Bentuk-bentuk Pelecehan yang Pernah Dialami Rasulullah SAW

Kamis, 21 November 2019 - 05:30 WIB
Bentuk-bentuk Pelecehan yang Pernah Dialami Rasulullah SAW
Bentuk-bentuk Pelecehan yang Pernah Dialami Rasulullah SAW
A A A
Tak puas menyiksa para sahabat Nabi yang mulia, kaum musyrikun Makkah mulai mengganggu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) pada awal masa kenabian. Kafir Quraisy mulai terang-terangan 'menyerang' Nabi Muhammad SAW. Mereka menolak kehadiran dakwah Islamiyah.

Dalam Sirah Nabawiyah yang bersumber dari Kitab Ar-Rahiqul Makhtum, Syeikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury mengulas bentuk-bentuk pelecehan yang dilakukan kafir Quraisy terhadap Rasulullah SAW.

Sikap penghormatan yang dulu pernah mereka tampakkan terhadap Rasulullah SAW mereka langgar sejak munculnya dakwah Islamiyyah. Kebengisan dan kesombongan kafir Quraisy mulai mereka tampakkan kepada Rasulullah SAW. Mereka melakukan ejekan, hinaan, pencemaran nama baik, pengaburan, celaan dan gangguan lainnya.

Tokoh yang menjadi ujung tombaknya adalah Abu Lahab, seorang kepala suku Bani Hasyim. Sejak awal masa kenabian, dia sudah menghadang Rasulullah SAW sebelum kaum Quraisy berkeinginan melakukan hal itu.

Sebelum Beliau SAW diutus sebagai Nabi, Abu Lahab telah menikahkan kedua anaknya: 'Utbah dan 'Utaibah dengan kedua putri Rasulullah SAW, Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Namun ketika beliau diutus menjadi Rasul, Abu Lahab memerintahkan kedua anaknya menceraikan kedua putri Rasulullah itu dengan cara yang kasar dan keras.

Thariq bin 'Abdullah al-Muhariby meriwayatkan suatu kisah pelecehan yang dialami Rasulullah. Abu Lahab pernah memukul Rasulullah dengan batu hingga kedua tumit beliau berdarah. Istri Abu Lahab, Ummu Jamil binti Harb bin Umayyah saudara perempuan Abu Sufyan, tidak kalah hebatnya permusuhannya terhadap Nabi SAW.

Dia pernah membawa dedurian dan menebarkannya di jalan yang dilalui oleh Nabi SAW, bahkan di depan pintu rumah Beliau SAW pada malam harinya. Dia adalah sosok perempuan yang judes. Lisannya selalu dijulurkan untuk mencaci Nabi, mengarang berita dusta dan menyulutkan api fitnah serta mengobarkan perang membabibuta terhadap Rasulullah SAW. Karena itulah, Alqur'an menyifatinya dengan "Hammaalatal Hathab" (wanita pembawa kayu bakar).

Ketika Abu Lahab dan istrinya mendengar turunnya ayat Alqur'an itu, dia langsung mendatangi Rasulullah SAW yang sedang duduk bersama Abu Bakar ash-Shiddiq. Dia membawa segenggam batu, namun ketika dia berdiri di hadapan keduanya, Allah membutakan pandangannya dari beliau sehingga dia tidak melihat selain Abu Bakar, lantas dia berkata: "wahai Abu Bakar! Mana sahabatmu itu? Aku mendapat berita bahwa dia telah mengejekku. Demi Allah! andai aku menemuinya niscaya akan aku tampar mulutnya dengan segenggam batu ini.

Demikianlah yang dilakukan Abu Lahab padahal beliau adalah paman beliau SAW sekaligus tetangganya, rumahnya menempel dengan rumah beliau. Sama seperti tetangga-tetangga beliau yang lain yang selalu mengganggu beliau padahal beliau tengah berada di dalam rumah.

Ibnu Ishaq berkata: "Mereka yang selalu mengganggu Rasulullah SAW saat beliau berada di rumah tersebut adalah Abu Lahab, Al-Hakam bin Abi Al-'Ash bin Umayyah, 'Uqbah bin Abi Mu'ith, 'Adiy bin Hamra' ats-Tsaqafy dan Ibnu Al-Ashda' Al-Hazaly. Semuanya adalah tetangga Nabi. Tak seorang pun di antara mereka yang mendapat hidayah Islam kecuali Al-Hakam bin Abi Al-'Ash.

