Kita yang Menebar Najis, Rasulullah SAW yang Membersihkannya!

Senin, 04 November 2019 - 07:30 WIB
Kita yang Menebar Najis,...
Kita yang Menebar Najis, Rasulullah SAW yang Membersihkannya!
A A A
Ustaz Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Alquran

Sangat menggugah hati analogi kisah yang dilukiskan oleh Imam Jalaluddin ar-Rumi dalam karyanya 'Al-Matsnawi' ketika menggambarkan betapa kehadiran Rasulullah SAW sebagai rahmat bagi umat akhir zaman.

Ar-Rumi menqiyaskan sebuah kisah menarik tentang serombongan musafir orang yang mengunjungi rumah Rasulullah SAW. Rombongan itu dijamu oleh Rasulullah dengan makanan yang lezat.

Para tamu makan dengan lahapnya. Sampai-sampai ada di antara rombongan itu seseorang yang berbadan gempal makan dengan sangat banyaknya, sehingga dia tidak bisa tidur nyenyak. Dia gelisah disebabkan perutnya yang sakit. Mules. Akhirnya, dia tak tahan lagi.

Malam itu, dia ingin keluar mencari tempat qadha hajat, tapi tak didapatinya. Walhasil, dia membuang kotorannya di rumah Rasulullah SAW. Lantaran khawatir ketahuan, kotoran itu dia tutupi dengan selendang yang ada di rumah itu, selendang Rasulullah.

Disebabkan rasa malu, orang itu keluar meninggalkan rumah Rasulullah pada malam itu juga dengan meninggalkan kotoran yang sangat busuk di rumah Rasulullah.

Keesokan harinya, Rasulullah mendapati kotorannya, lalu Beliau SAW membersihkannya dengan ketawadhuannya. Orang tadi, ternyata tidak tenang juga, dia masih merasa bersalah.

Dia ingin kembali ke rumah menemui Rasulullah, tapi dia malu. Jika tetap bertahan pun dia tak mampu menahan kerinduan pada sosok nan agung itu. Dia menjadi kebingungan.

Akhirnya, dia putuskan kembali ke rumah Rasulullah dengan menanggung segala malu beserta segenap rindu. Dia memberanikan diri untuk berterus terang dan meminta maaf atas kesalahannya. Apa yang terjadi?

Ternyata, dari kejauhan Rasulullah telah menyambut lagi kedatangannya dengan penuh kemaafaan dan kebahagiaan. Rasulullah menggandengnya dan membawanya masuk kembali.

Mendudukkan di sampingnya seraya berkata, "Mengapa engkau menjauhiku, apakah disebabkan kesalahanmu itu, bukankah sudah menjadi tugasku membersihkan kekotoran-kekotoran dari umatku?"

Begitulah Rasulullah diutus untuk kita. Kita melalukan banyak dosa, namun Rasulullah yang memintakan keampunan bagi kita pada Allah.

Kata Rasulullah, janganlah malunya dirimu padaku menyebabkan engkau menjauhiku. Bukankah aku tidak pernah menjauhimu di kala kau meninggalkan kotoran kalian untuk aku bersihkan?"

وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُواْ أَنفُسَهُمْ جَآؤُوكَ فَاسْتَغْفَرُواْ اللّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ

"Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka."

Bayangkan jika selama hidup kita banyak melanggar, mengkritisi bahkan memusuhi sunnah-sunnah-nya, kelak ketika kita berharap syafa'at beliau, betapa malunya kita di hadapan Rasulullah ketika beliau bertanya, "Bukankah engkau yang dulu menentang sunnah-sunnahku?"

Jika berdosa, kita meninggalkan najis kotoran, sedangkan Rasulullah SAW yang kembali membersihkannya. Duhai, betapa agung dan mulianya akhlakmu wahai Rasulullah!
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0989 seconds (0.1#10.140)