Kisah Imam Hasan Al-Bashri dan Doanya yang Mustajab
Minggu, 05 Maret 2023 - 07:30 WIB
Imam Hasan Al-Bashri (22-110 Hijriyah) salah satu ulama yang doanya mustajabah. Ulama generasi Tabi'in yang menetap di Basrah Irak ini juga dikenal sebagai sosok ulama Sufi atau ahli zuhud.
Diriwayatkan waktu kecil beliau, Sayyidina Umar bin Khattab pernah mendoakan Hasan Al-Bashri: اللهم فقهه في الدين، وحببه إلى الناس (Ya Allah, ajarkanlah ilmu agama kepada anak ini dan buatlah orang banyak mencintainya). [Akhbarul Qudhah (2/5)]
Pengasuh Ponpes Subuluna Bontang Kalimantan Timur Kiyai Ahmad Syahrin Thoriq menceritakan kisah sang Imam yang doanya mustajab. Sebagai seorang Wali Allah, Imam Hasan Al-Bashri dikaruniai doa yang mudah dikabulkan sebagai bukti hujjah dan untuk menolong dakwahnya. Berikut kisahnya:
Doanya kepada Seorang Khawarij
Suatu hari saat Imam Hasan Al-Bashri mengajar di dalam masjid, datanglah seorang pengikut Khawarij membuat gaduh di majelisnya. Kejadian ini bukan hanya sekali, sehingga ada yang menyarankan beliau untuk melaporkan pengacau tadi ke pihak keamanan.
يا أبا سعيد ألا تكلم الأمير حتى يصرفه عنا
Artinya: "Wahai Abu Sa'id (panggilan Imam Hasan Al-Bashri), mengapa tidak engkau laporkan saja kepada pemimpin di sini agar orang ini disingkirkan?"
Mendengarkan itu, Imam Hasan Al-Bashri hanya diam saja. Namun, bukannya berhenti karena didiamkan, si Khawarij ini semakin bertingkah. Pada hari berikutnya ia kian berani berbuat onar yang sangat mengganggu majelis di masjid tersebut. Melihat itu, akhirnya sang imam mengangkat tangannya seraya berdoa:
اللهمَّ قد علمت أذاه لنا، فاكفناه بما شئت
Artinya: "Ya Allah, Engkau telah mengetahui gangguan dia terhadap kami. Maka singkirkanlah dari kami dengan cara yang Engkau kehendaki."
Seketika laki-laki itu jatuh tersungkur. Para jamaah kemudian menggotongnya menuju rumahnya. Ketika diletakkan di pembaringan, orang itu ternyata sudah tidak bernyawa. Orang-orang dibuat takjub akan kekuatan doa sang imam sehingga mereka bertambah segan dan patuh kepadanya.
Namun justru setiap mengingat peristiwa tersebut, Imam Hasan Al-Bashri menangis, seraya berkata: "Aku tidak menghendaki dia celaka seperti itu, demi Allah." [Hayatussalaf baina Qauli wal Amal hal 479]
Membungkam Penguasa Zalim Hajjaj bin Yusuf
Siapa yang tidak mengenal kekejaman Hajaj bin Yusuf, seorang penguasa zalim bertangan besi pada masa Dinasti Umayah. Dikisahkan, Hajjaj pernah membangun istana yang megah untuk dirinya di Kota Wasit. Ketika pembangunannya selesai, diundanglah orang-orang khsusunya para ulama untuk melihat dan memberinya doa selamat.
Tapi justru Imam Hasan Al-Bashri menggunakan kesempatan itu untuk memberikan pelajaran kepada Hajjaj. Maka saat ia diminta berbicara, beliau tidak menyia-nyiakannya. Dengan gencar sang Imam menyampaikan kritik-kritik tajam dan pedas yang ia tujukan kepada para penguasa zalim itu. Di antara isinya:
"Kita mengetahui apa yang dibangun oleh manusia yang paling kejam dan kita dapati Fira'un yang membangun istana yang lebih besar dan lebih megah daripada bangunan ini. Namun kemudian Allah membinasakan Fir'aun beserta apa yang dibangunnya. Andai saja Hajjaj sadar bahwa penghuni langit telah membencinya dan penduduk bumi telah memperdayakannya."
