Habib Husain Luar Batang Islamkan Orang India Sebelum Berdakwah di Jakarta
A
A
A
Ustaz Miftah El-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an
Siapa yang tak kenal Al-Habib Husain bin Abu Bakar Alaydrus? Bagi masyarakat muslim Indonesia khususnya warga Jakarta sekitarnya, pasti pernah mendengar "Makam Keramat Luar Batang" yang sangat populer di kalangan pencinta ulama dan pencinta para ahli bait Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW).
Nama beliau bukan saja dikenal di dalam negeri, namun juga dikenal di luar negeri. Boleh dikatakan beliau termasuk ulama kharismatik yang menjadi pasak utama Kota Jakarta sejak masa kolonial Belanda hingga saat ini. Keharuman nama beliau selalu dikenang atas jasa-jasanya sebagai tokoh penyebar Islam di bumi Jakarta (Batavia saat itu) pada kisaran abad ke-18 M.
Nama lengkapnya Al-Habib Husain bin Abu Bakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Husien bin Abdul Qadir bin Abu Bakar bin Abdurrahman Asseqaf bin Muhammad Mauladawilah bin Ali bin Alwi al-Ghuyyur bin Muhammad Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khalli’ Qassam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa bin Muhammad an-Naqib bin Ali alUraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husien bin Ali bin Abi Thalib suami Fathimah Zahra binti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Masa Kecil Hingga Remaja
Habib Husain bin Abu Bakar Alaydrus lahir di Miqab, dekat Hazam, sebuah desa di Hadramaut, Yaman. Beliau dilahirkan dalam keadaan seorang yatim dari seorang ibu yang membesarkannya dengan menafkahi dari hasil pekerjaan sebagai pemintal benang. Habib Husain hidup dalam kesederhanaan.
Kemudian sang ibu menitipkannya kepada seorang guru sufi pada masa itu. Di sanalah Habib Husain menerima pembelajaran thariqah. Sang guru sudah melihat tanda-tanda kelebihan Habib Husain sejak kecilnya dibandingkan teman-teman sebayanya.
Pada masa menginjak remaja, Habib Husain meminta izin kepada ibunya untuk melakukan pengembaraan menyiarkan dakwah Islam. Meskipun dengan perasaan berat hati, si ibu pun akhirnya mengizinkan putra tercintanya meninggalkan kampung halaman untuk selama-lamanya.
Habib Husain menemui para kafilah dagang yang akan berangkat ke India untuk bisa ikut serta bersama mereka. Sesampai di daratan India, Habib Husain memulai dakwahnya mengajak masyarakat Gujarat di India yang notabene beragama Hindu agar mendapatkan cahaya hidayah Islam. Berkah dakwahnya yang penuh kelembutan serta akhlak mulia, maka banyaklah orang-orang memeluk agama Islam.
Berdakwah di India
memang tidak ada catatan sejarah mendetail kapan Habib Husain berdakwah di India. Namun, diperkirakan pada kisaran abad ke-18 M. Kedatangan beliau bertepatan pada saat bencana kemarau panjang di Gujarat. Pada waktu itu, masyarakat sangat mengharapkan ada orang yang dapat menolong mereka keluar dari bencana kekeringan tersebut.
Ada kisah yang menarik, ketika itu Habib Husain mengajak masyarakat untuk menggali sumur. Setelah sumur tergali, kemudian beliau mengajak para penduduk menengadahkan tangan. Sehingga seketika itu juga turunlah hujan yang sangat deras memenuhi sumur itu. Negeri-negeri yang kekeringan pun akhirnya menjadi subur.
Sejak saat itulah, banyak orang-orang India yang berbondong-bondong memeluk agama Islam. Dakwahnya mendapat sambutan hangat. Habib Husain yang ketika itu masih sangat muda (diperkirakan usianya 25 tahun) mulai mengajarkan Islam serta membimbing para penduduknya, sehingga mereka mengenal Islam.
Mulailah babak baru bagi Habib Husain untuk berdakwah serta memberikan pengajaran tentang Islam kepada para muallaf tersebut. Beliau menetap di Gujarat sekian tahun, meskipun tidak ditemukan sumber yang pasti tentang waktu berapa lama Habib Husain bermukim di sana.
Setelah di rasa waktu yang cukup, bagi beliau membangun tatanan kehidupan masyarakat India, mulai dari hilangnya bencana kekeringan yang melanda, hingga penduduknya yang telah merubah keyakinan agamanya dari Hindu kepada Islam. Maka Habib Husain pun mulai meninggalkan Gujarat untuk melajutkan pengembaraannya. Bersama para pedagang Gujarat, Habib Husain meninggalkan daratan India dan berlayar menuju daratan Asia.
