Sebuah Dongeng Ajaran Sufi: Orang-Orang Pulau
Minggu, 19 Maret 2023 - 17:37 WIB
Dua entri dalam Island Universal Encyclopedia (Ensiklopedia Universal Pulau) memaparkan cara kerja proses itu. Dengan menyaring hikmah dari nutrisi mental mereka satu-satunya dan dengan segala kejujuran, para cendekiawan pulau menghasilkan jenis kebenaran berikut ini:
Ship (Kapal): Sesuatu yang tak menyenangkan. Sebuah kendaraan imajiner yang diklaim oleh para pendusta dan penyeleweng sebagai alat untuk "menyeberangi air", namun kini secara ilmiah terbukti sebagai suatu kerancuan. Setiap bahan di pulau tersebut pasti tenggelam. Padahal sebuah "kapal" dibuat dari salah satu bahan di pulau itu. Selain itu orang meragukan apakah memang ada tujuan di luar pulau.
Mengajarkan "pembangunan kapal" adalah kejahatan besar menurut Undang-Undang XVII dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, pasal J tentang Perlindungan terhadap Orang-orang yang Mudah Terpedaya. Shipbuilding mania adalah suatu bentuk ekstrim dari eskapisme mental, suatu gejala ketidakmampuan masyarakat menyesuaikan diri. Setiap warga negara wajib memberitahukan kepada pejabat berwenang jika mereka mencurigai kondisi tragis ini menimpa seseorang.
Swimming (Renang): Sesuatu yang tak diakui. Diyakini sebagai suatu cara menggerakkan tubuh melewati air agar tidak tenggelam; secara umum bertujuan "mencapai sebuah tempat di luar pulau". "Murid" dari seni yang tak diakui ini harus mematuhi sebuah ritual absurd. Dalam pelajaran pertama, ia harus menelungkupkan tubuhnya di atas tanah dan menggerakkan tangan serta kaki sesuai dengan petunjuk dari seorang "instruktur". Semua konsep itu berdasar pada keinginan para "instruktur" yang mempunyai gaya tersendiri untuk menguasai orang-orang yang mudah terpedaya pada masa primitif. Akhir-akhir ini, cara pemujaan itu telah menjelma sebuah wabah kegilaan yang menyebar.
Kata "tidak menyenangkan" dan "tidak diakui" itu digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang bertentangan dengan kitab suci baru itu. Kitab suci baru itu sendiri dikenal sebagai ajaran yang "Menyenangkan". Gagasan di baliknya adalah bahwa masyarakat sekarang bisa menyenangkan dirinya sendiri, demi kepentingan umum dan menyenangkan negara. Lembaga di sini dipahami sebagai lembaga yang mencakup semua masyarakat.
Tidaklah mengejutkan bila sejak awal niat meninggalkan pulau menimbulkan rasa takut luar biasa bagi setiap orang. Demikian pula rasa takut bisa terlihat pada tahanan yang telah lama di penjara dan akan dibebaskan. Dunia "luar" penjara adalah suatu dunia yang samar, tidak dikenal dan menakutkan.
Pulau itu bukanlah sebuah penjara. Tetapi ia adalah sebuah sangkar dengan jeruji-jeruji yang tak terlihat, namun lebih efektif dibandingkan sangkar dengan jeruji-jeruji yang terlihat.
Masyarakat pulau kini semakin lebih kompleks. Kita hanya bisa melihat hal itu melalui beberapa bentuknya yang mencolok. Kepustakaan mereka sangat kaya. Disamping berbagai komposisi budaya, ada berbagai buku yang menjelaskan nilai-nilai dan keberhasilan bangsa-bangsa. Demikian pula ada sebuah sistem fiksi alegoris yang menggambarkan betapa kehidupan ini akan sengsara bila masyarakat tidak mengatur diri dengan sistem yang diyakini saat ini.
Dari waktu ke waktu para instruktur berusaha membantu seluruh masyarakat untuk meloloskan diri. Para kapten kapal mengabdikan dirinya untuk menciptakan kembali suatu iklim kondusif bagi para pembuat kapal yang kini bersembunyi melanjutkan pekerjaannya.
Semua upaya ini ditafsirkan oleh para sejarawan dan sosiolog dengan merujuk pada berbagai keadaan di pulau itu tanpa berniat untuk melakukan hubungan di luar masyarakat yang tertutup ini.
Berbagai penjelasan yang masuk akal tentang hampir semua hal secara komparatif mudah diberikan. Tidak ada prinsip etik, sebab para sarjana tetap mengkaji apa yang dipandang benar dengan penuh ketulusan. "Apa lagi yang bisa kita kerjakan?"
