Kisah Nabi Yunus Ditelan Ikan Besar, Ini Penyebabnya

Jum'at, 13 Desember 2019 - 05:10 WIB
Kisah Nabi Yunus Ditelan Ikan Besar, Ini Penyebabnya
Kisah Nabi Yunus Ditelan Ikan Besar, Ini Penyebabnya
A A A
Yunus bin Matta adalah seorang Nabi dan Rasul yang diberi wahyu oleh Allah Ta'ala sebagaimana Nuh dan Nabi-nabi sesudahnya. Allah melebihkan mereka dari manusia-manusia yang lain.

Dalam Alqur'an , Allah Ta'ala mengabarkan kisah Nabiyullah Yunus 'alaihissalam (AS) yang meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah. "Dan ingatlah Dzun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah." (QS. Al-Anbiya: 87). Beliau kabur ke kapal yang penuh muatan.

Kisah Nabi Yunus ini mengandung keajaiban dan keunikan. Beliau dibuang ke laut dan dimakan ikan besar. Di sanalah beliau berdoa kepada Allah untuk meminta pertolongan-Nya. Maka Allah Ta'ala menyelamatkannya dari kebinasaan. Allah memerintahkan ikan besar itu memuntahkan Nabi Yunus di tepi pantai.

Apa penyebab Nabi Yunus ditelan ikan? Berikut ulasan Syeikh Umar Sulaiman Al-Asyqor (Guru Besar Universitas Islam Yordania) dalam kitabnya "Kisah-kisah Shahih Seputar Para Nabi dan Rasul".

Syeikh Umar menukil sebuah hadis Nabi dari sahabat Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu (RA), beliau berkata, "Sesungguhnya Yunus menjanjikan azab kepada kaumnya. Dia memberitakan bahwa ia akan datang kepada mereka dalam tiga hari. Mereka ketakutan, hingga ibu berpisah dengan anaknya. Kemudian mereka keluar dan kembali kepada Allah untuk memohon ampun dari-Nya. Maka Allah menahan azab dari mereka.

Sementara itu Yunus menantikan turunnya azab dan dia tidak melihat apa pun. Barangsiapa berdusta dan tidak memiliki bukti maka dia dibunuh. Maka Yunus pergi dalam keadaan marah, hingga dia bertemu dengan suatu kaum di atas perahu. Yunus ikut bersama mereka dan mereka mengenalnya.

Ketika Nabiyullah Yunus naik ke perahu, perahu itu tiba-tiba terhenti padahal perahu lainnya bergerak hilir-mudik ke kanan dan ke kiri. Yunus berkata, 'Ada apa dengan perahu kalian?’ Mereka menjawab, 'Entahlah.'

Yunus berkata, 'Akan tetapi, aku tahu. Di atas perahu ini terdapat seorang hamba yang kabur dari Tuhannya. Perahu ini, demi Allah, tidak akan berjalan hingga kalian membuang orang itu.' Mereka menjawab, 'Kalau kamu, wahai Nabiyullah, maka kami tidak akan melemparkanmu.'

Yunus berkata, 'Buatlah undian. Siapa yang keluar namanya, maka dia harus terjun ke laut.' Lalu mereka membuat undian. Yunus mengundi mereka tiga kali dan yang keluar selalu namanya. Yunus pun terjun ke laut dan seekor ikan besar telah menantinya. Begitu Yunus terjun, ikan itu langsung menelannya. Ikan itu turun ke dasar laut.

Yunus mendengar tasbih batu-batu kecil. Maka dia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap:
لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

"Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim." (QS. Al-Anbiya: 87).

Ibnu Mas'ud berkata, "Kegelapan di dalam perut ikan besar, kegelapan laut dan kegelapan malam." Dia berkata, "Kalau sekiranya dia (Nabi Yunus) tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, niscaya dia benar-benar dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela." (QS. Al-Qalam: 49)

Dia berkata, "Yunus seperti anak burung yang telanjang dan tidak berbulu, dan Allah menumbuhkan untuknya sebuah pohon dari jenis labu. Yunus makan dari pohon itu dan berteduh di bawahnya. Pohon itu mengering dan Yunus menangisinya, maka Allah mewahyukan kepadanya, 'Apakah kamu menangisi sebuah pohon yang mengering dan tidak menangisi seratus ribu orang atau lebih di mana kamu hendak mencelakakan mereka?"

Maka Yunus keluar. Dia bertemu dengan seorang penggembala kambing. Yunus bertanya kepadanya, "Anak muda, darimana asalmu?" Dia menjawab, "Dari kaum Yunus." Yunus berkata, "Jika engkau pulang, maka sampaikan salam kepada mereka. Katakan kepada mereka kalau kamu telah bertemu Yunus."