Beliau terus mengkritik Hajjaj hingga beberapa ulama yang hadir mengkhawatirkan keselamatannya. Beberapa orang menghampiri sang imam dan memintanya untuk berhenti: "Cukup Wahai Abu Said, cukup." Namun Hasan al Bashri justru menjawab:
لقد أخذ الله الميثاق على أهل العلم ليبينّنه للناس، ولا يكتمونه
Artinya: "Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengambil sumpah dari ulama agar menyampaikan kebenaran kepada manusia dan tak boleh menyembunyikannya."
Keesokan harinya, saat Hajjaj menghadiri pertemuan bersama para pejabat teras atas di pemerintahannya dengan memendam amarah ia berkata keras kepada semua yang hadir:
تباً لكم وسُحقاً، يقوم عبدٌ من عبيد أهل البصرة، ويقول فينا ما شاء أن يقول، ثم لا يجد فيكم من يردُّه، أو ينكر عليه، واللهٍ لأسقينَّكم من دمه يا معشر الجبناء
Artinya: "Celakalah kalian! Seorang dari keturunan budak-budak Basrah itu memaki-maki kita dengan seenaknya dan tak seorang pun dari kalian berani mencegah dan menjawabnya? Demi Allah, akan kuminumkan darah orang itu kepada kalian wahai para pengecut!"
Hajjaj lalu memerintahkan agar pengawalnya menyiapkan alat eksekusi lalu meminta agar Hasan Al-Bashri dijemput ke kediamannya. Saat ia dibawa beberapa tentara, orang-orang menatap sang imam dengan iba. Mereka seperti sudah tahu apa akhir kisah dari ulama besar tersebut.
Dengan tenang dan penuh wibawa sang imam melangkah masuk ke ruangan yang di dalamnya ada Hajjaj, para pejabat dan juga algojo bersenjata lengkap. Tak sedikitpun tergurat di wajah beliau rasa takut. Justru yang terjadi, malah Hajjaj seperti salah tingkah dan langsung ciut nyali. Ia terkesima oleh pancaran pengaruh sang imam yang sangat kuat.
Hajjaj turun dari tempat duduknya lalu menghampiri imam Hasan Al-Bashri seraya berkata ramah: "Silahkan duduk di sini wahai Abu Said." Mempersilakan imam Hasan duduk di singgasananya.
Lalu Hajjaj melontarkan beberapa perkataan basa-basi yang dijawab oleh sang imam dengan seadanya. Seluruh yang hadir menjadi bengong dan terheran-heran melihat perilaku Hajjaj yang justru berubah sangat lunak dan lembek di hadapan Imam Hasan Al-Bashri.
Akhirnya pertemuan yang dikira akan diwarnai pertumpahan darah berbuah menjadi majelis diskusi agama. Hajjaj bertanya beberapa hal dan sang Imam menjawab semua soalan dengan lugas. Hingga Hajjaj tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya kepada Hasan Al-Bashri, ia pun berkata: "Wahai Abu Said, Anda benar-benar ulama yang hebat."
Ketika sang imam beranjak hendak pulang, Hajjaj berdiri dan mengantarkannya hingga sampai di depan pintu istananya. Sesampainya di luar istana, salah seorang pengawal yang mengikuti Hasan Al-Bashri berkata, "Wahai Abu Sa'id sesungguhnya Hajjaj tadi memanggil anda untuk mencelakai anda. Namun aku lihat engkau membaca sebuah doa yang membuat ia tidak berdaya, doa apakah itu?"