Bentuk penindasan lain, Rasulullah pernah dilempari dengan kotoran kambing saat beliau melakukan salat. Yang lain lagi, bila priuk milik beliau -yang terbuat dari batu-tengah dipanaskan, pernah memasukkan bangkai ke dalamnya. Rasulullah mamasang tabir agar dapat terlindungi dari mereka manakala beliau tengah melakukan salat. Bila usai mereka melakukan hal itu, Rasulullah membawanya keluar dan meletakkannya di atas sebatang ranting, kemudian berdiri di depan pintu rumahnya lalu berseru: "wahai Bani 'Abdi Manaf! Tetangga-tetangga model apa yang begini kelakuannya?". Kemudian barang itu beliau lempar ke jalan.

'Uqbah bin Abi Mu'ith malah melakukan hal yang lebih buruk dan busuk dari itu lagi. Imam Bukhari meriwayatkan dari 'Abdullah bin Mas'ud RA bahwa pernah suatu hari Nabi SAW melakukan salat di sisi Baitullah sedangkan Abu Jahal dan rekan-rekannya tengah duduk-duduk. Lalu sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain: "Siapa di antara kalian yang akan membawa kotoran unta Bani Fulan lalu menumpahkannya ke punggung Muhammad saat dia sedang sujud?".

Maka bangkitlah 'Uqbah bin Abi Mu'ith, sosok yang paling sangar di antara mereka, membawa kotoran itu sembari memperhatikan gerak-gerik Nabi Muhammad SAW. Tatkala beliau SAW beranjak sujud kepada Allah, dia menumpahkan kotoran itu ke arah punggung Beliau di antara dua bahunya. Aku (Ibnu Mas'ud) memandangi hal itu dan ingin sekali melakukan sesuatu andai aku memiliki perlindungan (suaka). Lalu mereka tertawa sambil masing-masing saling mencolek dan memiringkan badan satu sama lainnya dengan penuh kesombongan dan keangkuhan sedangkan Rasulullah masih sujud.

Doa Nabi yang Mengguncang 'Arsy
Saat dilumuri kotoran unta, Beliau SAW tidak dapat mengangkat kepalanya hingga putri tercinta Fathimah Az-Zahra radhiallahu 'anha (RA) datang dan membuang kotoran itu dari punggung beliau. Setelah beliau mengangkat kepala, Nabi SAW kemudian berdoa: "Ya Allah! berilah balasan (setimpal) kepada kaum Quraisy tersebut'. Beliau mengucapkannya tiga kali. Doa beliau ini menyesakkan hati mereka. Dia (Ibnu Mas'ud) bertutur lagi: 'mereka menganggap bahwa berdoa di negeri itu (Mekkah) adalah mustajabah. Kemudian dalam doanya tersebut, beliau Shallallâhu 'alaihi wasallam menyebutkan nama mereka satu persatu: ' Ya Allah! binasakanlah Abu Jahal, 'Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, al-Walid bin 'Utbah, Umayyah bin Khalaf, 'Uqbah bin Abi Mu'ith –Ibnu Mas'ud menyebutkan yang ke tujuh namun tidak mengingat namanya-.

Demi Dzat yang jiwaku di tanganNya! Sungguh aku telah melihat orang-orang yang disebutkan oleh Rasulullah SAW mati mengenaskan di Al-Qalib, yaitu kuburan di Badar, Madinah". Adapun nama orang yang ke tujuh itu adalah 'Imarah bin al-Walid.

Lain lagi yang dilakukan oleh Ummayyah bin Khalaf; bila melihat Rasulullah SAW, dia langsung mengumpat dan mencelanya. Karenanya, turunlah ayat: "Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat (al-Humazah) lagi pencela". (QS. Al-Humazah: 1).

Ibnu Hisyam berkata: "Kata al-Humazah maknanya adalah orang yang mencemooh seseorang secara terang-terangan, memain-mainkan kedua matanya sambil mengerdipkannya, sedangkan kata Al-Lumazah maknanya adalah orang yang mencela manusia secara sembunyi dan menyakiti hati mereka".

Sama halnya dengan saudara laki-lakinya, Ubaybin Khalaf; mereka berdua seiring dan sejalan. Suatu ketika, 'Uqbah duduk di majelis Nabi sembari mendengarkan dakwahnya, namun manakala berita itu sampai ke telinga Ubay; dia langsung mencaci dan mencemooh saudaranya tersebut serta memintanya agar meludah ke wajah Rasulullah SAW, maka diapun melakukannya. Sementara Ubay sendiri juga tidak mau kalah, dia menumbuk tulang belulang yang ada hingga remuk redam lalu meniupkannya ke angin yang berhembus ke arah Rasulullah SAW. Na'udzubillahi mindzalik.

