Mengapa Ada Pemujaan kepada Makhluk? Begini Penjelasan Ja'far Subhani
Kamis, 17 Agustus 2023 - 14:28 WIB
Faktor-faktor yang menimbulkan penyembahan manusia kepada ciptaan adalah ketidaktahuannya dan tuntutan alami yang mutlak dalam dirinya yang pada umumnya mempercayai adanya suatu penyebab bagi setiap fenomena.
Dalam bukunya berjudul "Ar-Risalah, Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW", Ja'far Subhani mengatakan di satu sisi, manusia, yang dikuasai oleh kodrat alami, merasa harus mencari perlindungan di suatu tempat, pada suatu pewenang kuat yang mampu menciptakan sistem yang unik ini.
Namun, di sisi lain, ketika ia bermaksud menempuh jalan ini tanpa tuntunan para nabi -pemandu Ilahi dan telah ditunjuk untuk menjamin kesempurnaan perjalanan rohani manusia- ia mencari perlindungan pada makhluk-makhluk tak-bernyawa, hewan, ataupun sesama manusia sebelum ia dapat mencapai tujuannya yang sesungguhnya, yakni Tuhan Yang Esa, dan mendapatkan jejak-jejak-Nya dengan mengamati tanda-tanda penciptaan dan mencari perlindungan pada-Nya.
"Oleh karena itu, ia membayangkan bahwa inilah obyek yang dicari-carinya," ujar ulama fikih, ushul, tafsir dan ilmu kalam ini.
Melihat ini, para ilmuwan mengakui, setelah mengkaji kitab-kitab Ilahi dan cara bagaimana dakwah disampaikan kepada manusia oleh para nabi serta argumentasi mereka, bahwa tujuan para nabi bukanlah untuk meyakinkan manusia tentang adanya pencipta alam semesta.
Sesungguhnya, peran mereka yang mendasar ialah membebaskan manusia dan cengkeraman syirik (politeisme) dan penyembahan berhala. Dengan kata lain, mereka datang untuk mengatakan kepada manusia, "Hai manusia! Allah yang kita semua percaya akan keberadaan-Nya adalah ini, bukan itu. Ia esa, bukan berbilang. Jangan memberikan status Allah kepada makhluk. Terimalah Allah sebagai Yang Esa. Jangan menerima mitra atau sekutu apa pun bagi-Nya."
"Kalimat 'tiada Tuhan selain Allah', adalah titik mula dakwah Nabi Muhammad," kata Ja'far Subhani. "Maksud kalimat ini ialah, tak ada sesuatu yang patut disembah selain Allah, dan ini berarti bahwa adanya Pencipta telah merupakan fakta yang diakui, sehingga manusia dapat diajak untuk menerima kemaha-esaan-Nya."
Kalimat ini menunjukkan bahwa di mata manusia zaman itu, bagian pertama -adanya Tuhan yang menguasai alam semesta- bukanlah hal yang perlu dipertengkarkan.
Di samping itu, kajian terhadap kisah-kisah Qur'ani dan percakapan para nabi dengan umat zamannya memperjelas masalah ini.
Baca juga: Kisah Nabi Ibrahim Mengajarkan Agama Tauhid
Dalam bukunya berjudul "Ar-Risalah, Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW", Ja'far Subhani mengatakan di satu sisi, manusia, yang dikuasai oleh kodrat alami, merasa harus mencari perlindungan di suatu tempat, pada suatu pewenang kuat yang mampu menciptakan sistem yang unik ini.
Namun, di sisi lain, ketika ia bermaksud menempuh jalan ini tanpa tuntunan para nabi -pemandu Ilahi dan telah ditunjuk untuk menjamin kesempurnaan perjalanan rohani manusia- ia mencari perlindungan pada makhluk-makhluk tak-bernyawa, hewan, ataupun sesama manusia sebelum ia dapat mencapai tujuannya yang sesungguhnya, yakni Tuhan Yang Esa, dan mendapatkan jejak-jejak-Nya dengan mengamati tanda-tanda penciptaan dan mencari perlindungan pada-Nya.
"Oleh karena itu, ia membayangkan bahwa inilah obyek yang dicari-carinya," ujar ulama fikih, ushul, tafsir dan ilmu kalam ini.
Melihat ini, para ilmuwan mengakui, setelah mengkaji kitab-kitab Ilahi dan cara bagaimana dakwah disampaikan kepada manusia oleh para nabi serta argumentasi mereka, bahwa tujuan para nabi bukanlah untuk meyakinkan manusia tentang adanya pencipta alam semesta.
Sesungguhnya, peran mereka yang mendasar ialah membebaskan manusia dan cengkeraman syirik (politeisme) dan penyembahan berhala. Dengan kata lain, mereka datang untuk mengatakan kepada manusia, "Hai manusia! Allah yang kita semua percaya akan keberadaan-Nya adalah ini, bukan itu. Ia esa, bukan berbilang. Jangan memberikan status Allah kepada makhluk. Terimalah Allah sebagai Yang Esa. Jangan menerima mitra atau sekutu apa pun bagi-Nya."
"Kalimat 'tiada Tuhan selain Allah', adalah titik mula dakwah Nabi Muhammad," kata Ja'far Subhani. "Maksud kalimat ini ialah, tak ada sesuatu yang patut disembah selain Allah, dan ini berarti bahwa adanya Pencipta telah merupakan fakta yang diakui, sehingga manusia dapat diajak untuk menerima kemaha-esaan-Nya."
Kalimat ini menunjukkan bahwa di mata manusia zaman itu, bagian pertama -adanya Tuhan yang menguasai alam semesta- bukanlah hal yang perlu dipertengkarkan.
Di samping itu, kajian terhadap kisah-kisah Qur'ani dan percakapan para nabi dengan umat zamannya memperjelas masalah ini.
Baca juga: Kisah Nabi Ibrahim Mengajarkan Agama Tauhid
(mhy)