Haul Akbar Ulama Hadramaut di Ponpes Al-Fachriyah, Ini Pesannya
A
A
A
Haul memiliki makna peringatan tahunan wafatnya seseorang maupun tokoh ulama besar. Menghadiri haul para waliyullah, ulama dan orang saleh merupakan hal yang dianjurkan dalam Islam. Tujuannya untuk meneladani dan memetik hikmah dari kisah mereka.
Tahun ini, Yayasan Al-Fachriyah dan Yayasan Al-Hauthah Al-Jindaniyah menggelar Haul akbar para ulama Hadramaut di Ponpes Al-Fachriyah Tangerang, Kamis malam (6/2/2020). Salah satu ulama Tarim, Hadramaut Yaman, Habib Ahmad bin Abdullah bin Syahab yang juga putra ulama besar Habib Abdullah bin Syihab hadir dalam acara haul itu.
Kehadiran Habib Ahmad bin Abdullah Syahab dan para habaib membuat Ponpes Al-Fahriyah dibanjiri jamaah yang berjumlah ribuan orang. Haul ulama Hadramaut yang diperingati malam ini di antaranya Habib Husein bin Ahmad Al-Habsy, Habib Idrus bin Sumaith (penelaah Al-Qur'an), Habib Abdullah bin Muhammad Syahab (Ainu Tarim) dan Habib Salim bin Abdullah Asy-Syatiri (Sulthanul 'Ilmi).
Pengasuh Yayasan Al-Hauthah Al-Jindaniyah Habib Ahmad bin Novel Jindan mengatakan, Haul ulama besar Hadramaut ini dimaksudkan untuk mengenang dan mengambil hikmah dari guru-guru terbaik Hadramaut. Sosok para ulama ini patut diteladani mengingat indahnya kiprah dan akhlak mereka ketika hidup dan berdakwah.
"Mudah-mudahan kita bisa mengambil pelajaran dari Beliau. Perhiasan mereka bukan harta dan emas, tetapi takwa kepada Allah. Ketika berjumpa dengan mereka, hati menjadi tenang dan ingat Allah seakan-akan mendapat siraman air sejuk," kata Habib Ahmad.
Seperti sosok Habib Salim bin Abdullah Asy-Syatiri, ulama yang dijuluki "sulthonul 'ilmi" setiap malam sebelum tidur kebiasannya selalu membaca kitab. Beliau pernah mengunjungi Indonesia untuk menebarkan ilmu dan dakwahnya di beberapa tempat termasuk di Ponpes Al-Fachriyah.
Dari manakib mereka disebutkan, para ulama ini adalah orang faqih dalam agama, juga menguasai banyak ilmu dan menghafal Al-Qur'an . Bahkan sepanjang hidup mereka tidak pernah meninggalkan qiyamul lail, meskipun hujan deras dan kondisi apapun, mereka tetap salat malam.
Pengasuh Yayasan Al-Fachriyah, Habib Jindan bin Novel mengatakan, para ulama Hadramaut merupakan pewaris Nabi Muhammad SAW , mereka juga zurriyah (anak keturunan) Rasulullah yang silsilah nasab mereka tersambung kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun bukti mereka adalah pewaris para Nabi bisa dilihat dari akhlak dan keilmuan mereka.
Ketika wafat, warisan dakwah mereka diteruskan oleh anak-anak dan para murid mereka. Sifat ulama sejati itu tampak dari sikap dan akhlak mulia yang mereka tunjukkan kepada semua orang. Akhlak mereka layaknya waliyullah yang hatinya bersih.
"Kita ini seharusnya tidak boleh gagal kitab, gagal mihrab, gagal adab. Kalaupun gagal dalam belajar ilmu (gagal kitab), dan gagal dalam beribadah (gagal mihrab), jangan sampai gagal adab," kata Habib Jindan.
Jika tak mampu mengamalkan ilmu yang mereka sampaikan, setidaknya bisa melakukan amalan dengan membaca ratib ataupun wirid-wirid mereka. Semoga anugerah Allah senantiasa dilimpahkan kepada orang yang senantiasa husnuzzhan, orang yang berprasangka baik. Apalagi berprasangka baik kepada para ulama dan ahlul bait.
