Peristiwa Muharam: Kisah Kesembuhan Nabi Ayub dari Sakit Parah selama 18 Tahun
Minggu, 23 Juli 2023 - 19:26 WIB
Pada 10 Muharam , Allah SWT memberi kesembuhan kepada Nabi Ayyub setelah selama 18 sakit parah. Ini adalah buah sikap Nabi Ayyub yang sabar dan tawakkal . Beliau menganggap sakitnya adalah ujian bagi dirinya. Beliau pun senantiasa berdoa agar disembuhkan dari sakitnya itu.
Syaikh Umar Sulaiman al-Asyqor dalam bukunya berjudul "Kisah-Kisah Shahih Dalam Al-Qur’an dan Sunnah" menyebutkan dari seluruh keterangan dalam Al-Qur'an dan hadis dapat diambil kesimpulan bahwa sebelum menderita sakit, hidup Ayyub penuh dengan kenikmatan, kehidupannya makmur.
Allah SWT menganugerahkan harta, keluarga dan anak kepadanya, kemudian Allah berkehendak untuk mengujinya. Maka Dia mengambil harta dan anaknya, badannya pun berpenyakit.
Orang-orang yang dikumpulkan oleh nikmat di sekelilingnya mulai menjauhinya. Orang dekat dan orang jauh menghindarinya. Yang masih baik kepadanya hanyalah istrinya dan dua orang dari sahabatnya yang mulia.
Kedua orang ini sering mengunjunginya dan Ayyub terhibur karenanya. Salah seorang dari keduanya memikirkan keadaan Ayub yang telah diuji sekian lama. Ayyub menanggung itu selama delapan belas tahun dan Allah belum mengangkat apa yang menimpanya.
Terbersit di pikiran orang ini bahwa cobaan Ayyub itu mungkin dikarenakan dosa besar yang pernah diperbuat oleh Ayyub. Orang ini mengatakan apa yang ada di pikirannya kepada temannya, dan temannya ini pun tidak kuasa menyimpan apa yang dikatakan oleh rekannya.
Dia mengatakan hal itu kepada Ayyub. Hal ini membuat Ayyub sangat bersedih, maka dia menceritakan keadaannya secara terbuka dan menepis anggapan tersebut.
Pada waktu Ayyub sehat dan bugar, dia melihat dua orang saling bertikai dan keduanya menyebut nama Allah. Ayub pulang ke rumahnya dan bersedekah atas nama keduanya, karena dia khawatir nama Allah disebut kecuali dalam kebenaran.
Di sanalah Ayub menghadap kepada Tuhannya dengan doa memohon dari-Nya agar ujiannya diangkat, "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." ( QS. Al-Anbiya : 83). "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan." (QS Shad : 41)
Allah menjawab doanya dan mengangkat ujian yang menimpanya. Allah Maha Berkuasa atas segala hal. Jika Dia menghendaki, sesuatu pastilah terjadi. Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang mampu menghalangi-Nya.
Sudah menjadi kebiasaan Ayub jika dia pergi buang hajat, dia diantar dan dituntun oleh istrinya karena badannya yang lemah. Jika Ayub telah tiba di tempat yang dituju, istrinya membiarkannya menunaikan hajatnya. Setelah itu dia kembali menuntun suaminya pulang ke tempat tinggalnya.
Pada hari ketika Ayub berdoa kepada Allah, dia terlambat kembali kepada istrinya yang sedang menunggunya. Allah mewahyukan kepada Ayub agar menjejakkan kakinya yang lemah ke tanah, maka dari tempat yang dijejaknya itu memancarlah air. Allah meminta Ayub agar minum air itu dan mandi darinya. Air itu menghilangkan penyakit di tubuhnya, lahir dan batin.
Ayub kembali sehat dan bersemangat pada saat itu juga. Kesehatan dan kekuatannya pulih seperti ia tidak pernah sakit.
Ayub menemui istrinya dengan penuh semangat dan gairah seperti sebelum dia diserang penyakit. Ketika istrinya melihatnya, dia tidak mengenalinya walaupun dia melihatnya seperti suaminya yang dahulu sehat wal ’afiat.
Dia bertanya kepadanya tentang suaminya, seorang Nabi yang sakit-sakitan. Dia menyebutkan apa yang pernah dilihatnya dari suaminya pada saat suaminya masih sehat dan kuat. Dia sama sekali tidak menduga bahwa suaminya bisa sehat dan sembuh dari penyakitnya dalam waktu yang sesingkat itu, yaitu sewaktu dia terlambat untuk kembali kepadanya.
Kebahagiaannya begitu besar manakala dia melihat nikmat Allah kepada suaminya dalam bentuk kembalinya kesehatan dan kekuatan kepadanya. Sebagaimana Allah mengembalikan kesehatan dan kekuatannya, Allah juga mengembalikan hartanya yang hilang sebanyak dua kali lipat, serta menganugerahkan anak-anak kepadanya dua kali lipat pula.
