Syeikh Ahmad: Jangan Lecehkan Rasulullah karena Beliau Itu Ma'shum

Jum'at, 22 November 2019 - 05:15 WIB
Syeikh Ahmad: Jangan Lecehkan Rasulullah karena Beliau Itu Mashum
Syeikh Ahmad: Jangan Lecehkan Rasulullah karena Beliau Itu Ma'shum
A A A
Ulama Mesir yang kini menetap di Jakarta, Syeikh Ahmad Al-Mishri mengajak umat Islam agar menjadikan Maulid Nabi sebagai momentum untuk menumbuhkan kecintaan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW).

Hal itu disampaikannya ketika memberi tausiyah dalam peringatan Maulid nabi yang digelar Majelis Misbahul Munir di Kembangan Utara, Jakarta Barat. Kata Syeikh Ahmad , Rasulullah SAW adalah sosok yang sempurna baik secara agama, fisik dan segalanya. Allah Ta'ala berfirman dalam Alqur'an:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (QS. At-Taubah: 128)

Sebelum Allah mengangkat Beliau menjadi Rasul, Nabi Muhammad tidak pernah melakukan keburukan dan tidak pernah menyembah berhala. Tidak pernah pula mengingkari janji. Ketika di malam hari hijrahnya, Beliau menyuruh Sayyidina Ali bin Abi Thalib untuk tidur di rumahnya agar bisa mengembalikan barang yang dititipkan kepada Beliau.

Anas bin Malik pernah mengatakan, sebelum Nabi berusia 40 tahun, wajah beliau lebih mulia dan lebih indah dari bulan purnama. Bahkan, cahaya wajah Rasulullah SAW lebih indah dari Nabi Yusuf 'alaihissalam meskipun memiliki separuh keindahan wajah di muka bumi. Seluruh ulama sepakat bahwa kesempurnaan itu dimiliki oleh Rasulullah SAW .

"Rasulullah itu tidak bisa dibandingkan dengan manusia lain di mana saat ini ada seorang yang tidak tahu asal usulnya dan membandingkan Rasulullah dengan ayahnya," kata Syeikh Ahmad.

Untuk diketahui, umat Islam tidak pernah melupakan siapa yang berjuang untuk kemerdekaan negeri ini. Namun, kemerdekaan itu tidak lepas dari kalimat takbir. Umat Islam mampu berkumpul dan menegakkan kebenaran juga karena berkat sosok Rasulullah SAW. Karena itu, Rasulullah SAW tidak bisa dibandingkan dengan manusia lain karena Beliau adalah sosok yang Ma'shum (terpelihara dari dosa) sejak lahir.

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ۚ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ (66)

"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa." (QS. At-Taubah: 65-66)

Setiap Nabi diberi kemuliaan oleh Allah Ta'ala. Nabi Musa ketika ingin bertemu dengan Allah disuruh melepas sandalnya. Beda dengan Nabi SAW ketika bertemu Allah di 'ArsyNya, sandalnya (terompanya) pun ikut menghadap Allah.

Ketika Nabi Muhammad SAW menangis, Malaikat Jibril diutus untuk menemuinya dan bertanya. Lalu Nabi SAW menjawab: "Ya Jibril, ummati, ummati, ummati." Dan Malaikat Jibril melapor dan Allah memberi pesan.

Ketika Nabi SAW meneteskan air matanya ditanya oleh Sayyidina Umar bin Khaththab RA dalam Shahih Bukhari. Sayyidina Umar berkata: 'Ya Rasulullah aku mencintaimu melebihi dari semuanya.' Rasulullah SAW berpesan: "Tidak sempurna agamamu selama engkau tidak mencintai aku melebihi dirimu."

Kemuliaan lain yang dimiliki Rasulullah, ketika Beliau tidur siang di rumah Ummu Sulaim digelar karpet dan keringatnya dikumpulkan dicampur dengan minyak wangi yang mereka miliki.

Begitu besar rasa cinta Beliau kepada umatnya dan menginginkan kemudahan untuk umatnya. Ketika Nabi SAW salat tarawih, besoknya Beliau tidak mau keluar lagi untuk melaksanakannya (karena takut kelak salat tarawih itu dihukumi wajib). Ketika memimpin salat, Nabi SAW mempercepat salatnya karena mendengar anak kecil menangis.

Dalam hadits riwayat Imam Tirmidzi disebutkan kalian adalah penyempurna umat ini dan umat terbaik. "Kita bangga memiliki Rasulullah, namun apakah Rasulullah bangga akan diri kita sebagai umatnya?" kata Syeikh Ahmad.

Bagaimana kita menghadap Rasulullah SAW jika tidak mampu membaca Alqur'an? Padahal tidak ada proyek yang gagal dan rugi dalam mempelajari Alqur'an karena setiap ayat yang dibaca diganjar pahala.

"Mari jadikan momentum Maulid Nabi ini sebagai cara kita menumbuhkan cinta kepada Rasulullah SAW dan memperkuat aqidah kita. Lupakan segala hal khilafiyah (pebedaan kecil), mari bersatu untuk kebaikan dan kebangkitan umat ini," tutup Syeikh Ahmad dalam ceramahnya.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3369 seconds (0.1#10.140)