Kisah Kegagalan Penaklukan Konstantinopel sebelum Al-Fatih
Kamis, 23 Februari 2023 - 15:41 WIB
Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk mundur atau menyerah tapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di peperangan.
Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa hingga tidak pernah ditemukan jasadnya.
Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan pasukan Genoanya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.
Sultan Muhammad al Fatih melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Byzantium. Takbir terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu.
Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad al Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah SWT. Mereka memperbanyak sholat, doa, dan zikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan.
Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota.
Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara al Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.
Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia (Aya Sofia), dan Sultan Muhammad al Fatih memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Yahudi maupun Kristen karena mereka (penduduk) termasuk non muslim dzimmi (kafir yang harus dilindungi karena membayar pajak), mu’ahad (yang terikat perjanjian), dan musta’man (yang dilindungi seperti pedagang antar negara) bukan nonmuslim harbi (kafir yang harus diperangi).
Konstantinopel diubah namanya menjadi Islambul (Islam Keseluruhannya). Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.
Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa hingga tidak pernah ditemukan jasadnya.
Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan pasukan Genoanya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.
Sultan Muhammad al Fatih melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Byzantium. Takbir terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu.
Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad al Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah SWT. Mereka memperbanyak sholat, doa, dan zikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan.
Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota.
Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara al Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.
Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia (Aya Sofia), dan Sultan Muhammad al Fatih memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Yahudi maupun Kristen karena mereka (penduduk) termasuk non muslim dzimmi (kafir yang harus dilindungi karena membayar pajak), mu’ahad (yang terikat perjanjian), dan musta’man (yang dilindungi seperti pedagang antar negara) bukan nonmuslim harbi (kafir yang harus diperangi).
Konstantinopel diubah namanya menjadi Islambul (Islam Keseluruhannya). Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.
(mhy)