Perang besar

Jum'at, 02 Agustus 2013 - 08:38 WIB
Perang besar
Perang besar
A A A
KETIKA Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, bersama para sahabatnya kembali dari perang Badar-perang yang kebetulan terjadi di bulan Ramadan, beliau bersabda: “Kita sedang kembali dari perang kecil, jihadul ashgar, dan akan menuju perang besar, jihadul akbar.”

Pernyataan Rasulullah SAW tersebut cukup mengejutkan dan mengundang pertanyaan bagi para sahabat yang mendengarnya. Bagi mereka, perang Badar yang baru saja dimenangkan merupakan perang besar yang pernah mereka alami waktu itu. Perang ini juga membawa kenangan heroik yang mendalam bagi mereka. Dalam perang ini, jumlah pasukan kafir Quraisy 1.000 orang, sementara jumlah pasukan umat Islam hanya 314 orang.

Kedua pihak mati-matian mempertaruhkan jiwa raganya untuk memenangkan peperangan ini. Dalam keyakinan dan semangat heroismenya, umat Islam berhasil memenangkan perang ini. Tidak sedikit korban yang gugur, baik dari pihak muslim maupun pihak kafir Quraisy. Di antara yang tewas dalam perang ini adalah Abu Jahal, seorang kafir Quraisy. Abu Jahal dikenal sangat memusuhi Nabi Muhammad SAW dan sering memperlakukan Nabi Muhammad dengan cara-cara yang menyakitkan.

Abu Jahal tewas di tangan Abdullah bin Mas’ud seorang pemuda muslim yang heroik, dan baru berumur 14 tahun. Dengan latar belakangnya yang semacam itu, atas pernyataan Nabi Muhammad SAW bahwa perang Badar itu hanyalah perang kecil dan masih ada perang besar yang harus dihadapinya, maka para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Perang besar apalagi yang akan kita hadapi, ya Rasulullah?” Nabi Muhammad SAW menjawab, “jihaadun nafsi (perang melawan hawa nafsu).”

Dari kejadian dan dialog di atas, cukup jelaslah pesan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya. Bahwa sesungguhnya perang melawan hawa nafsu itu lebih besar nilainya dibanding dengan perang fisik, perang bersenjata. Hakikat perang melawan hawa nafsu adalah pengendalian diri. Karena pada dasarnya nafsu pada diri seseorang itu selalu mendorong pemiliknya untuk berbuat jahat dan hidup dalam kejahatan, kecuali nafsu yang dirahmati Allah.

Jika masing-masing orang dalam suatu masyarakat tidak lagi mampu mengendalikan diri, dan nafsunya tidak lagi dirahmati Allah SWT, maka akan meluaslah berbagai penyakit hati, seperti iri, dengki, dendam, permusuhan, dan sebagainya. Jika berbagai penyakit hati yang berpangkal dari nafsu jahat tersebut tidak lagi terkendali maka pastilah dunia akan dipenuhi perselisihan, kegaduhan, dan kekacauan.

Dalam lingkup dan eskalasinya yang meningkat akan terjadi peperangan. Jadi sesungguhnya perang bersenjata atau perang modern sekalipun, terjadi akibat nafsunafsu manusia di baliknya yang tidak terkendali. Oleh karena itu, pada hakikatnya berlatih mengendalikan diri, mengendalikan nafsu itu tidak kalah pentingnya dengan latihan peperangan bersenjata yang dapat menggetarkan penontonnya.

Medan latihan pengendalian diri, pengendalian nafsu buruk, dan mengubahnya menjadi nafsu yang dirahmati Allah SWT itu ialah berpuasa. Dalam amaliahnya, orang yang berpuasa dilatih untuk disiplin menjalankan perintah dan menjauhi larangan, disiplin menaati aturan dan norma yang ada. Seseorang yang berpuasa sanggup menahan diri untuk tidak makan dan minum, meskipun makanan dan minuman tersebut milik sahnya.

Juga sanggup menahan nafsu biologisnya, untuk waktu yang ditentukan, meskipun kepada istri sahnya. Semua itu dilakukan karena kepatuhannya menjalani aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT. Orang yang berpuasa dilatih untuk tidak berkata dan berbuat sesuatu yang buruk dan tercela, yang dapat merusak keharmonisan bersama. Semoga ibadah puasa kita, ibadah puasa umat Islam Indonesia adalah puasa yang diterima oleh Allah SWT.

Puasa yang dapat melahirkan kontribusi yang positif dan produktif dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang semakin sinergis dan harmonis dalam berbagai aspeknya. Sinergis dan harmonis dalam mewujudkan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Kehidupan yang lebih berkeadaban, untuk menjadi bangsa yang maju dan besar di dunia. Bangsa yang masyarakatnya berada di jalan menuju kehidupan selamat dan bahagia baik di dunia maupun di akhirat kelak. Semoga dan insya Allah!

AHMAD YANI BASUKI
Khusus Presiden SBY
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5978 seconds (0.1#10.140)