Imam Hasan Al-Bashri menjawab: "Aku membaca doa sebagai berikut:
يا وليّ نعمتي، وملاذي عند كربتي، اجعل نقمته عليَّ برداً وسلاماً، كما جعلت النار برداً وسلاماً على إبراهيم
Artinya: "Wahai Yang Maha Melindungi dan tempatku bersandar dalam kesulitan, jadikanlah amarahnya menjadi dingin dan menjadi keselamatan bagiku sebagaimana Engkau jadikan api menjadi dingin dan keselamatan bagi Ibrahim." [Abrazul Zajaj hal 117, Fash al Khitab fi az Zuhd wa ar Raqaiq wal Adab (1/668)]
Wallahu A'lam
Diriwayatkan waktu kecil beliau, Sayyidina Umar bin Khattab pernah mendoakan Hasan Al-Bashri: اللهم فقهه في الدين، وحببه إلى الناس (Ya Allah, ajarkanlah ilmu agama kepada anak ini dan buatlah orang banyak mencintainya). [Akhbarul Qudhah (2/5)]
Pengasuh Ponpes Subuluna Bontang Kalimantan Timur Kiyai Ahmad Syahrin Thoriq menceritakan kisah sang Imam yang doanya mustajab. Sebagai seorang Wali Allah, Imam Hasan Al-Bashri dikaruniai doa yang mudah dikabulkan sebagai bukti hujjah dan untuk menolong dakwahnya. Berikut kisahnya:
Doanya kepada Seorang Khawarij
Suatu hari saat Imam Hasan Al-Bashri mengajar di dalam masjid, datanglah seorang pengikut Khawarij membuat gaduh di majelisnya. Kejadian ini bukan hanya sekali, sehingga ada yang menyarankan beliau untuk melaporkan pengacau tadi ke pihak keamanan.
يا أبا سعيد ألا تكلم الأمير حتى يصرفه عنا
Artinya: "Wahai Abu Sa'id (panggilan Imam Hasan Al-Bashri), mengapa tidak engkau laporkan saja kepada pemimpin di sini agar orang ini disingkirkan?"
Mendengarkan itu, Imam Hasan Al-Bashri hanya diam saja. Namun, bukannya berhenti karena didiamkan, si Khawarij ini semakin bertingkah. Pada hari berikutnya ia kian berani berbuat onar yang sangat mengganggu majelis di masjid tersebut. Melihat itu, akhirnya sang imam mengangkat tangannya seraya berdoa:
اللهمَّ قد علمت أذاه لنا، فاكفناه بما شئت
Artinya: "Ya Allah, Engkau telah mengetahui gangguan dia terhadap kami. Maka singkirkanlah dari kami dengan cara yang Engkau kehendaki."
Seketika laki-laki itu jatuh tersungkur. Para jamaah kemudian menggotongnya menuju rumahnya. Ketika diletakkan di pembaringan, orang itu ternyata sudah tidak bernyawa. Orang-orang dibuat takjub akan kekuatan doa sang imam sehingga mereka bertambah segan dan patuh kepadanya.
Namun justru setiap mengingat peristiwa tersebut, Imam Hasan Al-Bashri menangis, seraya berkata: "Aku tidak menghendaki dia celaka seperti itu, demi Allah." [Hayatussalaf baina Qauli wal Amal hal 479]
Membungkam Penguasa Zalim Hajjaj bin Yusuf
Siapa yang tidak mengenal kekejaman Hajaj bin Yusuf, seorang penguasa zalim bertangan besi pada masa Dinasti Umayah. Dikisahkan, Hajjaj pernah membangun istana yang megah untuk dirinya di Kota Wasit. Ketika pembangunannya selesai, diundanglah orang-orang khsusunya para ulama untuk melihat dan memberinya doa selamat.
Tapi justru Imam Hasan Al-Bashri menggunakan kesempatan itu untuk memberikan pelajaran kepada Hajjaj. Maka saat ia diminta berbicara, beliau tidak menyia-nyiakannya. Dengan gencar sang Imam menyampaikan kritik-kritik tajam dan pedas yang ia tujukan kepada para penguasa zalim itu. Di antara isinya:
"Kita mengetahui apa yang dibangun oleh manusia yang paling kejam dan kita dapati Fira'un yang membangun istana yang lebih besar dan lebih megah daripada bangunan ini. Namun kemudian Allah membinasakan Fir'aun beserta apa yang dibangunnya. Andai saja Hajjaj sadar bahwa penghuni langit telah membencinya dan penduduk bumi telah memperdayakannya."
