Kisah Umar dan Wabah Penyakit Tho'un di Syam
A
A
A
Wabah penyakit merupakan hal yang sangat ditakuti manusia sebagaimana virus Corona yang menyebabkan kematian di negeri China. Wabah virus ini kini menjadi perhatian dunia termasuk Indonesia.
Di zaman Rasulullah SAW dan para Sahabat juga pernah mengalami musibah wabah penyakit. Seperti yang terjadi di Kota Madinah tahun ke-6 Hijriyah, kaum muslim Madinah terkena wabah penyakit tho'un (sejenis wabah penyakit kolera). Namun, Allah Ta'ala menjaga Madinah berkat doa Rasulullah SAW. Pertistiwa wabah tha'un di Madinah hanya terjadi sekali saja.
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu (RA), wabah penyakit tho'un juga pernah menjangkiti negeri Syam. Dalam peritiwa itu sekitar 20.000 orang lebih meninggal dunia. Kisah ini diceritakan dalam Hadis Shahih Muslim.
Wabah penyakit Tha'un juga pernah terjadi pada masa Ibnu Zubair, yaitu pada bulan Syawal tahun 69 Hijriyah. Dalam kejadian itu ribuan orang meninggal dunia.
Dari 'Abdullah bin 'Amir bin Rabi'ah, "Suatu ketika Umar bin Khatthab pergi ke Syam. Setelah sampai di Saragh, dia mendengar bahwa wabah penyakit sedang berjangkit di Syam. Maka 'Abdurrahman bin 'Auf mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (SAW) telah bersabda: 'Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, maka janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, janganlah kamu keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri darinya.' Maka Umar pun kembali dari Saragh. Dan dari Ibnu Syihab dari Salim bin Abdullah; bahwa Umar kembali bersama orang-orang setelah mendengar Hadits Abdurrahman bin Auf". (Shahih Muslim No. 4115)
Sikap Umar Menghadapi Wabah Penyakit Tho'un
Ketika Umar pergi ke Syam, setelah sampai di Saragh, pimpinan tentara datang menyambutnya. Antara lain terdapat Abu "Ubaidah bin Jarrah dan para sahabat yang lain. Mereka mengabarkan kepada 'Umar bahwa wabah penyakit sedang berjangkit di Syam. Ibnu Abbas berkata; 'Umar berkata; 'Panggil ke sini para pendahulu dari orang-orang Muhajirin! '
Maka kupanggil mereka, lalu 'Umar bermusyawarah dengan mereka. Kata 'Umar; 'Wabah penyakit sedang berjangkit di Syam. Bagaimana pendapat kalian? ' Mereka berbeda pendapat. Sebagian mengatakan kepada 'Umar; 'Anda telah keluar untuk suatu urusan penting. Karena itu kami berpendapat, tidak selayaknya Anda akan pulang begitu saja.'
Sebagian lain mengatakan; 'Anda datang membawa rombongan besar yang di sana terdapat para sahabat Rasulullah SAW. Kami tidak sependapat jika Anda menghadapkan mereka kepada wabah penyakit ini.' Umar berkata: 'Pergilah kalian dari sini! ' Kemudian 'Umar berkata lagi: 'Panggil ke sini orang-orang Anshar! '
Maka aku memanggil mereka, lalu Umar bermusyawarah dengan mereka. Ternyata kebijaksanaan mereka sama dengan orang-orang Muhajirin. Mereka berbeda pendapat seperti orang-orang Muhajirin. Maka kata 'Umar; 'Pergilah kalian dari sini! ' Kata Umar selanjutnya; 'Panggil ke sini pemimpin-pemimpin Quraisy yang hijrah sebelum penaklukan Makkah!' Maka aku (Ibnu Abbas) memanggil mereka.
Ternyata mereka semuanya sependapat, tidak ada perbedaan. Kata mereka; 'Kami berpendapat, sebaiknya Anda pulang saja kembali bersama rombongan Anda dan jangan menghadapkan mereka kepada wabah ini. Lalu Umar menyerukan kepada rombongannya "Besok pagi-pagi aku akan kembali pulang. Karena itu bersiap-siaplah kalian!"