Kata "lagi" mengimplikasikan bahwa alternatif itu mungkin merupakan suatu upaya kuantitatif. Atau mereka saling bertanya, "Adakah hal lain yang bisa kita kerjakan?" dengan asumsi bahwa jawabannya mungkin terletak pada kata "lain" itu -- sesuatu yang berbeda. Masalah mereka sebenarnya adalah anggapan mereka bahwa dirinya mampu untuk merumuskan pertanyaan dan mengabaikan fakta bahwa pertanyaan sepenting jawaban.
Para penghuni pulau niscaya mempunyai ruang lingkup pemikiran dan tindakan yang luas dalam bidang mereka sendiri yang sempit. Berbagai gagasan dan perbedaan pendapat yang muncul mengesankan kebebasan berpikir. Pemikiran digalakkan dengan syarat tidak "absurd".
Kebebasan berbicara diperbolehkan. Tetapi hal ini sedikit manfaatnya tanpa mengupayakan pengembangan pemahaman.
Kerja dan empati dari para navigator harus mengambil aspek lain sesuai dengan berbagai perubahan di dalam masyarakat. Hal ini justru membuat realitas mereka jauh lebih membingungkan bagi para murid yang berusaha mengikuti mereka dari sudut pandang yang berlaku di pulau itu.
Di tengah-tengah semua kebingungan ini, kemampuan untuk menyadari kemungkinan meloloskan diri pada masa-masa tertentu bahkan bisa menjadi kendala. Kesadaran potensial yang mendorong untuk meloloskan diri tidaklah begitu jelas. Yang lebih sering terjadi adalah para calon pelarian yang bersemangat itu menerima suatu pengganti. Suatu konsep navigasi yang kabur tidak akan berguna tanpa orientasi. Bahkan para pembuat kapal yang paling bersemangat sekalipun dilatih untuk meyakini bahwa mereka telah mempunyai orientasi itu. Mereka telah matang. Mereka membenci setiap orang yang menunjukkan bahwa mereka mungkin memerlukan persiapan.
Cara-cara berenang atau membuat kapal yang aneh itu seringkali tidak memungkinkan untuk mencapai kemajuan yang sesungguhnya. Yang layak dikecam adalah para pembela renang semu atau kapal-kapal alegoris. Mereka hanyalah penipu yang menawarkan pelajaran kepada mereka yang masih terlalu lemah untuk berenang atau menulis tentang kapal yang tidak bisa mereka bangun.
Ship (Kapal): Sesuatu yang tak menyenangkan. Sebuah kendaraan imajiner yang diklaim oleh para pendusta dan penyeleweng sebagai alat untuk "menyeberangi air", namun kini secara ilmiah terbukti sebagai suatu kerancuan. Setiap bahan di pulau tersebut pasti tenggelam. Padahal sebuah "kapal" dibuat dari salah satu bahan di pulau itu. Selain itu orang meragukan apakah memang ada tujuan di luar pulau.
Mengajarkan "pembangunan kapal" adalah kejahatan besar menurut Undang-Undang XVII dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, pasal J tentang Perlindungan terhadap Orang-orang yang Mudah Terpedaya. Shipbuilding mania adalah suatu bentuk ekstrim dari eskapisme mental, suatu gejala ketidakmampuan masyarakat menyesuaikan diri. Setiap warga negara wajib memberitahukan kepada pejabat berwenang jika mereka mencurigai kondisi tragis ini menimpa seseorang.
Swimming (Renang): Sesuatu yang tak diakui. Diyakini sebagai suatu cara menggerakkan tubuh melewati air agar tidak tenggelam; secara umum bertujuan "mencapai sebuah tempat di luar pulau". "Murid" dari seni yang tak diakui ini harus mematuhi sebuah ritual absurd. Dalam pelajaran pertama, ia harus menelungkupkan tubuhnya di atas tanah dan menggerakkan tangan serta kaki sesuai dengan petunjuk dari seorang "instruktur". Semua konsep itu berdasar pada keinginan para "instruktur" yang mempunyai gaya tersendiri untuk menguasai orang-orang yang mudah terpedaya pada masa primitif. Akhir-akhir ini, cara pemujaan itu telah menjelma sebuah wabah kegilaan yang menyebar.
Kata "tidak menyenangkan" dan "tidak diakui" itu digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang bertentangan dengan kitab suci baru itu. Kitab suci baru itu sendiri dikenal sebagai ajaran yang "Menyenangkan". Gagasan di baliknya adalah bahwa masyarakat sekarang bisa menyenangkan dirinya sendiri, demi kepentingan umum dan menyenangkan negara. Lembaga di sini dipahami sebagai lembaga yang mencakup semua masyarakat.
