Kebesaran Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai Khalifah dan sebagai Nabi
loading...
A
A
A
Pada saat menjadi khalifah pertama, tantangan yang dihadapi Abu Bakar Ash-Shiddiq amatlah berat. Kendati demikian, beliau dapat menghadapi segala kesulitan itu. Beliau bahkan mulai merintis jalan menyebarkan agama dan membuat sebuah kedaulatan sementara.
Muhammad Husain Haekal mengatakan Abu Bakar sukses mengatasi berbagai kesulitan itu karena pengaruh sifat pribadinya. "Tetapi sifat-sifat itu saja tidak akan cukup, kalau tidak karena persahabatannya dengan Rasulullah selama 20 tahun penuh itu," tulis Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq - Yang Lembut Hati" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987).
Menurut Haekal, para ahli sejarah sepakat bahwa kebesaran Abu Bakar selama masa menjadi Khalifah itu erat sekali hubungannya dengan persahabatannya dengan Rasulullah SAW.
Selama dalam persahabatan itu ia telah menghirup jiwa agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Ia sepenuhnya mengerti maksud dan tujuannya, mengerti secara naluri, tidak dikacaukan oleh adanya kesalahan atau keraguan.
Apa yang telah dihirupkan dan dipahaminya dengan nalurinya itu, kata Haekal, ialah bahwa iman adalah suatu kekuatan yang tak akan dapat dikalahkan oleh siapa pun selama seorang mukmin dapat menjauhkan diri dari maksud-maksud tertentu selain untuk mencari kebenaran demi kebenaran semata.
"Banyak memang orang yang dapat memahami kebenaran rohani demikian ini pada setiap zaman, tetapi mereka menangkapnya dengan akal, sedang Abu Bakar menangkap semua itu dengan kalbunya, dengan matanya ia melihat bulat-bulat hidup dalam diri Rasulullah SAW dan dalam perbuatannya," tutur Haekal.
Teladan yang Mengilhaminya
Iman yang sungguh-sungguh demi kebenaran itulah, lanjut Haekal, yang membuatnya menentang sahabat-sahabatnya dalam soal menghadapi golongan murtad waktu itu, dan bersikeras hendak memerangi mereka meskipun harus pergi seorang diri.
Alangkah indahnya teladan itu, teladan yang telah mengilhami orang, bahwa iman adalah suatu kekuatan yang tak akan dapat dikalahkan oleh siapa pun selama seorang mukmin itu dapat menjauhkan diri dari maksudmaksud tertentu selain untuk mencari kebenaran demi kebenaran semata!
Siapakah orang yang memiliki iman seperti pada Abu Bakar itu, yang mengambil teladan dari Rasulullah, sehingga ia menjadi salah satu unsur kehidupan yang sangat menentukan!?
"Inilah kekuatan rohani, yang dalam hidup ini tak ada yang dapat menguasainya, tiada kenal lemah atau ragu, dan tak ada yang akan dapat mengalahkannya," demikian Muhammad Husain Haekal.
Muhammad Husain Haekal mengatakan Abu Bakar sukses mengatasi berbagai kesulitan itu karena pengaruh sifat pribadinya. "Tetapi sifat-sifat itu saja tidak akan cukup, kalau tidak karena persahabatannya dengan Rasulullah selama 20 tahun penuh itu," tulis Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq - Yang Lembut Hati" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987).
Menurut Haekal, para ahli sejarah sepakat bahwa kebesaran Abu Bakar selama masa menjadi Khalifah itu erat sekali hubungannya dengan persahabatannya dengan Rasulullah SAW.
Selama dalam persahabatan itu ia telah menghirup jiwa agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Ia sepenuhnya mengerti maksud dan tujuannya, mengerti secara naluri, tidak dikacaukan oleh adanya kesalahan atau keraguan.
Apa yang telah dihirupkan dan dipahaminya dengan nalurinya itu, kata Haekal, ialah bahwa iman adalah suatu kekuatan yang tak akan dapat dikalahkan oleh siapa pun selama seorang mukmin dapat menjauhkan diri dari maksud-maksud tertentu selain untuk mencari kebenaran demi kebenaran semata.
"Banyak memang orang yang dapat memahami kebenaran rohani demikian ini pada setiap zaman, tetapi mereka menangkapnya dengan akal, sedang Abu Bakar menangkap semua itu dengan kalbunya, dengan matanya ia melihat bulat-bulat hidup dalam diri Rasulullah SAW dan dalam perbuatannya," tutur Haekal.
Teladan yang Mengilhaminya
Iman yang sungguh-sungguh demi kebenaran itulah, lanjut Haekal, yang membuatnya menentang sahabat-sahabatnya dalam soal menghadapi golongan murtad waktu itu, dan bersikeras hendak memerangi mereka meskipun harus pergi seorang diri.
Alangkah indahnya teladan itu, teladan yang telah mengilhami orang, bahwa iman adalah suatu kekuatan yang tak akan dapat dikalahkan oleh siapa pun selama seorang mukmin itu dapat menjauhkan diri dari maksudmaksud tertentu selain untuk mencari kebenaran demi kebenaran semata!
Siapakah orang yang memiliki iman seperti pada Abu Bakar itu, yang mengambil teladan dari Rasulullah, sehingga ia menjadi salah satu unsur kehidupan yang sangat menentukan!?
"Inilah kekuatan rohani, yang dalam hidup ini tak ada yang dapat menguasainya, tiada kenal lemah atau ragu, dan tak ada yang akan dapat mengalahkannya," demikian Muhammad Husain Haekal.
(mhy)