Kemudian Abu 'Ubaidah bin Jarrah bertanya; "Apakah kita hendak lari dari takdir Allah?" Umar menjawab: 'Mengapa kamu bertanya demikian hai Abu 'Ubaidah?
Agaknya Umar tidak mau berdebat dengannya. Beliau menjawab: "Ya, kita lari dari takdir Allah kepada takdir Allah. Bagaimana pendapatmu, seandainya engkau mempunyai seekor unta, lalu engkau turun ke lembah yang mempunyai dua sisi. Yang satu subur dan yang lain tandus.Bukanlah jika engkau menggembalakannya di tempat yang subur, engkau menggembala dengan takdir Allah juga, dan jika engkau menggembala di tempat tandus engkau menggembala dengan takdir Allah?"
Di tengah perbincngan Umar dengan Abu 'Ubaidah tiba-tiba datang sahabat Nabi bernama Abdurrahman bin 'Auf yang belum hadir karena suatu urusan. Lalu dia berkata: "Aku mengerti masalah ini. Aku mendengar Rasulullah bersabda: "Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, maka janganlah keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri."
Mendengar itu, akhirya Umar mengucapkan puji syukur kepada Allah, setelah itu beliau pergi. Di dalam Hadis Ma'mar ada tambahan Umar berkata: "Bukankah jika kamu mengembalakan unta di tempat yang tandus dengan meninggalkan tempat yang subur berarti kamu telah membuatnya lemah?
Ketika itu Abu Ubaidah menjawab: "Ya." Kemudian Umar berkata: maka berangkatlah! Maka Abu Ubaidah berangkat hingga sampai di Madinah, lalu dia berkata: "Insya Allah ini adalah tempat tinggal." (Shahih Muslim No. 4114)
Penjelasan Nabi Soal Wabah Tha'un
Dari 'Amir bin Sa'ad bin Abu Waqash dari bapaknya bahwa dia ('Amir) mendengar bapaknya bertanya kepada Usamah bin Zaid: "Apa yang pernah kamu dengar dari Rasulullah SAW tentang masalah tha'un (wabah penyakit sampar, pes, lepra)?".
Maka Usamah berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Tha'un adalah sejenis kotoran (siksa) yang ditimpakan kepada satu golongan dari Bani Isra'il atau kepada umat sebelum kalian. Maka itu jika kalian mendengar ada wabah tersebut di suatu wilayah janganlah kalian memasuki wilayah tersebut dan jika kalian sedang berada di wilayah yang terkena wabah tersebut janganlah kalian mengungsi darinya". (Shahih Al-Bukhari No. 3214)
Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi bersabda: "Tha'un (wabah kolera) adalah semacam azab (siksaan) yang diturunkan Allah kepada Bani Israil atau kepada umat yang sebelum kamu.
Perintah Nabi untuk Menutup Bejana
Dari Jabir bin 'Abdullah mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Tutuplah bejana-bejana, dan ikatlah tempat-tempat minuman, karena di suatu malam pada setiap tahunnya akan ada wabah penyakit (berbahaya) yang akan jatuh ke dalam bejana dan ke tempat-tempat air yang tidak tertutup."
Dan telah menceritakan kepada kami Nashr bin 'Ali Al Jahdlami; Telah menceritakan kepadaku Bapakku; Telah menceritakan kepada kami Laits bin Sa'd dengan Hadis dan sanad yang serupa, hanya saja dia berkata dengan kalimat "Karena di suatu hari pada setiap tahunnya akan ada wabah penyakit". Dia juga menambahkan pada akhir Haditsnya; Al laits berkata: "Orang-orang ajam (selain orang arab) di antara kami merasa takut pada hal itu sejak bulan pertama.' (Shahih Muslim No. 3758)
Wabah Tha'un merupakan penyakit yang mematikan pada masa Rasulullah dan para sahabat. Namun, Nabi memberi gabar gembira bagi mereka yang pernah terkena penyakit ini. Beliau bersabda: "Bahwa ada suatu azab yang Allah mengutusnya (untuk) menimpa kepada seseorang yang DIA kehendaki. Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang mukmin. Tidaklah bagi seseorang yang tertimpa tha'un kemudian ia berdiam diri di wilayahnya itu dengan sabar dan ia menyadari bahwa tha'un itu tidak akan menimpa kecuali telah ditetapkan Allah, kecuali ia memperoleh pahala bagaikan orang mati syahid. (HR. Al-Bukhari dari 'Aisyah RA).
