Kisah Kegagalan Penaklukan Konstantinopel sebelum Al-Fatih

Kamis, 23 Februari 2023 - 15:41 WIB
Jauh sebelum Al-Fatih, umat Islam sudah mencoba menaklukkan Konstantinopel. Hanya saja, upaya itu gagal. Foto/Ilustrasi: Ist
Jauh sebelum penguasa Utsmani, Sultan Muhammad Al-Fatih , menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453, sudah beberapa kali kaum Muslimin berusaha menaklukkan wilayah Nasrani tersebut. Hanya saja, upaya-upaya para pendahulu ini menemui kegagalan.

Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam bukunya berjudul "Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah" mencatat usaha pertama dilakukan pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan di penghujung tahun 32 H/ 653 M di bawah pasukan pimpinan Mu'awiyah Ibnu Abi Sufyan , penguasa Syam waktu itu, yang menerobos Asia Kecil hingga Bosphorus.

Hal ini juga dilakukan oleh armada laut Islam pimpinan Busr ibnu Abi Artha'ah yang ingin membantu pasukan artileri Islam yang bergerak dari Tripoli Barat menuju Konstantinopel, tapi usaha itu gagal.



Usaha kedua dilakukan oleh Mu'awiyah ibnu Abi Sufyan pada tahun 44 H/ 664 M. Usaha ini juga gagal.



Tahun 48 H/ 669 M, Mu’awiyah mencoba kembali. Ia mengirim pasukan besar pimpinan Sufyan Ibnu Auf yang ditemani Yazid ibn Mu’awiyah dan sejumlah sahabat terkemuka dari Muhajirin dan Anshar, seperti Abdullah ibn Abbas, Abdullah ibn Umar, Abdullah ibn Zubair dan Abu Ayyub al Anshari.

Sementara itu, armada laut Islam yang berada di bawah pimpinan Busr ibn Artha'ah bergerak menerobos selat Dadanelle tanpa perlawanan.

Pengepungan kota dan laut terus berlanjut sampai tujuh tahun, tapi tanpa hasil. Pasukan Muslim menarik diri ke markas pada tahun 58 H/ 678 M.

Pada tahun 96 H/ 715 M, Sulaiman ibn Abdul Malik duduk sebagai khalifah. Ia juga mencoba menaklukkan Konstantinopel. Ia memerintahkan saudaranya Maslamah ibn Abdul Malik untuk tidak meninggalkan Konstantinopel sampai berhasil menaklukkannya.



Pada permulaan tahun 98 H/ 716 M Maslamah bergerak menerobos daratan tinggi Anatolia, menduduki kota dan benteng milik Romawi, lalu mulai mengepung kota Konstantinopel.

Untuk kali kedua, pada 2 Muharram 99H/ 15 Agustus 717 M, Maslamah mengepung Konstantinopel lagi. Tapi pada beberapa minggu kemudian, yaitu pada 10 Safar 99 H, datang kabar perihal kematian Khalifah Sulaiman ibn Abdul Malik.

Selain itu, musim dingin tiba dan cuaca sangat ekstrim. Ini semua membuat Maslamah dan pasukannya menarik diri dan kembali ke Syam.

Setelah itu, tidak ada usaha lagi dari Khalifah untuk menaklukkan konstantinopel, meski pasukannya sudah pernah mendekati kota lebih dari sekali.

Sultan Harun Al-Rasyid

Perang paling populer terjadi pada masa kekhalifahan al Mahdi dari Dinasti Abbasiyah. Pada tahun 165 H/ 783 M, anak al Mahdi, Harun al Rasid, bergerak memerangi Dinasti Byzantium.



Al Rasyid menerobos dataran tinggi Anatolia hingga mencapai tepian selat Bosphorus lalu membuat markas di atas bukit Chrysopolis (Scutari) yang menghadap langsung Konstantinopel.

Waktu itu, Byzantium dipimpin Konstantin VI yang masih belia sehingga roda pemerintahan dipegang ibunya, Eyrene. Pasukan al Rasyid dapat mengalahkan musuh dan memaksa Eyrene menandatangani perjanjian damai dengan membayar upeti tahunan kepada Dinasti Abbasiyah.

Upaya pertama Dinasti Utsmani dalam menaklukkan Konstantinopel dilancarkan pada 789 H/1395 M pada masa sultan Bayazid (sang kilat).

Sultan pada saat itu melakukan perjanjian dengan kaisar dan menuntutnya untuk menyerahkan kota dengan cara damai pada kaum Muslimin. Namun kaisar mengulur-ngulur waktu dan berusaha meminta bantuan kepada negara-negara Eropa, untuk menghadang serangan tentara Islam ke Konstantinopel.

Pada saat bersamaan, tentara Mongolia di bawah pimpinan Timur Leng menyerbu wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan Utsmani.

Pasukan Timur Leng melakukan pengrusakan-pengrusakan. Peristiwa tersebut memaksa sultan Bayazid menarik mundur pasukannya dan pengepungannya pada Konstantinopel, untuk kemudian menghadapi pasukan Mongolia.

Dia memimpin sendiri sisa-sisa pasukannya dalam menghadapi pasukan Mongol, berkecamuklah pertempuran Angkara yang sangat terkenal, di mana Bayazid ditawan dan meninggal saat berstatus sebagai tawanan pada tahun 1402 M.

Akibatnya, goyahlah pemerintahan Utsmani untuk sementara waktu dan terhentilah pemikiran serta usaha untuk menaklukkan kota Konstantinopel dalam jangka waktu yang cukup lama.



Ketika pemerintahan Utsmani kembali stabil, semangat jihad kembali berkobar pada masa pemerintahan Murad II pada tahun 824 H/ 1451 M. Beberapa kali usaha penaklukan Konstantinopel dilakukan. Bahkan di masa pemerintahnnya beberapa kali tentara Islam mampu mengepung kota tersebut.

Pada saat itu, kaisar Byzantium berusaha menimbulkan fitnah di antara kaum Muslimin, dengan memberi bantuan pada orang-orang yang melakukan pemberontakan terhadap sultan. Cara tersebut ternyata efektif memecahkan konsentrasi pasukan Murad II dalam menaklukkan Konstantinopel. Sehingga pasukan Utsmani tidak mampu merealisasikan cita-cita Murad II.

Sultan Muhammad Al-Fatih

Penaklukan Konstantinopel menjadi kerinduan dan impian kaum Utsmani sejak berdirinya Dinasti mereka, Sultan Utsman, pendiri Dinasti, telah mewasiatkan penaklukan kota ini kepada sultan-sultan setelahnya. Tapi tidak ada satu sultan pun sesudah Utsman yang mampu mewujudkannya sampai masa Sultan Muhammad II yang merupakan anak dari sultan Murad II, sejak hari itu pula Muhammad II digelari al Fatih.

Dari sudut pandang Islam, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu setelah Sultan Salahuddin Al Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di Ain al Jalut melawan tentara Mongol).

Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik dan strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga seleksi pemilihan tentaranya.

Sultan Muhammad al Fatih diangkat menjadi Khalifah Utsmaniyah pada tanggal 5 Muharam 855 H bersamaan dengan 7 Febuari 1451 M. Ketika naik takhta, Sultan Muhammad segera menemui Syeikh Aaq Syamsuddin untuk menyiapkan bala tentara untuk penaklukan Konstantinopel.

Halaman :
Follow
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa menegakkan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

(HR. Bukhari No. 36)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More