Tidaklah mengejutkan bila sejak awal niat meninggalkan pulau menimbulkan rasa takut luar biasa bagi setiap orang. Demikian pula rasa takut bisa terlihat pada tahanan yang telah lama di penjara dan akan dibebaskan. Dunia "luar" penjara adalah suatu dunia yang samar, tidak dikenal dan menakutkan.
Pulau itu bukanlah sebuah penjara. Tetapi ia adalah sebuah sangkar dengan jeruji-jeruji yang tak terlihat, namun lebih efektif dibandingkan sangkar dengan jeruji-jeruji yang terlihat.
Masyarakat pulau kini semakin lebih kompleks. Kita hanya bisa melihat hal itu melalui beberapa bentuknya yang mencolok. Kepustakaan mereka sangat kaya. Disamping berbagai komposisi budaya, ada berbagai buku yang menjelaskan nilai-nilai dan keberhasilan bangsa-bangsa. Demikian pula ada sebuah sistem fiksi alegoris yang menggambarkan betapa kehidupan ini akan sengsara bila masyarakat tidak mengatur diri dengan sistem yang diyakini saat ini.
Dari waktu ke waktu para instruktur berusaha membantu seluruh masyarakat untuk meloloskan diri. Para kapten kapal mengabdikan dirinya untuk menciptakan kembali suatu iklim kondusif bagi para pembuat kapal yang kini bersembunyi melanjutkan pekerjaannya.
Semua upaya ini ditafsirkan oleh para sejarawan dan sosiolog dengan merujuk pada berbagai keadaan di pulau itu tanpa berniat untuk melakukan hubungan di luar masyarakat yang tertutup ini.
Baca Juga
Berbagai penjelasan yang masuk akal tentang hampir semua hal secara komparatif mudah diberikan. Tidak ada prinsip etik, sebab para sarjana tetap mengkaji apa yang dipandang benar dengan penuh ketulusan. "Apa lagi yang bisa kita kerjakan?"
Kata "lagi" mengimplikasikan bahwa alternatif itu mungkin merupakan suatu upaya kuantitatif. Atau mereka saling bertanya, "Adakah hal lain yang bisa kita kerjakan?" dengan asumsi bahwa jawabannya mungkin terletak pada kata "lain" itu -- sesuatu yang berbeda. Masalah mereka sebenarnya adalah anggapan mereka bahwa dirinya mampu untuk merumuskan pertanyaan dan mengabaikan fakta bahwa pertanyaan sepenting jawaban.
Para penghuni pulau niscaya mempunyai ruang lingkup pemikiran dan tindakan yang luas dalam bidang mereka sendiri yang sempit. Berbagai gagasan dan perbedaan pendapat yang muncul mengesankan kebebasan berpikir. Pemikiran digalakkan dengan syarat tidak "absurd".
Kebebasan berbicara diperbolehkan. Tetapi hal ini sedikit manfaatnya tanpa mengupayakan pengembangan pemahaman.
Kerja dan empati dari para navigator harus mengambil aspek lain sesuai dengan berbagai perubahan di dalam masyarakat. Hal ini justru membuat realitas mereka jauh lebih membingungkan bagi para murid yang berusaha mengikuti mereka dari sudut pandang yang berlaku di pulau itu.
Di tengah-tengah semua kebingungan ini, kemampuan untuk menyadari kemungkinan meloloskan diri pada masa-masa tertentu bahkan bisa menjadi kendala. Kesadaran potensial yang mendorong untuk meloloskan diri tidaklah begitu jelas. Yang lebih sering terjadi adalah para calon pelarian yang bersemangat itu menerima suatu pengganti. Suatu konsep navigasi yang kabur tidak akan berguna tanpa orientasi. Bahkan para pembuat kapal yang paling bersemangat sekalipun dilatih untuk meyakini bahwa mereka telah mempunyai orientasi itu. Mereka telah matang. Mereka membenci setiap orang yang menunjukkan bahwa mereka mungkin memerlukan persiapan.
Cara-cara berenang atau membuat kapal yang aneh itu seringkali tidak memungkinkan untuk mencapai kemajuan yang sesungguhnya. Yang layak dikecam adalah para pembela renang semu atau kapal-kapal alegoris. Mereka hanyalah penipu yang menawarkan pelajaran kepada mereka yang masih terlalu lemah untuk berenang atau menulis tentang kapal yang tidak bisa mereka bangun.