Beliau terus mengkritik Hajjaj hingga beberapa ulama yang hadir mengkhawatirkan keselamatannya. Beberapa orang menghampiri sang imam dan memintanya untuk berhenti: "Cukup Wahai Abu Said, cukup." Namun Hasan al Bashri justru menjawab:
لقد أخذ الله الميثاق على أهل العلم ليبينّنه للناس، ولا يكتمونه
Artinya: "Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengambil sumpah dari ulama agar menyampaikan kebenaran kepada manusia dan tak boleh menyembunyikannya."
Keesokan harinya, saat Hajjaj menghadiri pertemuan bersama para pejabat teras atas di pemerintahannya dengan memendam amarah ia berkata keras kepada semua yang hadir:
تباً لكم وسُحقاً، يقوم عبدٌ من عبيد أهل البصرة، ويقول فينا ما شاء أن يقول، ثم لا يجد فيكم من يردُّه، أو ينكر عليه، واللهٍ لأسقينَّكم من دمه يا معشر الجبناء
Artinya: "Celakalah kalian! Seorang dari keturunan budak-budak Basrah itu memaki-maki kita dengan seenaknya dan tak seorang pun dari kalian berani mencegah dan menjawabnya? Demi Allah, akan kuminumkan darah orang itu kepada kalian wahai para pengecut!"
Hajjaj lalu memerintahkan agar pengawalnya menyiapkan alat eksekusi lalu meminta agar Hasan Al-Bashri dijemput ke kediamannya. Saat ia dibawa beberapa tentara, orang-orang menatap sang imam dengan iba. Mereka seperti sudah tahu apa akhir kisah dari ulama besar tersebut.
Dengan tenang dan penuh wibawa sang imam melangkah masuk ke ruangan yang di dalamnya ada Hajjaj, para pejabat dan juga algojo bersenjata lengkap. Tak sedikitpun tergurat di wajah beliau rasa takut. Justru yang terjadi, malah Hajjaj seperti salah tingkah dan langsung ciut nyali. Ia terkesima oleh pancaran pengaruh sang imam yang sangat kuat.
Hajjaj turun dari tempat duduknya lalu menghampiri imam Hasan Al-Bashri seraya berkata ramah: "Silahkan duduk di sini wahai Abu Said." Mempersilakan imam Hasan duduk di singgasananya.
Lalu Hajjaj melontarkan beberapa perkataan basa-basi yang dijawab oleh sang imam dengan seadanya. Seluruh yang hadir menjadi bengong dan terheran-heran melihat perilaku Hajjaj yang justru berubah sangat lunak dan lembek di hadapan Imam Hasan Al-Bashri.
Akhirnya pertemuan yang dikira akan diwarnai pertumpahan darah berbuah menjadi majelis diskusi agama. Hajjaj bertanya beberapa hal dan sang Imam menjawab semua soalan dengan lugas. Hingga Hajjaj tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya kepada Hasan Al-Bashri, ia pun berkata: "Wahai Abu Said, Anda benar-benar ulama yang hebat."
Ketika sang imam beranjak hendak pulang, Hajjaj berdiri dan mengantarkannya hingga sampai di depan pintu istananya. Sesampainya di luar istana, salah seorang pengawal yang mengikuti Hasan Al-Bashri berkata, "Wahai Abu Sa'id sesungguhnya Hajjaj tadi memanggil anda untuk mencelakai anda. Namun aku lihat engkau membaca sebuah doa yang membuat ia tidak berdaya, doa apakah itu?"
Imam Hasan Al-Bashri menjawab: "Aku membaca doa sebagai berikut:
يا وليّ نعمتي، وملاذي عند كربتي، اجعل نقمته عليَّ برداً وسلاماً، كما جعلت النار برداً وسلاماً على إبراهيم
Artinya: "Wahai Yang Maha Melindungi dan tempatku bersandar dalam kesulitan, jadikanlah amarahnya menjadi dingin dan menjadi keselamatan bagiku sebagaimana Engkau jadikan api menjadi dingin dan keselamatan bagi Ibrahim." [Abrazul Zajaj hal 117, Fash al Khitab fi az Zuhd wa ar Raqaiq wal Adab (1/668)]
Wallahu A'lam
(rhs)