Di zaman Rasulullah SAW dan para Sahabat juga pernah mengalami musibah wabah penyakit. Seperti yang terjadi di Kota Madinah tahun ke-6 Hijriyah, kaum muslim Madinah terkena wabah penyakit tho'un (sejenis wabah penyakit kolera). Namun, Allah Ta'ala menjaga Madinah berkat doa Rasulullah SAW. Pertistiwa wabah tha'un di Madinah hanya terjadi sekali saja.
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu (RA), wabah penyakit tho'un juga pernah menjangkiti negeri Syam. Dalam peritiwa itu sekitar 20.000 orang lebih meninggal dunia. Kisah ini diceritakan dalam Hadis Shahih Muslim.
Wabah penyakit Tha'un juga pernah terjadi pada masa Ibnu Zubair, yaitu pada bulan Syawal tahun 69 Hijriyah. Dalam kejadian itu ribuan orang meninggal dunia.
Dari 'Abdullah bin 'Amir bin Rabi'ah, "Suatu ketika Umar bin Khatthab pergi ke Syam. Setelah sampai di Saragh, dia mendengar bahwa wabah penyakit sedang berjangkit di Syam. Maka 'Abdurrahman bin 'Auf mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (SAW) telah bersabda: 'Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, maka janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, janganlah kamu keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri darinya.' Maka Umar pun kembali dari Saragh. Dan dari Ibnu Syihab dari Salim bin Abdullah; bahwa Umar kembali bersama orang-orang setelah mendengar Hadits Abdurrahman bin Auf". (Shahih Muslim No. 4115)
Sikap Umar Menghadapi Wabah Penyakit Tho'un
Ketika Umar pergi ke Syam, setelah sampai di Saragh, pimpinan tentara datang menyambutnya. Antara lain terdapat Abu "Ubaidah bin Jarrah dan para sahabat yang lain. Mereka mengabarkan kepada 'Umar bahwa wabah penyakit sedang berjangkit di Syam. Ibnu Abbas berkata; 'Umar berkata; 'Panggil ke sini para pendahulu dari orang-orang Muhajirin! '
Maka kupanggil mereka, lalu 'Umar bermusyawarah dengan mereka. Kata 'Umar; 'Wabah penyakit sedang berjangkit di Syam. Bagaimana pendapat kalian? ' Mereka berbeda pendapat. Sebagian mengatakan kepada 'Umar; 'Anda telah keluar untuk suatu urusan penting. Karena itu kami berpendapat, tidak selayaknya Anda akan pulang begitu saja.'
Sebagian lain mengatakan; 'Anda datang membawa rombongan besar yang di sana terdapat para sahabat Rasulullah SAW. Kami tidak sependapat jika Anda menghadapkan mereka kepada wabah penyakit ini.' Umar berkata: 'Pergilah kalian dari sini! ' Kemudian 'Umar berkata lagi: 'Panggil ke sini orang-orang Anshar! '
Maka aku memanggil mereka, lalu Umar bermusyawarah dengan mereka. Ternyata kebijaksanaan mereka sama dengan orang-orang Muhajirin. Mereka berbeda pendapat seperti orang-orang Muhajirin. Maka kata 'Umar; 'Pergilah kalian dari sini! ' Kata Umar selanjutnya; 'Panggil ke sini pemimpin-pemimpin Quraisy yang hijrah sebelum penaklukan Makkah!' Maka aku (Ibnu Abbas) memanggil mereka.
Ternyata mereka semuanya sependapat, tidak ada perbedaan. Kata mereka; 'Kami berpendapat, sebaiknya Anda pulang saja kembali bersama rombongan Anda dan jangan menghadapkan mereka kepada wabah ini. Lalu Umar menyerukan kepada rombongannya "Besok pagi-pagi aku akan kembali pulang. Karena itu bersiap-siaplah kalian!"
Kemudian Abu 'Ubaidah bin Jarrah bertanya; "Apakah kita hendak lari dari takdir Allah?" Umar menjawab: 'Mengapa kamu bertanya demikian hai Abu 'Ubaidah?
