Nyaman berpuasa, lansia harus perhatikan kesehatan
A
A
A
Sindonews.com - Orang lanjut usia (Lansia) dapat menjalani puasa Ramadan dengan nyaman sebagaimana orang pada umumnya.
Pakar Geriatri (lanjut usia) dari Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr Purwita mengatakan, namun karena sudah berusia lanjut, para lansia harus memperhatikan kondisi kesehatannya agar tidak terjadi gangguan selama menunaikan ibadah selama kurang lebih 30 hari tersebut.
Dia mengatakan, lansia yang berpuasa tidak akan mengalami fungsi ginjal selama asupan cairannya terpenuhi. Bahkan dengan berpuasa, kadar kolesterol total, LDL, Trigliserida, dan asam urat akan mengalami penurunan.
Ia mengatakan puasa Ramadan tidak memberikan pengaruh negatif bahkan pada penyandang Diabetes Mellitus selama pasien mengikuti petunjuk yang diberikan. Efek psikologis seperti tenang dan damai juga akan menyertai.
Para lansia yang mengkonsumsi obat-obatan harus menyesuaikan jadwal minum obat dengan waktu sahur dan berbuka puasa sesuai dengan petunjuk dokter. Terkait lansia yang menderita penyakit tertentu, selain mengkonsumsi obat-obatan, Purwita juga meminta lansia untuk menahan diri agar tidak mengkonsumsi suatu jenis makanan dalam jumlah yang tidak berlebihan.
"Saat puasa pola konsumsi obat dan pola makan pun mengalami perubahan. Hal itu berpotensi menimbulkan komplikasi seperti Hipoglikemia, Hiperglikemia, Dehidrasi, Ketoasidosis dan Trombosis," tandasnya.
Selain itu lanjut dia, mengubah dosis obat oral atau insulin dan berkurangnya asupan makanan akan meningkatkan risiko Hipoglikemia. Hipoglikemia menyebabkan kadar gula darah dalam tubuh menjadi sangat rendah.
Sementara itu makanan manis cenderung lebih banyak dikonsumsi pada saat berpuasa. Tentunya, hal ini yang menyebabkan kadar gula darah dalam tubuh terlalu tinggi atau Hiperglikemia.
Kurangnya cairan dalam tubuh menyebabkan Dehidrasi.
Dehidrasi akan membuat darah mengental dan menyumbat pembuluh darah. Keadaan ini disebut Trombosis, akibatnya gula darah dalam tubuh bisa tidak terkontrol atau Ketoasidosis.
“Lansia yang menderita Diabetes Mellitus harus memperhatikan tiga hal yaitu memperhatikan pola makan, minum obat secara teratur dan juga berolahraga,” ujar Purwita.
Lansia harus selektif saat menentukan makanan yang dikonsumsi seperti dengan memperhatikan kalori dalam tiap jenis makanan. Pembagian porsi makan saat maghrib hingga sahur juga harus diatur yaitu saat sahur sebesar 50%, saat berbuka atau pada waktu magrib 40% dan setelah shalat Tarawih 10% dari total kebutuhan kalori per hari.
Ia menerangkan agar para lansia menghindari konsumsi makanan yang berkadar gula tinggi, mengandung banyak karbohidrat komplek dan lemak. Namun mereka dianjurkan minum minuman bebas gula dengan jumlah yang cukup pada malam hari.
Dokter yang berpraktek di RSCM ini mengatakan sebaiknya para lansia juga teratur memeriksakan kadar gula darahnya. Pada hari pertama puasa, cek gula darah sebelum sahur, dua jam setelah sahur, jam 12 siang dan setengah jam menjelang berbuka puasa. “Hal ini dilakukan untuk memastikan kadar gula dalam darah tetap stabil,” jelasnya.
Terkait usia tua, rasa haus pada lansia akan berkurang.Hal ini normal. lanjutnya, tapi tetap harus diperhatikan karena kebutuhan cairan dalam tubuh sama dan tidak berubah. Rasa haus orang lanjut usia akan berkurang karena proses aging atau menua.
Namun kebutuhan cairan tubuh tetap sama baik pada usia dewasa maupun usia lanjut. Lebih lanjut Ia menjelaskan rasa haus pada lansia bisa menurun hingga tiga sampai empat gelas setiap harinya. Agar tidak terlena dehidrasi, para lansia perlu diingatkan untuk mengonsumsi air.
Selain itu mengkonsumsi cairan yang cukup dapat menghindari kekurangan zat gizi dan Hipoglikemia. "Air kelapa mengandung elektrolit yang baik. Hal itu dapat digunakan untuk menggandi ion tubuh dan dapat dikonsumsi oleh para lansi yang tidak mempunyai penyakit gagal ginjal," tegasnya.
