Ingin Jadi Orang Beruntung? Jauhi Sifat Tercela Ini
A
A
A
Allah Ta'ala menciptakan langit dan bumi beserta isinya, semuanya mengandung hikmah yang agung dan tidak dalam kesia-siaan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, "Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah (hanya sia-sia saja). Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka…" (Ash-Shood: 27).
Termasuk tatkala Allah Ta'ala memberikan manfaat (kebaikan) atau suatu mudhorot (musibah) kepada seseorang, tentunya hal ini mengandung hikmah yang agung.
"Kita harus selalu berhusnuzzhon (berprasangka baik) terhadap segala sesuatu yang telah Allah tetapkan kepada hamba-Nya agar kita termasuk orang-orang beruntung," kata Habib Quraisy Baharun melalui akunnya @AlhabibQuraisyBaharun, kemarin.
Pimpinan Ponpes As-Shidqu Kuningan itu menjelaskan sifat tercela yang harus dijauhi orang beriman adalah su'udzon (berprasangka buruk) kepada Allah. Sifat tercela ini merupakan salah satu dosa besar dan merupakan kebiasaan orang-orang kafir dan munafik.
Azab dunia yang akan diterima orang kafir dan munafik adalah berupa keresahan dan kegelisahan yang melanda hati mereka. Adapun azab akhirat, mereka akan mendapatkan murka Allah dan jauh dari rahmat Allah.
Berprasangka buruk kepada Allah merupakan bentuk pengingkaran kepada takdir Allah. Misalnya dengan mengatakan 'Seharusnya kejadiannya begini dan begitu' atau ucapan, 'Kok rejeki saya akhir-akhir ini seret terus ya? Lagi apes memang,' serta bentuk ucapan-ucapan yang lain.
Banyak orang berprasangka buruk kepada Allah baik berkaitan dengan dirinya maupun orang lain. Tidak ada yang dapat menghindar dari prasangka buruk ini kecuali bagi orang-orang yang memahami nama dan sifat Allah.
"Untuk itu marilah introspeksi diri, apakah kita termasuk orang seperti ini (gemar berprasangka buruk kepada Allah). Kita berdoa kepada Allah agar menjauhkan kita semua dari berprasangka buruk kepada-Nya," ajak Habib Quraisy.
Tiga Rahasia Dibalik Musibah
Habib Quraisy menyebutkan, tidaklah Allah menimpakan suatu musibah kepada para hambaNya yang mukmin kecuali untuk tiga hal:
1. Mengangkat derajat bagi orang yang tertimpa musibah, karena kesabarannya terhadap musibah yang telah Allah tetapkan.
2. Sebagai cobaan bagi dirinya.
3. Sebagai pelebur dosa atas dosanya yang telah lalu.
Termasuk tatkala Allah Ta'ala memberikan manfaat (kebaikan) atau suatu mudhorot (musibah) kepada seseorang, tentunya hal ini mengandung hikmah yang agung.
"Kita harus selalu berhusnuzzhon (berprasangka baik) terhadap segala sesuatu yang telah Allah tetapkan kepada hamba-Nya agar kita termasuk orang-orang beruntung," kata Habib Quraisy Baharun melalui akunnya @AlhabibQuraisyBaharun, kemarin.
Pimpinan Ponpes As-Shidqu Kuningan itu menjelaskan sifat tercela yang harus dijauhi orang beriman adalah su'udzon (berprasangka buruk) kepada Allah. Sifat tercela ini merupakan salah satu dosa besar dan merupakan kebiasaan orang-orang kafir dan munafik.
Azab dunia yang akan diterima orang kafir dan munafik adalah berupa keresahan dan kegelisahan yang melanda hati mereka. Adapun azab akhirat, mereka akan mendapatkan murka Allah dan jauh dari rahmat Allah.
Berprasangka buruk kepada Allah merupakan bentuk pengingkaran kepada takdir Allah. Misalnya dengan mengatakan 'Seharusnya kejadiannya begini dan begitu' atau ucapan, 'Kok rejeki saya akhir-akhir ini seret terus ya? Lagi apes memang,' serta bentuk ucapan-ucapan yang lain.
Banyak orang berprasangka buruk kepada Allah baik berkaitan dengan dirinya maupun orang lain. Tidak ada yang dapat menghindar dari prasangka buruk ini kecuali bagi orang-orang yang memahami nama dan sifat Allah.
"Untuk itu marilah introspeksi diri, apakah kita termasuk orang seperti ini (gemar berprasangka buruk kepada Allah). Kita berdoa kepada Allah agar menjauhkan kita semua dari berprasangka buruk kepada-Nya," ajak Habib Quraisy.
Tiga Rahasia Dibalik Musibah
Habib Quraisy menyebutkan, tidaklah Allah menimpakan suatu musibah kepada para hambaNya yang mukmin kecuali untuk tiga hal:
1. Mengangkat derajat bagi orang yang tertimpa musibah, karena kesabarannya terhadap musibah yang telah Allah tetapkan.
2. Sebagai cobaan bagi dirinya.
3. Sebagai pelebur dosa atas dosanya yang telah lalu.
(rhs)