Ibu Kaum Mukmin, Gus Baha: Kita Berutang Banyak kepada Sayyidah Aisyah

Selasa, 07 April 2020 - 13:15 WIB
Ibu Kaum Mukmin, Gus Baha: Kita Berutang Banyak kepada Sayyidah Aisyah
Ibu Kaum Mukmin, Gus Baha: Kita Berutang Banyak kepada Sayyidah Aisyah
A A A
RAIS Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menjelaskan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam (SAW) menikahi Aisyah radhiyallahu 'anha (RA) atas perintah Allah Subhanahu wa Taala (SWT). Nabi mendesain Aisyah karena cerdas. Umat Islam berutang jasa kepada Aisyah.

"Aisyah telah mendokumentasikan banyak hadis tentang perempuan," kata Gus Baha lewat saluran Youtube NU Online, Senin (6/4/2020).

Menurutnya, itu adalah salah satu hikmah Nabi SAW menikahi Sayyidah Aisyah. Berapa banyak riwayat hadis yang kita dapatkan dari Sayyidah Aisyah. "Kita terima kasih sekali kepada Ibu Orang Mukmin Sayyidah Aisyah," ujarnya.

Hadis-hadis yang sifatnya "pribadi" diriwatkan oleh Aisyah. "Misalnya begini," kata Gus Baha, "Jumlah air yang kita pakai mandi berapa? Jumlah air musta'mal itu kayak apa?"

Menurutnya, musta'mal di fiqih itu terlalu ekstrim. Ambil contoh, musta'mal di fiqih wudhu misalnya, cipratan air dari wajah kena tangan yang sudah dipakai mengambil air kok cipratannya banyak, ini dianggap berubah, karena musta'mal sehingga harus dibuang. Tapi kata Aisyah, itu tidak apa-apa.

"Tangan kita saling bergantian dengan Nabi di wadah yang satu," kata Aisyah. Maknanya, menurut Gus Baha, semua orang pasti yakin: tetesan air musta'mal pasti jatuh lagi ke wadah tadi. "Ya, sudah akhirnya kita tahu cara mandi junub," katanya.

Gus Baha bercerita. Suatu ketika ada istri Nabi yang lain, yang agak tua, ditanya sahabat: "Ya, Ummal Mukminin, saya itu punya istri cantik, mencium istri itu membatalkan puasa apa tidak?"

Istri Nabi itu menjawab, "Jangan tanya aku, soalnya Nabi kalau denganku pas puasa tak pernah mencium. Tanyalah ke Aisyah".

Karena yang berpotensi dicium pas puasa, kata Gus Baha, adalah Aisyah karena cantik. Singkat cerita, ya akhirnya tanya ke Aisyah. "Wahai Ibu Orang Mukmin, Allah tidak malu berfirman tentang kebenaran. Apa orang mencium istrinya itu membatalkan puasa?"

Jawabnya, "Qabbalani Rasulullah wahuwa shaaim. Biasa Nabi pas puasa menciumku tapi Nabi tetap berpuasa".

"Coba kalau nggak ada Aisyah, mau tanya kepada siapa?" tutur Gus Baha.

Gus Baha mengatakan berapa ilmu yang kita dapatkan hanya dari jalur Aisyah, yang kadang istri Nabi yang lain tidak tahu. Termasuk salat. Aisyah itu detail kalau bicara. "kuntu ufarriqu maniya min tsaubi Rasulullah wa shalla fiihi". Nabi itu kalau habis junub, terus ada mani yang tercecer di sarungnya nggak perlu dibasuh. Cukup ufaarik. Ufaarik itu dikerokin. Terus Nabi salat dengan baju itu. Sehingga terjadilah ijtihad Imam Syafi'i, "mani itu suci". "Itu semua riwayat dari Aisyah," terang Gus Baha.

Lampu Terang
Banyak ulama menggambarkan Aisyah sebagai pembawa bendera dalam bidang keilmuan dan pengetahuan di masanya. Seakan-akan dia lampu terang yang menyinari para ahli ilmu dan penuntut ilmu.

Bahkan sahabat Nabi SAW datang padanya untuk menanyakan tentang ilmu yang masih sulit dimengerti dan beberapa masalah keilmuan, dia memberikan jawaban yang memuaskan dengan tenang dan teliti. Suatu jawaban yang tidak mudah diberikan kecuali oleh orang yang sudah mencapai tahap keilmuan yang tinggi.

Aisyah juga terhitung salah seorang yang keilmuannya melampaui banyak orang lainnya dalam hal Al-Qur’an, hadits, fiqih, syair, cerita-cerita Arab, hari-hari mereka dan nasab mereka.

Menurut perhitungan, di antara orang-orang yang menghapal hadis dari para sahabat lebih dari 130 orang, lelaki dan perempuan. Dan orang yang paling banyak hapalannya diantara mereka ada tujuh orang; Umar bin Khathab, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Aisyah Ummul Mukminin, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Umar.

Aisyah meriwayatkan beberapa hadis dari Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar bin Khathab, Fatimah Zahra, Sa’ad bin Abi Waqash, Hamzah bin Amr Al-Aslami, Judzamah binti Wahab, sekitar 2.210 hadits. Oleh karena itu, Aisyah termasuk salah seorang periwayat hadis yang paling banyak.

Aisyah dikenal sebagai orang yang jujur, banyak beribadah, tahajud, dan berpuasa. Aisyah juga dikenal sebagai orang yang pemalu. Ketika dia masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat makam Rasulullah dan Abu Bakar dia tidak perlu memakai hijab.

Dia beralasan karena dua orang tersebut adalah suami dan ayahnya. Namun ketika Umar bin Khattab dikubur di sebelah keduanya, dia tidak lagi membuka hijabnya karena malu kepada Umar bin Khathab.

Aisyah wafat pada 17 Ramadhan tahun 57 H, ada juga yang mengatakan tahun 58 H, di Madinah, dalam usia 66 tahun. Beliau menginginkan agar dikuburkan pada malam hari. Orang-orang Anshar berkumpul, dan tiada satu malam yang pernah mereka saksikan sebelumnya dengan lautan manusia yang mengiringi jenazah Aisyah pada malam itu.

Aisyah dikuburkan di Baqi’ dan disalatkan oleh Abu Hurairah yang menjadi imam. Ada lima orang yang turun ke dalam liang kuburnya; Abdullah dan Urwah (keduanya anak Zubair), Qasim dan Abdullah (keduanya anak Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq), dan Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3405 seconds (0.1#10.140)