Sebelum pembacaan manakib, acara Haul diisi dengan zikir bersama, pembacaan kitab Maulid dan syair-syair klasik yang menjadi kebiasaan para salaf. Ribuan jamaah juga ikut bersalawat hingga acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin Habib Ahmad bin Abdullah bin Syahab dari Tarim.
Tahun ini, Yayasan Al-Fachriyah dan Yayasan Al-Hauthah Al-Jindaniyah menggelar Haul akbar para ulama Hadramaut di Ponpes Al-Fachriyah Tangerang, Kamis malam (6/2/2020). Salah satu ulama Tarim, Hadramaut Yaman, Habib Ahmad bin Abdullah bin Syahab yang juga putra ulama besar Habib Abdullah bin Syihab hadir dalam acara haul itu.
Kehadiran Habib Ahmad bin Abdullah Syahab dan para habaib membuat Ponpes Al-Fahriyah dibanjiri jamaah yang berjumlah ribuan orang. Haul ulama Hadramaut yang diperingati malam ini di antaranya Habib Husein bin Ahmad Al-Habsy, Habib Idrus bin Sumaith (penelaah Al-Qur'an), Habib Abdullah bin Muhammad Syahab (Ainu Tarim) dan Habib Salim bin Abdullah Asy-Syatiri (Sulthanul 'Ilmi).
Pengasuh Yayasan Al-Hauthah Al-Jindaniyah Habib Ahmad bin Novel Jindan mengatakan, Haul ulama besar Hadramaut ini dimaksudkan untuk mengenang dan mengambil hikmah dari guru-guru terbaik Hadramaut. Sosok para ulama ini patut diteladani mengingat indahnya kiprah dan akhlak mereka ketika hidup dan berdakwah.
"Mudah-mudahan kita bisa mengambil pelajaran dari Beliau. Perhiasan mereka bukan harta dan emas, tetapi takwa kepada Allah. Ketika berjumpa dengan mereka, hati menjadi tenang dan ingat Allah seakan-akan mendapat siraman air sejuk," kata Habib Ahmad.
Seperti sosok Habib Salim bin Abdullah Asy-Syatiri, ulama yang dijuluki "sulthonul 'ilmi" setiap malam sebelum tidur kebiasannya selalu membaca kitab. Beliau pernah mengunjungi Indonesia untuk menebarkan ilmu dan dakwahnya di beberapa tempat termasuk di Ponpes Al-Fachriyah.
Dari manakib mereka disebutkan, para ulama ini adalah orang faqih dalam agama, juga menguasai banyak ilmu dan menghafal Al-Qur'an . Bahkan sepanjang hidup mereka tidak pernah meninggalkan qiyamul lail, meskipun hujan deras dan kondisi apapun, mereka tetap salat malam.
Pengasuh Yayasan Al-Fachriyah, Habib Jindan bin Novel mengatakan, para ulama Hadramaut merupakan pewaris Nabi Muhammad SAW , mereka juga zurriyah (anak keturunan) Rasulullah yang silsilah nasab mereka tersambung kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun bukti mereka adalah pewaris para Nabi bisa dilihat dari akhlak dan keilmuan mereka.
Ketika wafat, warisan dakwah mereka diteruskan oleh anak-anak dan para murid mereka. Sifat ulama sejati itu tampak dari sikap dan akhlak mulia yang mereka tunjukkan kepada semua orang. Akhlak mereka layaknya waliyullah yang hatinya bersih.
"Kita ini seharusnya tidak boleh gagal kitab, gagal mihrab, gagal adab. Kalaupun gagal dalam belajar ilmu (gagal kitab), dan gagal dalam beribadah (gagal mihrab), jangan sampai gagal adab," kata Habib Jindan.
Jika tak mampu mengamalkan ilmu yang mereka sampaikan, setidaknya bisa melakukan amalan dengan membaca ratib ataupun wirid-wirid mereka. Semoga anugerah Allah senantiasa dilimpahkan kepada orang yang senantiasa husnuzzhan, orang yang berprasangka baik. Apalagi berprasangka baik kepada para ulama dan ahlul bait.
Sebelum pembacaan manakib, acara Haul diisi dengan zikir bersama, pembacaan kitab Maulid dan syair-syair klasik yang menjadi kebiasaan para salaf. Ribuan jamaah juga ikut bersalawat hingga acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin Habib Ahmad bin Abdullah bin Syahab dari Tarim.
(rhs)