Allah mengirim dua awan yang tidak membawa hujan, tetapi membawa emas dan perak. Ayyub memiliki dua tempat penyimpanan hasil bumi. Yang pertama untuk gandum dan yang lain untuk jewawut. Awan pertama menumpahkan emas di tempat penyimpanan gandum dan awan kedua menumpahkan perak di tempat penyimpanan jewawut.
Syaikh Umar Sulaiman al-Asyqor dalam bukunya berjudul "Kisah-Kisah Shahih Dalam Al-Qur’an dan Sunnah" menyebutkan dari seluruh keterangan dalam Al-Qur'an dan hadis dapat diambil kesimpulan bahwa sebelum menderita sakit, hidup Ayyub penuh dengan kenikmatan, kehidupannya makmur.
Allah SWT menganugerahkan harta, keluarga dan anak kepadanya, kemudian Allah berkehendak untuk mengujinya. Maka Dia mengambil harta dan anaknya, badannya pun berpenyakit.
Orang-orang yang dikumpulkan oleh nikmat di sekelilingnya mulai menjauhinya. Orang dekat dan orang jauh menghindarinya. Yang masih baik kepadanya hanyalah istrinya dan dua orang dari sahabatnya yang mulia.
Kedua orang ini sering mengunjunginya dan Ayyub terhibur karenanya. Salah seorang dari keduanya memikirkan keadaan Ayub yang telah diuji sekian lama. Ayyub menanggung itu selama delapan belas tahun dan Allah belum mengangkat apa yang menimpanya.
Terbersit di pikiran orang ini bahwa cobaan Ayyub itu mungkin dikarenakan dosa besar yang pernah diperbuat oleh Ayyub. Orang ini mengatakan apa yang ada di pikirannya kepada temannya, dan temannya ini pun tidak kuasa menyimpan apa yang dikatakan oleh rekannya.
Dia mengatakan hal itu kepada Ayyub. Hal ini membuat Ayyub sangat bersedih, maka dia menceritakan keadaannya secara terbuka dan menepis anggapan tersebut.
Pada waktu Ayyub sehat dan bugar, dia melihat dua orang saling bertikai dan keduanya menyebut nama Allah. Ayub pulang ke rumahnya dan bersedekah atas nama keduanya, karena dia khawatir nama Allah disebut kecuali dalam kebenaran.
Di sanalah Ayub menghadap kepada Tuhannya dengan doa memohon dari-Nya agar ujiannya diangkat, "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." ( QS. Al-Anbiya : 83). "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan." (QS Shad : 41)
Allah menjawab doanya dan mengangkat ujian yang menimpanya. Allah Maha Berkuasa atas segala hal. Jika Dia menghendaki, sesuatu pastilah terjadi. Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang mampu menghalangi-Nya.
Sudah menjadi kebiasaan Ayub jika dia pergi buang hajat, dia diantar dan dituntun oleh istrinya karena badannya yang lemah. Jika Ayub telah tiba di tempat yang dituju, istrinya membiarkannya menunaikan hajatnya. Setelah itu dia kembali menuntun suaminya pulang ke tempat tinggalnya.
Pada hari ketika Ayub berdoa kepada Allah, dia terlambat kembali kepada istrinya yang sedang menunggunya. Allah mewahyukan kepada Ayub agar menjejakkan kakinya yang lemah ke tanah, maka dari tempat yang dijejaknya itu memancarlah air. Allah meminta Ayub agar minum air itu dan mandi darinya. Air itu menghilangkan penyakit di tubuhnya, lahir dan batin.
Ayub kembali sehat dan bersemangat pada saat itu juga. Kesehatan dan kekuatannya pulih seperti ia tidak pernah sakit.
Ayub menemui istrinya dengan penuh semangat dan gairah seperti sebelum dia diserang penyakit. Ketika istrinya melihatnya, dia tidak mengenalinya walaupun dia melihatnya seperti suaminya yang dahulu sehat wal ’afiat.
Dia bertanya kepadanya tentang suaminya, seorang Nabi yang sakit-sakitan. Dia menyebutkan apa yang pernah dilihatnya dari suaminya pada saat suaminya masih sehat dan kuat. Dia sama sekali tidak menduga bahwa suaminya bisa sehat dan sembuh dari penyakitnya dalam waktu yang sesingkat itu, yaitu sewaktu dia terlambat untuk kembali kepadanya.
Kebahagiaannya begitu besar manakala dia melihat nikmat Allah kepada suaminya dalam bentuk kembalinya kesehatan dan kekuatan kepadanya. Sebagaimana Allah mengembalikan kesehatan dan kekuatannya, Allah juga mengembalikan hartanya yang hilang sebanyak dua kali lipat, serta menganugerahkan anak-anak kepadanya dua kali lipat pula.
Allah mengirim dua awan yang tidak membawa hujan, tetapi membawa emas dan perak. Ayyub memiliki dua tempat penyimpanan hasil bumi. Yang pertama untuk gandum dan yang lain untuk jewawut. Awan pertama menumpahkan emas di tempat penyimpanan gandum dan awan kedua menumpahkan perak di tempat penyimpanan jewawut.
(mhy)