Kiprah Dakwah Habib Husain di Batavia
Pada kisaran tahun 1746 M, tibalah Habib Husain di Batavia yang ketika itu masih di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Beliau datang melalui Pelabuhan Sunda Kelapa yang kala itu dikuasai oleh VOC.
Ada sebuah kisah menarik mengenai kedatangan beliau. Dikisahkan bahwa Habib Husain tiba pertama kali di Kampung Baru, daerah Pasar Ikan, Jakarta Utara. Daerah ini merupakan Benteng Pertahanan Belanda di Jakarta ketika itu dan juga sekaligus kawasan terlarang. Setelah diketahui oleh kompeni Belanda, akhirnya Habib Husain beserta pengikutnya diusir dan digiring keluar dari Teluk Jakarta.
Tak berselang lama, Habib Husain dengan menaiki sekoci (perahu kecil) terapung-apung dan terdampar kembali di tempat semula. Kini daerah tersebut terkenal dengan sebutan Kampung Keramat Luar Batang.
Ada seorang Tionghoa muslim asli Betawi bernama Haji Abdul Kadir menyelamatkan dan menyembunyikannya. Orang ini pun kemudian berguru kepada Habib Husain. Nantinya, Haji Abdul Kadir ini dimakamkan di samping makam Habib Husien.
Semakin hari, semakin banyak orang yang datang dan berguru kepada Habib Husien, sehingga semakin dikenallah Habib Husain sebagai seorang Mahaguru yang memiliki banyak pengikut dan murid. Kehadiran Habib Husain yang kian hari bertambah pengikutnya, memunculkan rasa kekhawatiran dari pihak pemerintah kolonial Belanda, sehingga beliau ditangkap atas dasar alasan mengganggu ketertiban dan keamanan umum di masyarakat.
Habib Husain pun dimasukkan ke dalam penjara. Ada sesuatu yang aneh kembali terjadi, Meskipun, Habib Husain berada di dalam sel penjara, namun beliau masih tetap dapat mengajari dan membimbing para murid-muridnya seperti biasa. Pada waktu-waktu jadwal pengajiannya, Habib Husain berada bersama para pengikutnya seperti sudah terbebas dari tahanan penjara.
Namun, ketika sipir penjara memeriksa ruang penjara, Habib Husain ternyata masih ditemukan berada di dalam sel dalam keadaan tidur nyenyak atau sedang salat, sedangkan sel tersebut terkunci rapat. Masya Allah! Inilah salah satu karamah Habib Husien Luar Batang.
Atas pertimbangan pemerintah Belanda, akhirnya mereka meminta maaf kepada Habib Husien atas penahanan tersebut. Oleh Gubernur Batavia, Habib Husien pun diberikan sebidang tanah yang kemudian beliau bangunkan sebuah rumah dan surau tempat beliau berdakwah. Kini surau itu berkembang menjadi sebuah masjid yang dikenal dengan sebutan "Masjid Keramat Luar Batang".
Habib Husainwafat di usia antara 30 hingga 40 tahun, Beliau wafat pada hari Kamis, 17 Ramadhan tahun 1169 H atau bertepatan 24 Juni 1756 M. Habib Husain telah menyelesaikan misi dakwahnya menyebarkan Islam di bumi Batavia.
Sesuai peraturan Gubernur Batavia ketika itu, bahwa setiap orang asing yang meninggal dunia harus dimakamkan di Tanah Abang. Begitu pula dengan jasad Habib Husain pun, akhirnya diusung ke Tanah Abang untuk dimakamkan di sana.
Namun, lagi-lagi ada kejadian yang aneh yang terjadi. Beberapa kali, jasad Habib Husain menghilang di keranda saat di usung ke Tanah Abang. Jasad beliau ditemukan kembali di rumahnya. Oleh beberapa orang tokoh yang mampu memahami maknanya, akhirnya beliau dimakamkan di Kampung Luar Batang yang kini dikenal sebagai "Kampung Keramat Luar Batang" di kawasan Jakarta Utara.
Kini, makam Habib Husain bin Abu Bakar Alaydrus yang berada di Kompleks Makam Keramat Luar Batang ramai dikunjungi oleh peziarah untuk melakukan doa serta tapak tilas sejarah para tokoh penyebar Islam yang telah banyak berjasa menyebarkan serta mengembangkan ajaran Islam di Jakarta.
Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi sekaligus pengetahuan tapak tilas sejarah yang dapat menyadarkan generasi muda bangsa untuk lebih menghargai serta meneladani jejak langkah kiprah perjuangan para ulama yang telah berjasa besar mengemban dakwah dan menyebarkan ajaran Islam di bumi Nusantara, khususnya di bumi Batavia.
