12 Fakta Imam Malik, Ulama High Class Pendiri Mazhab Maliki
Minggu, 27 Agustus 2023 - 15:46 WIB
Imam Malik pernah memuji muridnya, asy-Syafi'i dengan mengatakan:
من أراد العلم النفيس، فعليه بمحمد بن ادريس
Artinya: "Barangsiapa yang ingin mendapatkan ilmu yang berharga, hendaklah dia belajar dengan Muhammad bin Idris yaitu Imam syafi'i. Ketika hal ini disampaikan kepada Syafi'i, beliau berkata: "Bagaimana tidak, sedangkan aku adalah muridnya."
Bahasa kita, muridnya aja begini lalu bagaimana dengan gurunya. Imam Syafi'i juga pernah berkata:
مالك حجة اللَّه على خلقه بعد التابعين، ومالك أستاذي، وعنه أخذت العلم، ومالك معلمي، وما أحد أمنّ عليّ من مالك، وجعلته حجة فيما بيني وبين اللَّه
"Malik adalah hujjahnya Allah atas makhluk-Nya setelah Tabi'in. Dia guruku yang darinya aku mengambil ilmu. Dia juga pengajarku yang tidak ada aku merasa aman melebihi perasaanku kepada Malik. Aku akan menjadikan dia hujjah antara diriku dengan Allah kelak."
5. Tidak Pernah Menyia-nyiakan Waktu
Ketika masih menimba ilmu, Imam Malik dikenal sangat rajin dan tidak pernah menyia-nyiakan sedikitpun waktu. Diriwayatkan ia selalu membersamai gurunya dan terbiasa menemani ulama berjalan dari rumah mereka menuju masjid. Waktu seperti itu ia manfaatkan untuk bertanya kepada sang ulama.
Pada suatu hari, Malik kecil berada di pintu Ibnu Harmaz, yakni salah satu gurunya untuk menunggunya ke luar menuju masjid. Ibnu Harmaz berkata kepada pembantunya: "Siapa itu yang di pintu?" Pembantunya berkata: "Tidak ada siapapun kecuali seperti biasa, si anak rambut pirang (Imam Malik)."
Ibnu Harmaz berkata: "Suruh masuk dia, karena anak itu akan menjadi alimnya manusia."
6. Dekat dengan Penguasa
Beliau termasuk figur ulama yang dekat dengan penguasa kala itu. Karenanya sang imam sering kali diberi hadiah oleh khalifah dan beliau pun menerimanya. Namun meski demikian, hal seperti itu tidaklah menyebabkan beliau menjadi seorang penjilat bagi penguasa. Apalagi tukang stempel kepentingan pejabat untuk melanggengkan kekuasaan.
Karenanya ketika ada yang meminta fatwa tentang kebolehan membunuh para pemberontak. Maka Imam Malik menjawab, "Boleh memerangi pemberontak jika khalifahnya seperti Umar bin Abdul Aziz, sang pemimpin yang adil. Kalau tidak, biarkan saja urusan mereka, karena Allah akan membalas orang dzalim dengan orang dzalim lainnya dan menghancurkan keduanya."
7. Pernah Dipenjara karena Bertentangan dengan Penguasa Madinah
Imam Malik pernah terlibat konfrontasi dengan penguasa Madinah yang memaksa beliau untuk mencabut fatwa yang tidak disukai pemerintah. Beliau menolak dan tak sejengkal pun mundur menghadapi tekanan kekuasaan. Akibatnya beliau dijebloskan ke penjara dan divonis hukuman cambuk sekian puluh kali.
8. Penulis Kitab Hadis Populer "Al-Muwatha"
Beliau adalah penulis kitab hadits yang sangat populer dan terbaik kala itu yakni Al-Muwatha'. Yang mana sepanjang zaman menjadi rujukan kaum muslimin bukan hanya dari kalangan Mazhab Maliki, namun juga dari luar mazhab yang ia dirikan. Kitab Hadits beliau dinamakan Al-Muwatha' yang artinya yang ditandatangani.
