Pengucapan Insya Allah Sering Disalahpahami, Begini Makna Sebenarnya
Senin, 19 Juni 2023 - 14:48 WIB
Pengucapan kalimat Insya Allah seringkali diartikan dan disalahgunakan. Pengertian Insya Allah secara harfiah berarti "jika Allah menghendaki", dan digunakan sebagai ungkapan harapan, niat, atau janji yang terkait dengan kejadian masa depan. Akan tetapi dalam prakteknya, kalimat ini kerap kali diucapkan untuk janji yang potensial dilanggar. Sehingga, banyak orang-orang menganggap bahwa insya Allah memiliki arti komitmen yang diingkari.
Berdasarkan beberapa keterangan dalam Al-Qur’an dan hadis , ada banyak makna yang terkandung dalam kata insya Allah, beberapa di antaranya:
Dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan kalimat ini terkait dengan janji yang hendak dilaksanakan hamba-Nya. Salah satu diantaranya, seperti yang tertulis dalam surat Al-Kahfi.
Ketika Allah menyampaikan kepada Rasulullah agar dia tidak mengucapkan “aku akan melakukan ini” ke umatnya tanpa menyertai ucapan insya Allah, sebab segala sesuatu hanya terjadi dengan kehendak Allah.
Wa lā taqụlanna lisyai`in innī fā'ilun żālika gadā, Illā ay yasyā`allāhu ważkur rabbaka iżā nasīta wa qul 'asā ay yahdiyani rabbī li`aqraba min hāżā rasyadā
Artinya: Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini." (QS. Al-Kahfi ayat 23-24).
Ayat di atas menunjukkan jika terhadap sesuatu yang akan dilaksanakan besok, kita harus mengaitkannya dengan kehendak Allah dengan menyebut insya Allah.
Jadi, insya Allah seharusnya diartikan sebagai ungkapan harapan atau niat yang bergantung pada kehendak Allah, bukan sebagai janji atau komitmen yang diingkari.
Wallahu A'lam
Berdasarkan beberapa keterangan dalam Al-Qur’an dan hadis , ada banyak makna yang terkandung dalam kata insya Allah, beberapa di antaranya:
1. Insya Allah Bentuk Kesadaran Manusia
Insya Allah semacam kesadaran bahwa ada penentu dibalik semua kejadian. Apa yang kita inginkan tidak selalu menjadi kenyataan. Semuanya tidak pasti, maka dari itu ada harus diperjuangkan orang dengan istilah ikhtiar.2. Pengakuan Rendah Hati dan Berserah Diri Kepada Allah
Manusia memang memiliki rencananya sendiri, tetapi tetap Allah yang punya kuasa. Sehingga hal yang direncanakan belum tentu terjadi. Dengan demikian, kata insya Allah menunjukkan sikap rendah hati seorang hamba sekaligus berserah diri kepada Allah.Dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan kalimat ini terkait dengan janji yang hendak dilaksanakan hamba-Nya. Salah satu diantaranya, seperti yang tertulis dalam surat Al-Kahfi.
Ketika Allah menyampaikan kepada Rasulullah agar dia tidak mengucapkan “aku akan melakukan ini” ke umatnya tanpa menyertai ucapan insya Allah, sebab segala sesuatu hanya terjadi dengan kehendak Allah.
وَلَا تَقُولَنَّ لِشَا۟ىْءٍ إِنِّى فَاعِلٌۭ ذَٰلِكَ غَدًا ( ٢٣) إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ ۚ وَٱذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰٓ أَن يَهْدِيَنِ رَبِّى لِأَقْرَبَ مِنْ هَـٰذَا رَشَدًۭا (٢٤)
Wa lā taqụlanna lisyai`in innī fā'ilun żālika gadā, Illā ay yasyā`allāhu ważkur rabbaka iżā nasīta wa qul 'asā ay yahdiyani rabbī li`aqraba min hāżā rasyadā
Artinya: Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini." (QS. Al-Kahfi ayat 23-24).
Ayat di atas menunjukkan jika terhadap sesuatu yang akan dilaksanakan besok, kita harus mengaitkannya dengan kehendak Allah dengan menyebut insya Allah.
Jadi, insya Allah seharusnya diartikan sebagai ungkapan harapan atau niat yang bergantung pada kehendak Allah, bukan sebagai janji atau komitmen yang diingkari.
Wallahu A'lam
(wid)