Agaknya Umar tidak mau berdebat dengannya. Beliau menjawab: "Ya, kita lari dari takdir Allah kepada takdir Allah. Bagaimana pendapatmu, seandainya engkau mempunyai seekor unta, lalu engkau turun ke lembah yang mempunyai dua sisi. Yang satu subur dan yang lain tandus.Bukanlah jika engkau menggembalakannya di tempat yang subur, engkau menggembala dengan takdir Allah juga, dan jika engkau menggembala di tempat tandus engkau menggembala dengan takdir Allah?"
Di tengah perbincngan Umar dengan Abu 'Ubaidah tiba-tiba datang sahabat Nabi bernama Abdurrahman bin 'Auf yang belum hadir karena suatu urusan. Lalu dia berkata: "Aku mengerti masalah ini. Aku mendengar Rasulullah bersabda: "Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, maka janganlah keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri."
Mendengar itu, akhirya Umar mengucapkan puji syukur kepada Allah, setelah itu beliau pergi. Di dalam Hadis Ma'mar ada tambahan Umar berkata: "Bukankah jika kamu mengembalakan unta di tempat yang tandus dengan meninggalkan tempat yang subur berarti kamu telah membuatnya lemah?
Ketika itu Abu Ubaidah menjawab: "Ya." Kemudian Umar berkata: maka berangkatlah! Maka Abu Ubaidah berangkat hingga sampai di Madinah, lalu dia berkata: "Insya Allah ini adalah tempat tinggal." (Shahih Muslim No. 4114)
Penjelasan Nabi Soal Wabah Tha'un
Dari 'Amir bin Sa'ad bin Abu Waqash dari bapaknya bahwa dia ('Amir) mendengar bapaknya bertanya kepada Usamah bin Zaid: "Apa yang pernah kamu dengar dari Rasulullah SAW tentang masalah tha'un (wabah penyakit sampar, pes, lepra)?".
Maka Usamah berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Tha'un adalah sejenis kotoran (siksa) yang ditimpakan kepada satu golongan dari Bani Isra'il atau kepada umat sebelum kalian. Maka itu jika kalian mendengar ada wabah tersebut di suatu wilayah janganlah kalian memasuki wilayah tersebut dan jika kalian sedang berada di wilayah yang terkena wabah tersebut janganlah kalian mengungsi darinya". (Shahih Al-Bukhari No. 3214)
Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi bersabda: "Tha'un (wabah kolera) adalah semacam azab (siksaan) yang diturunkan Allah kepada Bani Israil atau kepada umat yang sebelum kamu.
Perintah Nabi untuk Menutup Bejana
Dari Jabir bin 'Abdullah mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Tutuplah bejana-bejana, dan ikatlah tempat-tempat minuman, karena di suatu malam pada setiap tahunnya akan ada wabah penyakit (berbahaya) yang akan jatuh ke dalam bejana dan ke tempat-tempat air yang tidak tertutup."
Dan telah menceritakan kepada kami Nashr bin 'Ali Al Jahdlami; Telah menceritakan kepadaku Bapakku; Telah menceritakan kepada kami Laits bin Sa'd dengan Hadis dan sanad yang serupa, hanya saja dia berkata dengan kalimat "Karena di suatu hari pada setiap tahunnya akan ada wabah penyakit". Dia juga menambahkan pada akhir Haditsnya; Al laits berkata: "Orang-orang ajam (selain orang arab) di antara kami merasa takut pada hal itu sejak bulan pertama.' (Shahih Muslim No. 3758)
Wabah Tha'un merupakan penyakit yang mematikan pada masa Rasulullah dan para sahabat. Namun, Nabi memberi gabar gembira bagi mereka yang pernah terkena penyakit ini. Beliau bersabda: "Bahwa ada suatu azab yang Allah mengutusnya (untuk) menimpa kepada seseorang yang DIA kehendaki. Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang mukmin. Tidaklah bagi seseorang yang tertimpa tha'un kemudian ia berdiam diri di wilayahnya itu dengan sabar dan ia menyadari bahwa tha'un itu tidak akan menimpa kecuali telah ditetapkan Allah, kecuali ia memperoleh pahala bagaikan orang mati syahid. (HR. Al-Bukhari dari 'Aisyah RA).
(rhs)