Kisah Qabil dan Habil Tragedi Pembunuhan Pertama di Dunia, Ini Penyebabnya

Minggu, 13 Agustus 2023 - 22:47 WIB
Kisah Qabil dan Habil adalah cerita dimana yang terbunuh jauh lebih mulia daripada yang membunuh. Foto ilustrasi/dok ganaislamika
Kisah Qabil dan Habil tercatat sebagai tragedi konflik bersaudara dan pembunuhan pertama yang terjadi di muka bumi. Kisah dua putra Nabi Adam 'alaihissalam ini diabadikan Al-Qur'an untuk menjadi pelajaran bagi umat manusia.

Tragedi pembunuhan antarsaudara sekandung ini menjadi isyarat bagi kita bahwa kedengkian dapat memicu pertumpahan darah. Apalagi pada zaman ini, banyak sesama saudara saling mencaci, saling benci, saling iri, saling hasut, saling adu mulut, hingga berujung saling membunuh. Na'udzubillahi min dzalik.

Kisah Qabil dan Habil adalah cerita dimana yang terbunuh jauh lebih mulia daripada yang membunuh. Sesama saudara, Habil lebih memilih jalur damai walaupun sebenarnya Habil berada dalam pihak yang benar.

Penyebab Habil Dibunuh Oleh Qabil

Kisah Qabil dan Habil, dua putra Nabi Adam 'alaihissalam ini layak kita jadikan pelajaran berharga. Ustaz Muhammad Saiyid Mahadhir menceritakan kisah ini dalam satu kajian yang dilansir dari rumahfiqih.

Ibnu Katsir dalam kitabnya Tafsir Al-Quran Al-Azhim jilid 3 hal 82, dari Abu Malik dari Abu Shaleh dari Ibnu Abbas dari Murrah dari Ibnu Mas'ud dari banyak sahabat Nabi Muhammad ﷺ diceritakan, dulu Sayyidati Hawa istri Nabi Adam 'alaihissalam dikaruniai anak kembar setiap kali melahirkan, laki-laki dan perempuan. Syariat yang berlaku pada waktu itu menghendaki dibolehkannya menikah sesama saudara, karena memang pada waktu itu bumi ini hanya diisi oleh mereka saja.

Mekanismenya, laki-laki dan perempuan yang lahir kembar tidak menikah sesama mereka, melainkan menikah dengan laki-laki dan perempuan dari saudara kembar lainnya. Hingga sampailah pada waktunya Adam memiliki anak bernama Qabil dan Habil. Qabil mempunyai kembaran saudari perempuannya, dan Habil juga mempunyai kembaran saudari perempuannya. Dan konon katanya kembarannya Qabil sedikit lebih cantik dari kembarannya Habil.

Habil bermaksud menikahi kembarannya Qabil, selain karena cantik, niat baik ini direstui juga oleh ayahnya Adam. Namun Qabil tidak terima, karena saat yang sama Qabil juga jatuh hati pada kembarannya yang memang lebih cantik dari kembarannya Habil. Terlebih bahwa Qabil lahir sebelum Habil.

Solusi yang ditawarkan adalah Qabil dan Habil harus mempersembahkan kurban kepada Allah. Kurban yang diterima dialah yang berhak menikahi kembarannya Qabil. Sebagai pemilik kebun, Qabil menyiapkan kurbannya berupa tanam-tanaman, dan sebagai pemilik hewan ternak Habil juga menyiapkan hewan terbaik untuk dikurbankan kepada Allah.

Singkat cerita, ternyata kurbannya Habil diterima, rupanya Habil sudah mempersembahkan hewan yang ternak yang paling baik, dia mempersembahkan itu dengan hati yang baik pula. Berbeda dengan Qabil kakaknya, ternyata usut punya usut Qabil mempersembahkan kurbannya dengan kualitas ala kadarnya, itupun dengan hati yang sedikit menggerutu.

Tidak terima dengan kenyatan bahwa kembaranya akan dinikahi oleh Habil, Qabil berniat membunuh adiknya sendiri. Sebenarnya Habil bisa saja melawan, apalagi Habil jelas-jelas berada di pihak yang benar. Namun atas nama saudara, lahir dari ibu dan ayah yang sama, Habil menyadari bahwa ribut sesama saudara tidak ada gunanya.

Sikap tidak mau ribut itu diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur'an sebagai pelajaran hidup yang sangat berharga. Hidup damai dan harmonis dalam persaudaraan lebih diutamakan ketimbang ego untuk menang lawan saudara sendiri.

لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ


Artinya: "Sungguh kalau kamu (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku (Habil) untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam." (QS Al-Maidah ayat 28)

"Kemudian, hawa nafsunya (Qabil) mendorong dia untuk membunuh saudaranya. Maka, dia pun (benar-benar) membunuhnya sehingga dia termasuk orang-orang yang rugi. Kemudian, Allah mengirim seekor burung gagak untuk menggali tanah supaya Dia memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana cara mengubur mayat saudaranya. (Qabil) berkata, "Celakalah aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini sehingga aku dapat mengubur mayat saudaraku?" Maka, jadilah dia termasuk orang-orang yang menyesal." (QS Al-Ma'idah Ayat 30-31)

Sebuah Hadis dari sahabat Sa'ad bin Abi Waqqash, bahwa Rasululllah ﷺ pernah bersabda:

إِنَّهَا سَتَكُونُ فِتْنَةٌ، الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ الْقَائِمِ، وَالْقَائِمُ خَيْرٌ مِنَ الْمَاشِي، وَالْمَاشِي خَيْرٌ مِنَ السَّاعِي

Artinya: "Akan tiba suatu saat nanti zaman yang penuh fitnah, orang yang duduk saat itu lebih baik daripada orang yang berdiri. Dan orang yang berdiri lebih baik dari pada orang yang yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik dari pada orang yang berlari." (HR Ahmad)

قَالَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ دَخَلَ عَلَيَّ بَيْتِي فَبَسَطَ يَدَهُ إليَّ لِيَقْتُلَنِي

Lalu sahabat Saad bin Abi Waqqash bertanya: "Bagaimana jika ada orang yang masuk rumahku dan dia hendak membunuhku?" Maka Rasulullah menjawab:

كُنْ كَابْنِ آدَمَ

Artinya: "Jadilah seperti anak Adam (Habil)"

Di zaman penuh fitnah ini sebaiknya kita lebih memilih diam dan tidak ikut dalam gelombang saling fitnah. Seorang muslim lebih baik menahan diri untuk tidak menghujat atau melaknat saudara sendiri. Apalagi Al-Qur'an menyatakan bahwa sesama muslim adalah bersaudara (QS Al-Hujurat Ayat 10).

Wallahu A'lam

(rhs)
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
هَلۡ اَتٰى عَلَى الۡاِنۡسَانِ حِيۡنٌ مِّنَ الدَّهۡرِ لَمۡ يَكُنۡ شَيۡـٴً۬ـا مَّذۡكُوۡرًا (١) اِنَّا خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ مِنۡ نُّطۡفَةٍ اَمۡشَاجٍۖ نَّبۡتَلِيۡهِ فَجَعَلۡنٰهُ سَمِيۡعًۢا بَصِيۡرًا (٢) اِنَّا هَدَيۡنٰهُ السَّبِيۡلَ اِمَّا شَاكِرًا وَّاِمَّا كَفُوۡرًا‏ (٣)
Bukankah pernah datang kepada manusia waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya dengan perintah dan larangan, karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sungguh, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.

(QS. Al-Insan Ayat 1-3)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More