Penjual Takjil di Jalan Panjang Dibekingi Ormas

Penjual Takjil di Jalan Panjang Dibekingi Ormas
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah pedagang makanan kecil untuk buka puasa (takjil) di ruas Jalan Raya bermunculan. Akibatnya, kepadatan arus lalu lintas di ruas jalan tersebut tak bisa dihindarkan.
Seperti di Jalan Panjang Arteri Kelapa Dua dan Jalan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Arah Kebon Jeruk menuju Kebayoran Lama, tepatnya depan Gang Haji Domang terdapat puluhan pedagang takjil dan pedagang Kembang Api yang mengambil satu sisi bahu jalan sepanjang 800 meter.
Akibatnya ruas jalan yang seharusnya bisa dilintasi tiga jalur menjadi dua jalur. Terlebih, di jalur tersebut terdapat U-Turn. Sehingga kepadatan arus lalu lintas dari lampu merah relasi tidak dapat dihindarkan.
Sekitar pukul 14.30 WIB, puluhan pedagang beraneka ragam takjil itu sudah mendirikan meja saji dan merapihkan barang serta bahan jualanya. Meski cuaca mendung dan sedikit gerimis, para pedagang tetap semangat berjualan.
"Kami bayar kok dagang di sini sama sekelompok ormas (organisasi masyarakat) sini, per bulan Rp400.000 dan kebersihan per hari Rp5.000," kata Luki (28), pedagang tempe/tahu mendoan di Jalan Panjang, Rabu (2/7/2014).
Pria yang sehari-hari berjualan di Ragunan, Jakarta Selatan, itu mengaku lebih mendapatkan keuntungan besar dengan berjualan di Jalan Panjang itu. Dalam sehari sejak Minggu 29 Juni, dia mendapatkan keuntungan Rp500.000. Sedangkan di Ragunan dia hanya mendapatkan keuntungan Rp 300.000 per hari.
Luki juga tidak membantah jika ulah dirinya dan sejumlah pedagang takjil lainya, arus lalu lintas di Jalan Panjang jadi macet. Namun, itu semua bukan karena keinginannya, pria yang bertempat tinggal di Jagakarsa itu hanya menjalankan perintah atasanya saja.
"Kami ini kan punya bos di Jagakarsa. Bos menyuruh kami untuk bergantian berdagang tiap tahun di sini (Jalan Panjang). Setahu saya, polisi-polisi pengatur lalu lintas yang berjaga di sini juga mendapatkan uang dari ormas tersebut," jelasnya.
Pedagang takjil kerak telor yang tidak jauh berada di samping stand Luki, Sugeng mengatakan, Camat Baru hasil lelang kurang dapat merangkul para masyarakat, sehingga ormas setempat makin menjadi untuk mengambil keuntungan.
"Saya bulan Ramadan ini membayar ke ormas Rp800.000 per bulan. Per harinya Rp5.000 untuk kebersihan," ujarnya.
Pria yang juga biasa berdagang di Ragunan ini mengakui, berjualan di Jalan Panjang ini lebih menguntungkan ketimbang di Ragunan. Dia juga mengatakan, polisi dapat uang dari ormas tersebut untuk mengatur lalu linat sekitar.
"Polisi-polisi itu kan juga mendapatkan uang dari ormas," ungkapnya.
Sementara itu, Wakasatlantas Polres Jakarta Barat Kompol Budiyono mengatakan, penjualan takJil tersebut di Jalan Panjang sudah menjadi tradisi warga setempat setiap bulan Ramadan. Pihaknya hanya bertugas mengatur lalu lintas di sekitarnya.
Masalah penerimaan uang dari ormas, dia mengatakan, tidak mengetahui hal tersebut.
"Ini kan warga sekitar yang jualan. Kami akan koordinasi ke pihak Kecamatan kalau memang ada orang luar. Kami juga akan menindak tegas kalau ada pungli-pungli," ujarnya.
Seperti di Jalan Panjang Arteri Kelapa Dua dan Jalan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Arah Kebon Jeruk menuju Kebayoran Lama, tepatnya depan Gang Haji Domang terdapat puluhan pedagang takjil dan pedagang Kembang Api yang mengambil satu sisi bahu jalan sepanjang 800 meter.
Akibatnya ruas jalan yang seharusnya bisa dilintasi tiga jalur menjadi dua jalur. Terlebih, di jalur tersebut terdapat U-Turn. Sehingga kepadatan arus lalu lintas dari lampu merah relasi tidak dapat dihindarkan.
Sekitar pukul 14.30 WIB, puluhan pedagang beraneka ragam takjil itu sudah mendirikan meja saji dan merapihkan barang serta bahan jualanya. Meski cuaca mendung dan sedikit gerimis, para pedagang tetap semangat berjualan.
"Kami bayar kok dagang di sini sama sekelompok ormas (organisasi masyarakat) sini, per bulan Rp400.000 dan kebersihan per hari Rp5.000," kata Luki (28), pedagang tempe/tahu mendoan di Jalan Panjang, Rabu (2/7/2014).
Pria yang sehari-hari berjualan di Ragunan, Jakarta Selatan, itu mengaku lebih mendapatkan keuntungan besar dengan berjualan di Jalan Panjang itu. Dalam sehari sejak Minggu 29 Juni, dia mendapatkan keuntungan Rp500.000. Sedangkan di Ragunan dia hanya mendapatkan keuntungan Rp 300.000 per hari.
Luki juga tidak membantah jika ulah dirinya dan sejumlah pedagang takjil lainya, arus lalu lintas di Jalan Panjang jadi macet. Namun, itu semua bukan karena keinginannya, pria yang bertempat tinggal di Jagakarsa itu hanya menjalankan perintah atasanya saja.
"Kami ini kan punya bos di Jagakarsa. Bos menyuruh kami untuk bergantian berdagang tiap tahun di sini (Jalan Panjang). Setahu saya, polisi-polisi pengatur lalu lintas yang berjaga di sini juga mendapatkan uang dari ormas tersebut," jelasnya.
Pedagang takjil kerak telor yang tidak jauh berada di samping stand Luki, Sugeng mengatakan, Camat Baru hasil lelang kurang dapat merangkul para masyarakat, sehingga ormas setempat makin menjadi untuk mengambil keuntungan.
"Saya bulan Ramadan ini membayar ke ormas Rp800.000 per bulan. Per harinya Rp5.000 untuk kebersihan," ujarnya.
Pria yang juga biasa berdagang di Ragunan ini mengakui, berjualan di Jalan Panjang ini lebih menguntungkan ketimbang di Ragunan. Dia juga mengatakan, polisi dapat uang dari ormas tersebut untuk mengatur lalu linat sekitar.
"Polisi-polisi itu kan juga mendapatkan uang dari ormas," ungkapnya.
Sementara itu, Wakasatlantas Polres Jakarta Barat Kompol Budiyono mengatakan, penjualan takJil tersebut di Jalan Panjang sudah menjadi tradisi warga setempat setiap bulan Ramadan. Pihaknya hanya bertugas mengatur lalu lintas di sekitarnya.
Masalah penerimaan uang dari ormas, dia mengatakan, tidak mengetahui hal tersebut.
"Ini kan warga sekitar yang jualan. Kami akan koordinasi ke pihak Kecamatan kalau memang ada orang luar. Kami juga akan menindak tegas kalau ada pungli-pungli," ujarnya.
(mhd)