Bentuk pelecehan lainnya adalah apa yang diperbuat oleh Al-Akhnas bin Syuraiq atTsaqafy yang selalu mengerjai Rasulullah SAW. Alqur'an menyifatinya dengan 9 sifat yang menyingkap perangainya, yaitu firman Allah Ta'ala: "Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina (10). Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah (11). Yang enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa (12). Yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya (13)". (QS. Al-Qalam: 10-13).

Demikian pula dengan Abu Jahal, terkadang dia datang kepada Rasulullah dan mendengarkan Alqur'an, kemudian berlalu namun hal itu tidak membuatnya beriman, tunduk, sopan apalagi takut. Bahkan dia menyakiti Rasulullah SAW dengan perkataannya. Selain itu menghadang jalan Allah, berlalu lalang dengan angkuh memproklamirkan apa yang diperbuatnya dan bangga dengan kejahatan yang dilakukannya tersebut seakan sesuatu yangenteng saja.

Terhadapnya turunlah ayat: "Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Alqur'an) dan tidak mau mengerjakan salat… dst". (QS. Al-Qiyamah: 31). Dia selalu mencegah Rasulullah SAW melakukan salat sejak pertama kali melihat beliau melakukannya di Masjid al-Haram. Suatu kali, dia melewati beliau yang sedang melakukan salat di sisi Maqom (Nabi Ibrahim) lalu berkata: "Wahai Muhammad! Bukankah sudah aku larang engkau melakukan ini?". Dia mengancam beliau serta membentaknya.
Dia berkata kepada beliau: "Wahai Muhammad! Dengan apa engkau akan mengancamku? Demi Allah! bukankah sesungguhnya aku adalah orang yang paling banyak memanggil (berdoa) di lembah ini (Mekkah)". Maka turunlah ayat: "Maka biarkanlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya). Kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah". (QS. Al-'Alaq: 17-18).

Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Nabi SAW mencengkeram lehernya dan menggoyang-goyangkannya sembari membacakan firman Allah: "Kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu. Kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu". (QS Al-Qiyamah: 34-35). Lantas musuh Allah itu berkata: "Engkau hendak mengancamku, wahai Muhammad? Demi Allah! engkau dan TuhanMu tidak akan sanggup melakukan apapun. Sesungguhnya aku-lah seperkasa orang yang berjalan di antara dua gunung di Mekkah ini!".

Sekalipun sudah membentak-bentak, Abu Jahal tidak pernah kapok dari kedunguannya bahkan semakin keterlaluan. Dari Abu Hurairah, dia berkata: "Abu Jahal berkata: 'Apakah Muhammad sujud dan menempelkan jidatnya di tanah (salat) di depan batang hidung kalian?" Salah seorang menjawab: "Ya, benar!". Dia berkata lagi: "Demi al-Laata dan al-'Uzza! Sungguh aku akan menginjak-injak lehernya dan membenamkan mukanya ke tanah!". Tak berapa lama, datanglah Rasulullah lalu melakukan salat. Abu Jahal sebelumnya mendakwa akan menginjak-injak lehernya, namun sebaliknya, yang terjadi sungguh mengagetkan mereka; dia tidak jadi bergerak maju dan malah menutupi kedua tangannya untuk berlindung. Mereka lalu bertanya: "Wahai Abu Jahal! Ada apa gerangan denganmu?". Dia menjawab: "Sesungguhnya ada parit dari api, sesuatu yang menakutkan dan sayap-sayap yang mengantarai aku dan dia".

Kemudian Rasulullah SAW berkata: "Andai dia sedikit lagi mendekat kepadaku, niscaya tubuhnya akan disambar Malaikat dan terkoyak satu persatu".

Demikian sekilas gambaran bentuk pelecehan dan penganiayaan yang dialami Rasulullah SAW dan kaum muslimin oleh kaum musyrik Makkah. Meskipun dianiaya dan dilecehkan, Rasulullah SAW tetap menunjukkan akhlak terpuji. Beliau tidak membalas kekerasan dengan kekerasan. Tidak membalas kedengkian dengan kedengkian. Tidak juga membalas permusuhan dengan permusuhan. Beliau justru bersikap bijaksana dan tawakkal kepada Allah hingga akhirnya Allah menghancurkan kaum musyrikun dan menjadikan Makkah menjadi kota suci yang penuh berkah.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4983 seconds (0.1#10.140)