Mendahulukan Orang Lain dan Keutamaannya
A
A
A
Mereka yang mendahulukan kepentingan orang lain memiliki keutamaan besar di sisi Allah Ta'ala. Bahkan Allah memuji mereka yang memberi kepada orang padahal ia membutuhkannya.
Pengasuh Pesantren Al Hawthah Al Jindaniyah, Al-Habib Ahmad bin Novel Jindan menjelaskan tingkatan kedermawanan dan kekikiran yang bersumber dari Kitab Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya 'Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafiz .
Adapun tingkat kedermawanan yang tertinggi dinamakan itsar atau altruisme atau mementingkan orang lain. Yaitu, seseorang tetap mau bersedekah walaupun ia juga membutuhkan.
Adapun tingkat kekikiran yang paling tinggi adalah jika seseorang berperilaku pelit terhadap dirinya sendiri padahal ia membutuhkan. Lihatlah jauhnya perbedaan di antara dua orang tersebut. Sesungguhnya akhlak terpuji adalah anugerah Allah yang Dia berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam (SAW) bersabda, "Siapa saja yang menginginkan sesuatu karena nafsu, tetapi ia berhasil mengekangnya, dan ia mendahulukan kebutuhan orang lain atas dirinya, ia diampuni dosa-dosanya." Aisyah radhiallhu 'anha (RA) mengatakan, "Keluarga Muhammad tidak pernah kenyang selama tiga malam berturut-turut sejak beliau datang di Madinah hingga wafat".
Suatu ketika datang seorang tamu menginap di tempat Rasulullah SAW, tetapi beliau tidak mempunyai apa-apa. Lalu masuklah seorang lelaki dari kalangan Anshar dan membawa tamu itu ke rumahnya.
Lelaki itu kemudian menyuguhkan makanan kepada tamu tersebut dan menyuruh istrinya mematikan lampu. Ia pun mengulurkan tangannya ke makanan seakan-akan ia juga ikut makan. Padahal ia tidak makan sebelum tamunya makan.
Ketika pagi tiba, Rasulullah berkata kepada lelaki Anshar itu, "Sungguh, Allah kagum dengan apa yang telah engkau lakukan terhadap tamumu tadi malam. Lalu turunlah wahyu Allah, "…Mereka mengutamakan (orang lain) atas diri mereka sendiri walaupun mereka juga memerlukan."
Jadi, itsar atau altruisme adalah tingkat kedermawanan yang paling tinggi dan termasuk akhlak yang ditunjukkan Rasulullah Shalallah alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
Pengasuh Pesantren Al Hawthah Al Jindaniyah, Al-Habib Ahmad bin Novel Jindan menjelaskan tingkatan kedermawanan dan kekikiran yang bersumber dari Kitab Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya 'Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafiz .
Adapun tingkat kedermawanan yang tertinggi dinamakan itsar atau altruisme atau mementingkan orang lain. Yaitu, seseorang tetap mau bersedekah walaupun ia juga membutuhkan.
Adapun tingkat kekikiran yang paling tinggi adalah jika seseorang berperilaku pelit terhadap dirinya sendiri padahal ia membutuhkan. Lihatlah jauhnya perbedaan di antara dua orang tersebut. Sesungguhnya akhlak terpuji adalah anugerah Allah yang Dia berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam (SAW) bersabda, "Siapa saja yang menginginkan sesuatu karena nafsu, tetapi ia berhasil mengekangnya, dan ia mendahulukan kebutuhan orang lain atas dirinya, ia diampuni dosa-dosanya." Aisyah radhiallhu 'anha (RA) mengatakan, "Keluarga Muhammad tidak pernah kenyang selama tiga malam berturut-turut sejak beliau datang di Madinah hingga wafat".
Suatu ketika datang seorang tamu menginap di tempat Rasulullah SAW, tetapi beliau tidak mempunyai apa-apa. Lalu masuklah seorang lelaki dari kalangan Anshar dan membawa tamu itu ke rumahnya.
Lelaki itu kemudian menyuguhkan makanan kepada tamu tersebut dan menyuruh istrinya mematikan lampu. Ia pun mengulurkan tangannya ke makanan seakan-akan ia juga ikut makan. Padahal ia tidak makan sebelum tamunya makan.
Ketika pagi tiba, Rasulullah berkata kepada lelaki Anshar itu, "Sungguh, Allah kagum dengan apa yang telah engkau lakukan terhadap tamumu tadi malam. Lalu turunlah wahyu Allah, "…Mereka mengutamakan (orang lain) atas diri mereka sendiri walaupun mereka juga memerlukan."
Jadi, itsar atau altruisme adalah tingkat kedermawanan yang paling tinggi dan termasuk akhlak yang ditunjukkan Rasulullah Shalallah alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
(rhs)