Ustaz Miftah el-Banjari (tengah) memimpin zikir dan doa ketika ziarah ke Makam Al-Habib Husain bin Abu Bakar Alaydrus Luar Batang (kubah hijau), Jakarta Utara, Sabtu, 29 Februari 2020. Foto/Dok Dedi Kurniadi
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an
Siapa yang tak kenal Al-Habib Husain bin Abu Bakar Alaydrus? Bagi masyarakat muslim Indonesia khususnya warga Jakarta sekitarnya, pasti pernah mendengar "Makam Keramat Luar Batang" yang sangat populer di kalangan pencinta ulama dan pencinta para ahli bait Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW).
Nama beliau bukan saja dikenal di dalam negeri, namun juga dikenal di luar negeri. Boleh dikatakan beliau termasuk ulama kharismatik yang menjadi pasak utama Kota Jakarta sejak masa kolonial Belanda hingga saat ini. Keharuman nama beliau selalu dikenang atas jasa-jasanya sebagai tokoh penyebar Islam di bumi Jakarta (Batavia saat itu) pada kisaran abad ke-18 M.
Nama lengkapnya Al-Habib Husain bin Abu Bakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Husien bin Abdul Qadir bin Abu Bakar bin Abdurrahman Asseqaf bin Muhammad Mauladawilah bin Ali bin Alwi al-Ghuyyur bin Muhammad Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khalli’ Qassam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa bin Muhammad an-Naqib bin Ali alUraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husien bin Ali bin Abi Thalib suami Fathimah Zahra binti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Masa Kecil Hingga Remaja
Habib Husain bin Abu Bakar Alaydrus lahir di Miqab, dekat Hazam, sebuah desa di Hadramaut, Yaman. Beliau dilahirkan dalam keadaan seorang yatim dari seorang ibu yang membesarkannya dengan menafkahi dari hasil pekerjaan sebagai pemintal benang. Habib Husain hidup dalam kesederhanaan.
Kemudian sang ibu menitipkannya kepada seorang guru sufi pada masa itu. Di sanalah Habib Husain menerima pembelajaran thariqah. Sang guru sudah melihat tanda-tanda kelebihan Habib Husain sejak kecilnya dibandingkan teman-teman sebayanya.
Pada masa menginjak remaja, Habib Husain meminta izin kepada ibunya untuk melakukan pengembaraan menyiarkan dakwah Islam. Meskipun dengan perasaan berat hati, si ibu pun akhirnya mengizinkan putra tercintanya meninggalkan kampung halaman untuk selama-lamanya.
Habib Husain menemui para kafilah dagang yang akan berangkat ke India untuk bisa ikut serta bersama mereka. Sesampai di daratan India, Habib Husain memulai dakwahnya mengajak masyarakat Gujarat di India yang notabene beragama Hindu agar mendapatkan cahaya hidayah Islam. Berkah dakwahnya yang penuh kelembutan serta akhlak mulia, maka banyaklah orang-orang memeluk agama Islam.
Berdakwah di India
memang tidak ada catatan sejarah mendetail kapan Habib Husain berdakwah di India. Namun, diperkirakan pada kisaran abad ke-18 M. Kedatangan beliau bertepatan pada saat bencana kemarau panjang di Gujarat. Pada waktu itu, masyarakat sangat mengharapkan ada orang yang dapat menolong mereka keluar dari bencana kekeringan tersebut.
Ada kisah yang menarik, ketika itu Habib Husain mengajak masyarakat untuk menggali sumur. Setelah sumur tergali, kemudian beliau mengajak para penduduk menengadahkan tangan. Sehingga seketika itu juga turunlah hujan yang sangat deras memenuhi sumur itu. Negeri-negeri yang kekeringan pun akhirnya menjadi subur.
Sejak saat itulah, banyak orang-orang India yang berbondong-bondong memeluk agama Islam. Dakwahnya mendapat sambutan hangat. Habib Husain yang ketika itu masih sangat muda (diperkirakan usianya 25 tahun) mulai mengajarkan Islam serta membimbing para penduduknya, sehingga mereka mengenal Islam.
Mulailah babak baru bagi Habib Husain untuk berdakwah serta memberikan pengajaran tentang Islam kepada para muallaf tersebut. Beliau menetap di Gujarat sekian tahun, meskipun tidak ditemukan sumber yang pasti tentang waktu berapa lama Habib Husain bermukim di sana.
Setelah di rasa waktu yang cukup, bagi beliau membangun tatanan kehidupan masyarakat India, mulai dari hilangnya bencana kekeringan yang melanda, hingga penduduknya yang telah merubah keyakinan agamanya dari Hindu kepada Islam. Maka Habib Husain pun mulai meninggalkan Gujarat untuk melajutkan pengembaraannya. Bersama para pedagang Gujarat, Habib Husain meninggalkan daratan India dan berlayar menuju daratan Asia.
Kiprah Dakwah Habib Husain di Batavia
Pada kisaran tahun 1746 M, tibalah Habib Husain di Batavia yang ketika itu masih di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Beliau datang melalui Pelabuhan Sunda Kelapa yang kala itu dikuasai oleh VOC.