Anak muda itu berkata, "Jika kamu memang benar Yunus, maka tentu kamu tahu bahwa barangsiapa yang berbohong dan dia tidak mempunyai bukti, dia akan dibunuh. Lalu siapa yang bersaksi untukku?" Yunus menjawab, "Saksimu adalah pohon ini dan lembah ini." Anak muda itu berkata, "Perintahkan keduanya."
Maka Nabi Yunus berkata kepada pohon dan lembah itu, "Jika anak muda ini datang kepada kalian berdua, maka bersaksilah untuknya." Keduanya menjawab, "Ya."

Anak muda itu pulang kepada kaumnya. Dia memiliki saudara-saudara yang melindunginya. Dia menghadap raja dan berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku telah bertemu Yunus, dia menyampaikan salam kepada kalian." Maka raja memerintahkan agar anak muda ini dibunuh. Dikatakan kepada raja, "Dia punya
bukti." Raja pun mengutus seseorang pergi bersama anak muda itu. Mereka tiba di pohon dan lembah. Anak muda itu berkata kepada keduanya, "Aku bertanya kepada kalian berdua dengan nama Allah, apakah Yunus menjadikan kalian berdua sebagai
saksi?" Keduanya menjawab, "Ya."

Maka kaumnya pulang dalam keadaan ketakutan. Mereka berkata, "Pohon dan bumi bersaksi untukmu." Mereka mendatangi raja dan menceritakan apa yang mereka lihat. Raja menuntun tangan anak muda itu dan mendudukkannya di singgasananya seraya berkata, "Kamu lebih berhak terhadap kursi ini daripada aku." Maka anak muda itu memimpin mereka selama empat puluh tahun.

Hikmah dan Pelajaran

Syeikh Umar menjelaskan nash hadis di atas menunjukkan bahwa perginya Yunus tanpa izin dari Allah Ta'ala disebut orang yang abiq (pergi tanpa permisi). Abiq adalah hamba sahaya yang melarikan diri dari majikannya.

Semestinya Nabi Yunus harus rela dengan keputusan Allah dan berserah diri kepada perintah-Nya. Bukan hak seorang hamba untuk marah kepada perbuatan Tuhannya. Yunus juga semestinya tidak pergi tanpa izin-Nya. Karena itu, Allah melarang Rasul-Nya agar tidak seperti orang yang ditelan ikan besar, yaitu Yunus. "Maka bersabarlah kamu terhadap ketetapan Tuhanmu dan janganlah kamu seperti orang
yang berada di dalam perut ikan besar." (QS. Al-Qalam: 48)

Allah Ta'ala memerintahkan ikan itu agar tidak mencelakai hamba saleh Yunus. Maka ikan besar itu membawanya ke dasar lautan. Yunus dikelilingi kegelapan dasar laut, kegelapan perut ikan besar, dan kegelapan malam. Di dalam perut ikan itu Yunus mendengar tasbih kerikil dan hewan-hewan laut di dasar laut. Dia pun memanggil Tuhannya dengan bertasbih kepada-Nya, mengakui kesalahannya, dan menyesali apa yang dilakukannya.

Kalau bukan karena tasbihnya dan taubatnya kepada Allah, niscaya dia (Nabi Yunus) akan binasa di perut ikan dan diam di dalamnya sampai hari kebangkitan.

Rasulullah SAW menjelaskan keadaan Nabi Yunus. Kulitnya mengelupas karena berenang di dalam cairan perut ikan, dan ketika ikan itu melemparkannya ke pantai, dia seperti anak burung yang dicabuti bulunya dan tidak tersisa sedikit pun.

Di tempat Yunus terdampar, Allah menumbuhkan pohon sejenis labu (Yaqthin). Pohon itu menjadi asupan makanan dan minuman bagi Nabi Yunus hingga akhirnya kembali sehat dan bugar.

Pohon Yaqthin adalah makanan yang baik bagi tubuh. Cocok dengan kondisi perut, dan sesuai dengan pencernaan. Airnya bisa menghilangkan dahaga dan menghilangkan nyeri. Ilmu kedokteran modern menyatakan bahwa pohon ini mudah dicerna, menenangkan, melunakkan, melembabkan, menghaluskan, melancarkan air kencing dan membersihkan hati. Juga bisa digunakan sebagai obat untuk berbagai penyakit.

Rasulullah menyampaikan bahwa anak muda yang memimpin selama empat puluh tahun itu menegakkan urusan mereka dan memperbaiki perkara mereka. Adapun kesaksian daratan dan pohon bagi anak muda itu menunjukkan bahwa Yunus adalah seorang Nabi dan tidak berdusta kepada kaumnya. Semua itu terjadi atas perintah Allah Ta'ala. Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa semua Nabi adalah orang jujur, bukan pendusta. Wallahu A'lam Bisshowab.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3491 seconds (0.1#10.140)