Pakar Geriatri (lanjut usia) dari Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr Purwita mengatakan, namun karena sudah berusia lanjut, para lansia harus memperhatikan kondisi kesehatannya agar tidak terjadi gangguan selama menunaikan ibadah selama kurang lebih 30 hari tersebut.
Dia mengatakan, lansia yang berpuasa tidak akan mengalami fungsi ginjal selama asupan cairannya terpenuhi. Bahkan dengan berpuasa, kadar kolesterol total, LDL, Trigliserida, dan asam urat akan mengalami penurunan.
Ia mengatakan puasa Ramadan tidak memberikan pengaruh negatif bahkan pada penyandang Diabetes Mellitus selama pasien mengikuti petunjuk yang diberikan. Efek psikologis seperti tenang dan damai juga akan menyertai.
Para lansia yang mengkonsumsi obat-obatan harus menyesuaikan jadwal minum obat dengan waktu sahur dan berbuka puasa sesuai dengan petunjuk dokter. Terkait lansia yang menderita penyakit tertentu, selain mengkonsumsi obat-obatan, Purwita juga meminta lansia untuk menahan diri agar tidak mengkonsumsi suatu jenis makanan dalam jumlah yang tidak berlebihan.
"Saat puasa pola konsumsi obat dan pola makan pun mengalami perubahan. Hal itu berpotensi menimbulkan komplikasi seperti Hipoglikemia, Hiperglikemia, Dehidrasi, Ketoasidosis dan Trombosis," tandasnya.
Selain itu lanjut dia, mengubah dosis obat oral atau insulin dan berkurangnya asupan makanan akan meningkatkan risiko Hipoglikemia. Hipoglikemia menyebabkan kadar gula darah dalam tubuh menjadi sangat rendah.
Sementara itu makanan manis cenderung lebih banyak dikonsumsi pada saat berpuasa. Tentunya, hal ini yang menyebabkan kadar gula darah dalam tubuh terlalu tinggi atau Hiperglikemia.
Kurangnya cairan dalam tubuh menyebabkan Dehidrasi.
Dehidrasi akan membuat darah mengental dan menyumbat pembuluh darah. Keadaan ini disebut Trombosis, akibatnya gula darah dalam tubuh bisa tidak terkontrol atau Ketoasidosis.
“Lansia yang menderita Diabetes Mellitus harus memperhatikan tiga hal yaitu memperhatikan pola makan, minum obat secara teratur dan juga berolahraga,” ujar Purwita.
Lansia harus selektif saat menentukan makanan yang dikonsumsi seperti dengan memperhatikan kalori dalam tiap jenis makanan. Pembagian porsi makan saat maghrib hingga sahur juga harus diatur yaitu saat sahur sebesar 50%, saat berbuka atau pada waktu magrib 40% dan setelah shalat Tarawih 10% dari total kebutuhan kalori per hari.
Ia menerangkan agar para lansia menghindari konsumsi makanan yang berkadar gula tinggi, mengandung banyak karbohidrat komplek dan lemak. Namun mereka dianjurkan minum minuman bebas gula dengan jumlah yang cukup pada malam hari.
Dokter yang berpraktek di RSCM ini mengatakan sebaiknya para lansia juga teratur memeriksakan kadar gula darahnya. Pada hari pertama puasa, cek gula darah sebelum sahur, dua jam setelah sahur, jam 12 siang dan setengah jam menjelang berbuka puasa. “Hal ini dilakukan untuk memastikan kadar gula dalam darah tetap stabil,” jelasnya.
Terkait usia tua, rasa haus pada lansia akan berkurang.Hal ini normal. lanjutnya, tapi tetap harus diperhatikan karena kebutuhan cairan dalam tubuh sama dan tidak berubah. Rasa haus orang lanjut usia akan berkurang karena proses aging atau menua.
Namun kebutuhan cairan tubuh tetap sama baik pada usia dewasa maupun usia lanjut. Lebih lanjut Ia menjelaskan rasa haus pada lansia bisa menurun hingga tiga sampai empat gelas setiap harinya. Agar tidak terlena dehidrasi, para lansia perlu diingatkan untuk mengonsumsi air.
Selain itu mengkonsumsi cairan yang cukup dapat menghindari kekurangan zat gizi dan Hipoglikemia. "Air kelapa mengandung elektrolit yang baik. Hal itu dapat digunakan untuk menggandi ion tubuh dan dapat dikonsumsi oleh para lansi yang tidak mempunyai penyakit gagal ginjal," tegasnya.
(lal)