Syawalan di Kendal, Tradisi Silaturahmi dengan Pendahulu

Minggu, 03 Agustus 2014 - 21:54 WIB
Syawalan di Kendal, Tradisi Silaturahmi dengan Pendahulu
Syawalan di Kendal, Tradisi Silaturahmi dengan Pendahulu
A A A
PERAYAAN Idul Fitri menjadi ajang silaturahmi sesama untuk saling memaafkan, setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan selama satu bulan penuh. Namun, momen suci ini juga menjadi penghormatan bagi tokoh penyebar agama Islam, seperti di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.

Tradisi yang biasa disebut Syawalan ini merupakan peringatan hari meninggalnya Kiai Asy’ari atau dikenal dengan Kiai Guru. Ribuan orang yang datang dari berbagai daerah berbondong-bondong menuju makam di bukit Jabal Desa Protomulyo untuk mendoakan dan mengharap berkah kebaikan di bulan Syawal ini.

Kunjungan para peziarah ini sebenarnya sudah berlangsung sejak H+1 Lebaran, namun puncak tradisi ini terjadi kemarin. Tradisi syawalan yang digelar rutin setiap tahun paska Idul Fitri ini memang sudah rutin digelar tiap tahun.

Selain itu, tradisi tahunan untuk memperingati hari meninggalnya Kiai Asy’ari atau yang dikenal dengan Kiai Guru. Kesempatan yang sama, dimanfaatkan para warga yang mengunjungi makam dengan berziarah ke makam Sunan Katong, Kiai Mojo, Kiai Mustofa, Wali Musyafa dan beberapa tokoh besar Islam di Jawa lainnya.

Untuk menempuh makam Aulia ini warga harus berjalan kaki lima kilometer menaiki bukit. Bahkan saking banyaknya peziarah, warga harus bergantian untuk mendapatkan kesempatan mendoakan langsung di depan makam Kiai Asyari.

Keramaian para peziarah mengirim doa di makam Kiai Asy’ari banyak dimanfaatkan warga para warga untuk berdagang makanan dan minuman. Selain itu, juga digelar pameran tentang peradaban Islam di pulau Jawa maupun perkembagan oleh warga sekitar untuk menarik para pengunjung.

Salah seorang peziarah, Wahyudi mengatakan, ziarah adalah mendoakan para pendahulu. Sehingga silaturahmi selain dilakukan kepada sesama yang masih hidup, juga kepada orang yang sudah meninggal.

“Saya sekeluarga memang sudah rutin tiap syawalan menyempatkan waktu berziarah ke makam ini. Ya selain mendoakan para wali juga mengharap atau ngalap berkah kebaikan. Semoga ajaran para tokoh besar di makam ini bisa kami tauladani,” ujar warga Brangsong ini.

Wahyudi mengaku, selain berziarah momen tersebut dimanfaatkannnya untuk berwisata religi. “Melihat pameran, jadi lebih tahu banyak tentang sejarah Islam,” tandasnya.

Bupati Kendal Widya Kandi Susanti mengatakan tradisi ini bukan hanya kegiatan rutin tradisi religi saja, tapi kedepan makam Aulia bisa dijadikan wisata budaya dan religi.

“Sehingga tokoh-tokoh besar penyebar agama Islam di Kendal ini bisa dikenal di seluruh daerah,” ujarnya.

KH Solahudin, pengasuh Pondok Pesantren APIK Kaliwungu Kendal menjelaskan tradisi Syawalan sebenarnya adalah haul Kiai Asyari. Kiai Asyari adalah penyebar agama Islam di Kaliwungu Kendal, setelah Sunan Katong.

“Kiai Asyari yang juga dikenal sebagai Kiai Guru, mulai menyebarkan agama Islam di Kaliwungu Kendal dan sekitarnya, sekitar tahun 1.700 M. Sementara Sunan Katong menyebarkan agama Islam pada tahun 1.400-an,” tandasnya.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8947 seconds (0.1#10.140)