12 Fakta Imam Malik, Ulama High Class Pendiri Mazhab Maliki

Minggu, 27 Agustus 2023 - 15:46 WIB
Imam Malik bin Anas dikenal sebagai sebagai sosok ulama yang sangat menjaga penampilan dan punya gaya hidup berkelas. Foto ilustrasi/Channel Penerus Para Nabi
Imam Malik bin Anas rahimahullah (93-179 Hijriyah) adalah ulama besar high class yang berbeda dari kebanyakan ulama. Beliau dikenal sebagai sosok yang menjaga penampilan dan punya gaya hidup berkelas.

Karakter dan penampilannya menandakan beliau berasal dari keluarga Arab terhormat dan berstatus sosial tinggi. Leluhurnya berasal dari Yaman dan hijrah ke Madinah. Kakeknya, Abu Amir, adalah salah satu anggota keluarga pertama yang memeluk Islam pada Tahun 2 Hijriyah.

Imam Malik bernama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbahi. Lahir di Madinah pada Tahun 712 M (93 H) dan wafat 796 M (179 H). Keilmuannya sangat mashhur dalam dunia Islam dan memiliki banyak pengikut hingga saat ini.



Mazhab Maliki yang didirikannya banyak diikuti umat muslim di Afrika Utara seperti Maroko, Libya, Tunisia, Aljazair, Sudan sebagian Mesir. Kemudian di Afrika Barat seperti Mali, Nigeria, Chad dan lainnya. Bahkan hingga ke Eropa dan Andalusia (Spanyol) dan Sisilia di Italia. Maliki pernah menjadi mazhab resmi di Makkah, Madinah, Irak.

Berikut 12 fakta Imam Malik, sosok ulama High Class dan kelas papan atas dikutip dari kajian Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq:

1. Sangat Menjaga Penampilan

Jika ulama kebanyakannya berpenampilan sederhana, tidak demikian dengan Imam Malik. Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat menjaga penampilan. Di antara nasihat beliau yang terkenal berkaitan dengan hal ini adalah:

ما أحب لامرئ أنعم الله عليه ألا يرى أثر نعمته

Artinya: "Saya paling tidak suka dengan seseorang yang telah diberi nikmat oleh Allah, tapi nikmat itu seakan tidak nampak pada dirinya."

Dan ungkapan beliau ini sesuai dengan sabda Nabi ﷺ :

إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ

Artinya: "Sungguh Allah menyukai melihat bekas nikmat-Nya pada diri hamba-Nya." (HR at-Tirmudzi)

Sehingga Imam Malik selalu menjaga penampilan mulai dari pakaian, kendaraan, perabot, hingga karpet tempat menjamu tamu. Untuk pakaiannya, sang imam dikenal tidak sembarangan. Baju yang ia kenakan adalah pakaian-pakaian pilihan yang dimpor dari negeri Khurasan, Mesir, dan lainnya yang dikenal mewah dan harganya wah. Konon untuk urusan karpet yang digelar di rumahnya adalah jenis karpet mahal. Karpet ini akan digulung dan diganti karpet baru setelah menerima beberapa tamu.

2. Menampakkan Kemuliaan Sebagai Pengemban Ilmu

Sikap sang imam ini tentu bukan tanpa maksud, bukan mengajari umat agar gemar kemewahan apalagi bersikap mubazir. Bukan itu. Namun Imam Malik menampakkan 'izzahnya yang tinggi serta status mulia sebagai pengemban ilmu, sehingga tidak dipandang sebelah mata oleh pemilik harta dan penguasa. Karena penyakit dulu hingga hari ini, orang-orang berharta atau yang punya kuasa merasa bisa mengatur ulama dengan sesuatu yang mereka miliki dari dunia. Apalagi kalau ulama itu kelihatan rajin tebar proposal.

3. Disegani Khalifah dan Penguasa

Memang demikianlah Imam Malik. Tidak sekadar berharta, pejabat setingkat gubernur Makkah bahkan Khalifah sekalipun sangat segan kepada beliau. Diriwayatkan, ketika Imam Syafi'i meminta surat rekomendasi kepada amir Makkah untuk bisa belajar kepada Imam Malik, awalnya ia menolak dengan mengatakan: "Sungguh engkau meminta aku menyuapi mulut singa, itu lebih aku sukai dari pada memenuhi permintaanmu."

Khalifah Harun ar-Rasyid pernah duduk bersandar di sebuah tiang masjid saat menyimak pengajian Imam Malik. Maka ia pun mendapat teguran darinya yang membuat pemimpin terbesar sepanjang sejarah Dinasti Abbasiyah itu akhirnya membenahi cara duduknya.

4. Pernah Memuji Imam Syafi'i
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Aisyah radliallahu 'anha berkata, Janganlah kamu meninggalkan shalat malam (qiyamul lail), karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah meninggalkannya, bahkan apabila beliau sedang sakit atau kepayahan, beliau shalat dengan duduk.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 1112)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More