Habib Ahmad Bin Novel: Sabar Lebih Utama daripada Menahan Marah
loading...
A
A
A
Pengasuh Al-Hawthah Al-Jindaniyah Al-Habib Ahmad Bin Novel Bin Salim Jindan mengatakan, bersabar (Al-Hilmu) lebih utama daripada menahan marah. Sebab, menahan marah berarti memaksa diri untuk bersabar, dan inilah yang dibutuhkan oleh orang yang sedang berkobar amarahnya.
Namun, apabila seseorang terbiasa menahan amarah, amarahnya tidak lagi mudah berkobar. Apabila kembali berkobar, ia tidak lagi kesulitan untuk memadamkannya.
"Itulah yang dinamakan kesabaran. Sifat ini adalah indikasi kesempurnaan nalar seseorang dan tunduknya elemen amarah pada nalar," kata Habib Ahmad dilansir dari tausiyah onlinenya.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Carilah kedudukan yang tinggi di sisi Allah". Para sahabat lantas bertanya, "Bagaimana caranya, wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab. "Sambunglah silaturrahim dengan orang yang memutuskanmu, bersedekahlah kepada orang yang tidak mau memberimu, dan bersabarlah terhadap orang yang berlaku buruk kepadamu."
Allah Ta'ala berfirman: "Jadilah orang-orang Rabbani (Rabbaniyyin)" (QS Ali 'Imran: 79)
Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Rabbaniyyin adalah orang-orang alim yang penyabar. Allah juga berfirman: "Apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (yaitu hamba-hamba Tuhan Yung Maha Pengasih, dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan "Salam". (QS Al-Furqan: 63)
Mengenai ayat ini diriwayatkan dari Hasan bahwa apabila orang-orang penyabar diperlakukan dengan buruk, mereka tidak membalasnya dengan keburukan. Mengenai firman Allah yang berhunyi. "Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha pengasih adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati." (QS Al-Furqan: 63)
Atha' bin Abi Rabah mengatakan, mereka adalah orang-orang yang penyabar. Ibnu Abi Huhaib mengatakan, kata Kahlan dalam Surah Ali 'Imran Ayat 46 berarti orang yang sangat penyabar."
Allah berfirman, "Apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya." Menurut Mujahid, maknanya adalah apabila disakiti, mereka memaafkan dengan lapang dada.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga pernah bersabda kepada seorang sahabat yang bernama Asyaj. "Wahai Asyaj, sesungguhnya di dalam dirimu terdapat dua sifat yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya”. Asyaj bertanya, "Demi ibu dan bapakku ya Rasulullah. dua sifat apakah itu? Beliau menjawab: " Kesabaran dan kehati-hatian."
Dalam riwayat Imam Abu Daud terdapat tambahan. "Apakah dua sifat itu adalah akhlak yang aku usahakan atau keduanya adalah dua akhlak yang telah Allah tetapkan pada diriku?" Rasulullah menjawab, "Keduanya adalah dua akhlak yang Allah tetapkan pada dirimu."
Asyaj berkata: "Segala puji hanya milik Allah yang lelah menetapkan pada diriku dua sifat yang dicintai oleh-Nya dan Rasul-Nya."
Sayyidina Ali karramallahu wajhah wa radhiyallahu 'anhu mengatakan, "Kebaikan bukanlah banyaknya harta dan anakmu. Akan tetapi, kebaikan adalah apabila melimpah ilmumu, melimpah kesabaranmu, dan engkau tidak membanggakan ibadahmu kepada orang lain; Apabila engkau berbuat baik, engkau memuji Allah; dan apabila engkau berbuat salah, engkau meminta ampun kepada-Nya."
Uktsum bin Shnifi mengatakan, "Penopang akal adalah kesabaran ; pengumpul segala kebaikan juga kesabaran."
Sumber:
Amal Pemusnah Kebaikan (Ringkasan Bab Muhlikat Ihya Ulum al-Din) karya Al-Habib Umar Bin Hafizh
Namun, apabila seseorang terbiasa menahan amarah, amarahnya tidak lagi mudah berkobar. Apabila kembali berkobar, ia tidak lagi kesulitan untuk memadamkannya.
"Itulah yang dinamakan kesabaran. Sifat ini adalah indikasi kesempurnaan nalar seseorang dan tunduknya elemen amarah pada nalar," kata Habib Ahmad dilansir dari tausiyah onlinenya.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Carilah kedudukan yang tinggi di sisi Allah". Para sahabat lantas bertanya, "Bagaimana caranya, wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab. "Sambunglah silaturrahim dengan orang yang memutuskanmu, bersedekahlah kepada orang yang tidak mau memberimu, dan bersabarlah terhadap orang yang berlaku buruk kepadamu."
Allah Ta'ala berfirman: "Jadilah orang-orang Rabbani (Rabbaniyyin)" (QS Ali 'Imran: 79)
Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Rabbaniyyin adalah orang-orang alim yang penyabar. Allah juga berfirman: "Apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (yaitu hamba-hamba Tuhan Yung Maha Pengasih, dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan "Salam". (QS Al-Furqan: 63)
Mengenai ayat ini diriwayatkan dari Hasan bahwa apabila orang-orang penyabar diperlakukan dengan buruk, mereka tidak membalasnya dengan keburukan. Mengenai firman Allah yang berhunyi. "Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha pengasih adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati." (QS Al-Furqan: 63)
Atha' bin Abi Rabah mengatakan, mereka adalah orang-orang yang penyabar. Ibnu Abi Huhaib mengatakan, kata Kahlan dalam Surah Ali 'Imran Ayat 46 berarti orang yang sangat penyabar."
Allah berfirman, "Apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya." Menurut Mujahid, maknanya adalah apabila disakiti, mereka memaafkan dengan lapang dada.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga pernah bersabda kepada seorang sahabat yang bernama Asyaj. "Wahai Asyaj, sesungguhnya di dalam dirimu terdapat dua sifat yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya”. Asyaj bertanya, "Demi ibu dan bapakku ya Rasulullah. dua sifat apakah itu? Beliau menjawab: " Kesabaran dan kehati-hatian."
Dalam riwayat Imam Abu Daud terdapat tambahan. "Apakah dua sifat itu adalah akhlak yang aku usahakan atau keduanya adalah dua akhlak yang telah Allah tetapkan pada diriku?" Rasulullah menjawab, "Keduanya adalah dua akhlak yang Allah tetapkan pada dirimu."
Asyaj berkata: "Segala puji hanya milik Allah yang lelah menetapkan pada diriku dua sifat yang dicintai oleh-Nya dan Rasul-Nya."
Sayyidina Ali karramallahu wajhah wa radhiyallahu 'anhu mengatakan, "Kebaikan bukanlah banyaknya harta dan anakmu. Akan tetapi, kebaikan adalah apabila melimpah ilmumu, melimpah kesabaranmu, dan engkau tidak membanggakan ibadahmu kepada orang lain; Apabila engkau berbuat baik, engkau memuji Allah; dan apabila engkau berbuat salah, engkau meminta ampun kepada-Nya."
Uktsum bin Shnifi mengatakan, "Penopang akal adalah kesabaran ; pengumpul segala kebaikan juga kesabaran."
Sumber:
Amal Pemusnah Kebaikan (Ringkasan Bab Muhlikat Ihya Ulum al-Din) karya Al-Habib Umar Bin Hafizh
(rhs)