Anton Medan berbagi kisah dengan napi Porong
A
A
A
Sindonews.com - Di kalangan Napi, Anton Medan bukan orang baru. Dia pernah menghuni penjara selama 18 tahun. Anton sendiri memulai kejahatan dengan melakukan pembunuhan sampai perampokan.
Pembunuhan yang dilakukan saat dirinya menginjak 12 tahun, saat bekerja sebagai pencuci kendaraan. Dompetnya diambil paksa preman. “Itupun saya masih dipukuli, diludahi dikatain cina segala,” ujarnya, Selasa (23/7/2013).
Emosinya meledak tanpa pikir panjang, Anton kecil memungut gergaji es yang langsung dihantamkan ke preman. Preman itu mati di tangannya karena terpaksa.
"Saya kira teman-teman disini karena terpaksa," ujarnya yang mendapat applaus dari ratusan napi.
Selain memberikan tausiyah, Anton juga melihat tempat kerajinan kayu yang dihasilkan para Napi. Kerajinan ini merupakan kerjasama dengan pabrik yang sudah menembus pasar ekspor. Kerajinan menggunakan kayu mahoni, sengon dan sebagainya untuk dibuatkan industry mebel.
Sebelumnya menggunakan bahan rotan, namun seiring sulitnya mendapatkan rotan, akhirnya beralih ke kayu. Di dalam lapas juga terdapat show room berbagai kerajinan buah tangan Napi.
"Aktivitas napi disini, mereka ikut membuat kerajinan dari kayu," ujar Kepala LP Porong, Bambang S.
Selain ke LP Porong, Anton Medan juga mendatangi Rutan Medaeng. Kemudian dilanjutkan ke LP Lowok Waru, Malang dan LP Wanita di Sukon, Kota Malang.
Kunjungan ini untuk memastikan jumlah Napi yang jumlahnya yang tidak sebanding dengan kapasitas ruangan, sehingga menimbulkan problem ketidakpuasan warga binaan.
Anton menambahkan, ketidakpuasan napi yang menyebabkan muncul kerusuhan seperti yang terjadi di LP Tanjung Gusta, Kepulauan Riau. Pemerintah perlu membangun LP baru untuk mengatasi permasalahan overloadnya napi.
Pembunuhan yang dilakukan saat dirinya menginjak 12 tahun, saat bekerja sebagai pencuci kendaraan. Dompetnya diambil paksa preman. “Itupun saya masih dipukuli, diludahi dikatain cina segala,” ujarnya, Selasa (23/7/2013).
Emosinya meledak tanpa pikir panjang, Anton kecil memungut gergaji es yang langsung dihantamkan ke preman. Preman itu mati di tangannya karena terpaksa.
"Saya kira teman-teman disini karena terpaksa," ujarnya yang mendapat applaus dari ratusan napi.
Selain memberikan tausiyah, Anton juga melihat tempat kerajinan kayu yang dihasilkan para Napi. Kerajinan ini merupakan kerjasama dengan pabrik yang sudah menembus pasar ekspor. Kerajinan menggunakan kayu mahoni, sengon dan sebagainya untuk dibuatkan industry mebel.
Sebelumnya menggunakan bahan rotan, namun seiring sulitnya mendapatkan rotan, akhirnya beralih ke kayu. Di dalam lapas juga terdapat show room berbagai kerajinan buah tangan Napi.
"Aktivitas napi disini, mereka ikut membuat kerajinan dari kayu," ujar Kepala LP Porong, Bambang S.
Selain ke LP Porong, Anton Medan juga mendatangi Rutan Medaeng. Kemudian dilanjutkan ke LP Lowok Waru, Malang dan LP Wanita di Sukon, Kota Malang.
Kunjungan ini untuk memastikan jumlah Napi yang jumlahnya yang tidak sebanding dengan kapasitas ruangan, sehingga menimbulkan problem ketidakpuasan warga binaan.
Anton menambahkan, ketidakpuasan napi yang menyebabkan muncul kerusuhan seperti yang terjadi di LP Tanjung Gusta, Kepulauan Riau. Pemerintah perlu membangun LP baru untuk mengatasi permasalahan overloadnya napi.
(stb)