Ada sebuah kisah menarik mengenai kedatangan beliau. Dikisahkan bahwa Habib Husain tiba pertama kali di Kampung Baru, daerah Pasar Ikan, Jakarta Utara. Daerah ini merupakan Benteng Pertahanan Belanda di Jakarta ketika itu dan juga sekaligus kawasan terlarang. Setelah diketahui oleh kompeni Belanda, akhirnya Habib Husain beserta pengikutnya diusir dan digiring keluar dari Teluk Jakarta.
Tak berselang lama, Habib Husain dengan menaiki sekoci (perahu kecil) terapung-apung dan terdampar kembali di tempat semula. Kini daerah tersebut terkenal dengan sebutan Kampung Keramat Luar Batang.
Ada seorang Tionghoa muslim asli Betawi bernama Haji Abdul Kadir menyelamatkan dan menyembunyikannya. Orang ini pun kemudian berguru kepada Habib Husain. Nantinya, Haji Abdul Kadir ini dimakamkan di samping makam Habib Husien.
Semakin hari, semakin banyak orang yang datang dan berguru kepada Habib Husien, sehingga semakin dikenallah Habib Husain sebagai seorang Mahaguru yang memiliki banyak pengikut dan murid. Kehadiran Habib Husain yang kian hari bertambah pengikutnya, memunculkan rasa kekhawatiran dari pihak pemerintah kolonial Belanda, sehingga beliau ditangkap atas dasar alasan mengganggu ketertiban dan keamanan umum di masyarakat.
Habib Husain pun dimasukkan ke dalam penjara. Ada sesuatu yang aneh kembali terjadi, Meskipun, Habib Husain berada di dalam sel penjara, namun beliau masih tetap dapat mengajari dan membimbing para murid-muridnya seperti biasa. Pada waktu-waktu jadwal pengajiannya, Habib Husain berada bersama para pengikutnya seperti sudah terbebas dari tahanan penjara.
Namun, ketika sipir penjara memeriksa ruang penjara, Habib Husain ternyata masih ditemukan berada di dalam sel dalam keadaan tidur nyenyak atau sedang salat, sedangkan sel tersebut terkunci rapat. Masya Allah! Inilah salah satu karamah Habib Husien Luar Batang.
Atas pertimbangan pemerintah Belanda, akhirnya mereka meminta maaf kepada Habib Husien atas penahanan tersebut. Oleh Gubernur Batavia, Habib Husien pun diberikan sebidang tanah yang kemudian beliau bangunkan sebuah rumah dan surau tempat beliau berdakwah. Kini surau itu berkembang menjadi sebuah masjid yang dikenal dengan sebutan "Masjid Keramat Luar Batang".
Habib Husainwafat di usia antara 30 hingga 40 tahun, Beliau wafat pada hari Kamis, 17 Ramadhan tahun 1169 H atau bertepatan 24 Juni 1756 M. Habib Husain telah menyelesaikan misi dakwahnya menyebarkan Islam di bumi Batavia.
Sesuai peraturan Gubernur Batavia ketika itu, bahwa setiap orang asing yang meninggal dunia harus dimakamkan di Tanah Abang. Begitu pula dengan jasad Habib Husain pun, akhirnya diusung ke Tanah Abang untuk dimakamkan di sana.
Namun, lagi-lagi ada kejadian yang aneh yang terjadi. Beberapa kali, jasad Habib Husain menghilang di keranda saat di usung ke Tanah Abang. Jasad beliau ditemukan kembali di rumahnya. Oleh beberapa orang tokoh yang mampu memahami maknanya, akhirnya beliau dimakamkan di Kampung Luar Batang yang kini dikenal sebagai "Kampung Keramat Luar Batang" di kawasan Jakarta Utara.
Kini, makam Habib Husain bin Abu Bakar Alaydrus yang berada di Kompleks Makam Keramat Luar Batang ramai dikunjungi oleh peziarah untuk melakukan doa serta tapak tilas sejarah para tokoh penyebar Islam yang telah banyak berjasa menyebarkan serta mengembangkan ajaran Islam di Jakarta.
Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi sekaligus pengetahuan tapak tilas sejarah yang dapat menyadarkan generasi muda bangsa untuk lebih menghargai serta meneladani jejak langkah kiprah perjuangan para ulama yang telah berjasa besar mengemban dakwah dan menyebarkan ajaran Islam di bumi Nusantara, khususnya di bumi Batavia.
Ustaz Miftah el-Banjari (tengah) memimpin zikir dan doa ketika ziarah ke Makam Al-Habib Husain bin Abu Bakar Alaydrus Luar Batang (kubah hijau), Jakarta Utara, Sabtu, 29 Februari 2020. Foto/Dok Dedi Kurniadi
(rhs)