembus.

"Wassamaai Wa At-Thaariq. Wamaa Adraakamat-thaariq. "Annajmu Atssaaqib?" (Tahukah Kamu Apa itu At-Tharriq itu?)

Dari ketiga ayat tersebut ada dua kata yang perlu ditekankan yaitu Kata At-Tharriq dan Attsaqib. At-Thaariq berasal dari Tha-ra-qa, berarti memukul dengan palu. Bagaimana suatu benda yang dipukul dengan palu? Tentu akan menimbulkan getaran yang cukup keras.

Bagaimana kalau ukuran benda itu begitu besar? Tentu getarannya juga dahsyat. Dari akar kata tersebut bercabang menjadi beberapa kata yang artinya bisa jalan atau cara atau metode (At-Tariiqah), kekuatan (At-Thirqu), dan yang datang pada malam hari atau bintang dini hari (At-Thaariq).

At-Tsaqib dalam kamus Al-Munawir berasal dari kata Tsa-qa-ba. Tsaqaba berarti menembus, melubangi. Jadi At-Tsaqib bisa diartikan yang tembus atau berlubang. Maka tidak salah jika kemudian At-Tsaqib diterjemahkan "Bintang yang cahayanya menembus".

Fakta-fakta sains ternyata lebih dahulu disampaikan oleh Alqur'an lebih gamblang jauh lebih dahulu dari apa yang ditemukan oleh Sthepen Hawking maupun para ilmuwan Barat pada abad pertengahan.

Hal ini membuktikan bahwa Alqur'an adalah kalamulllah yang membawa ilmu pengetahuan sains dan kebenaran adanya penciptaan serta pengaturan peredaan alam semesta oleh satu kekuatan superior, yaitu Allah 'Azza wa Jalla.

Sekiranya, Hawking mengkaji Alqur'an terlebih dahulu kemudian menemukan teori "Black Hole" atau setelah menemukan teori ilmiahnya diseleraskan dengan Alqur'an, ditambah sikap kejujuran ilmiahnya, tentu keilmiahan Hawking tidak akan menjerumuskannya pada jurang 'Lubang Hitam' yang lebih mengerikan, yaitu Atheis.

Dari sini lah ilmu pengetahuan sains hanya mampu mengantarkan seorang ilmuwan pada keberadaan Tuhan, namun belum cukup mampu membuatnya beriman. Teori keilmiahan tidak akan mampu menjangkau nalar iman secara rasionalitas dalam rumus-rumus dan teori sains.

Sebab, aspek iman adalah ruang lain melebihi batasan wilayah rasionalitas, walaupun dia sesungguhnya juga bisa seleras dengan akal. Persoalannya iman itu terletak dalam hati, bukan wilayah akal pikiran manusia yang serba terbatas.

Sthepen Hawking hanya butuh Alqur'an untuk menjawab arogansinya itu. Namun sayangnya, dia telah meninggal dunia pada tahun 2018 yang lalu. Maka di sanalah dia akan mendapatkan jawaban atas segala apa yang ia nafikan dan apa yang telah dia tantang.

Pandangan Sthepen Hawking senada dengan apa yang pernah diucapkan oleh orang Arab Jahiliyyah yang diabadikan di dalam Alqur'an,

"Ya Laitani kuntu Turaaba. Sungguh celaka ucapan kami dulu yang mengatakan tiadalah akhir kehidupan ini kami hanya akan menjadi debu tanah saja."

Apakah dia hanya akan menjadi debu saja tanpa ada pertanggungjawaban setelah kehidupan di dunia? Wallahu A'lam. [Baca Juga: Sthepen Hawking, Atheis dan Jawaban Ilmiah dari Alqur'an (1)]
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1981 seconds (0.1#10.140)