Karena setelah kitab itu selesai disusun beliau meminta persetujuan dan koreksi dari sekian banyak ulama di zamannya. Hal unik lainnya, Imam Malik sempat dicibir ketika menulis Kitab Hadis karena telah banyak "Al-Muwatha" lainnya yang bahkan dikatakan lebih lengkap. Namun beliau menjawab cibiran itu dengan ungkapannya yang terkenal:
مَا كَانَ لِلَّهِ بَقِيَ
Artinya: "Yang tetap eksis adalah apa yang dilakukan karena Allah."
من أراد العلم النفيس، فعليه بمحمد بن ادريس
Artinya: "Barangsiapa yang ingin mendapatkan ilmu yang berharga, hendaklah dia belajar dengan Muhammad bin Idris yaitu Imam syafi'i. Ketika hal ini disampaikan kepada Syafi'i, beliau berkata: "Bagaimana tidak, sedangkan aku adalah muridnya."
Bahasa kita, muridnya aja begini lalu bagaimana dengan gurunya. Imam Syafi'i juga pernah berkata:
مالك حجة اللَّه على خلقه بعد التابعين، ومالك أستاذي، وعنه أخذت العلم، ومالك معلمي، وما أحد أمنّ عليّ من مالك، وجعلته حجة فيما بيني وبين اللَّه
"Malik adalah hujjahnya Allah atas makhluk-Nya setelah Tabi'in. Dia guruku yang darinya aku mengambil ilmu. Dia juga pengajarku yang tidak ada aku merasa aman melebihi perasaanku kepada Malik. Aku akan menjadikan dia hujjah antara diriku dengan Allah kelak."
5. Tidak Pernah Menyia-nyiakan Waktu
Ketika masih menimba ilmu, Imam Malik dikenal sangat rajin dan tidak pernah menyia-nyiakan sedikitpun waktu. Diriwayatkan ia selalu membersamai gurunya dan terbiasa menemani ulama berjalan dari rumah mereka menuju masjid. Waktu seperti itu ia manfaatkan untuk bertanya kepada sang ulama.
Pada suatu hari, Malik kecil berada di pintu Ibnu Harmaz, yakni salah satu gurunya untuk menunggunya ke luar menuju masjid. Ibnu Harmaz berkata kepada pembantunya: "Siapa itu yang di pintu?" Pembantunya berkata: "Tidak ada siapapun kecuali seperti biasa, si anak rambut pirang (Imam Malik)."
Ibnu Harmaz berkata: "Suruh masuk dia, karena anak itu akan menjadi alimnya manusia."
6. Dekat dengan Penguasa
Beliau termasuk figur ulama yang dekat dengan penguasa kala itu. Karenanya sang imam sering kali diberi hadiah oleh khalifah dan beliau pun menerimanya. Namun meski demikian, hal seperti itu tidaklah menyebabkan beliau menjadi seorang penjilat bagi penguasa. Apalagi tukang stempel kepentingan pejabat untuk melanggengkan kekuasaan.
Karenanya ketika ada yang meminta fatwa tentang kebolehan membunuh para pemberontak. Maka Imam Malik menjawab, "Boleh memerangi pemberontak jika khalifahnya seperti Umar bin Abdul Aziz, sang pemimpin yang adil. Kalau tidak, biarkan saja urusan mereka, karena Allah akan membalas orang dzalim dengan orang dzalim lainnya dan menghancurkan keduanya."
7. Pernah Dipenjara karena Bertentangan dengan Penguasa Madinah
Imam Malik pernah terlibat konfrontasi dengan penguasa Madinah yang memaksa beliau untuk mencabut fatwa yang tidak disukai pemerintah. Beliau menolak dan tak sejengkal pun mundur menghadapi tekanan kekuasaan. Akibatnya beliau dijebloskan ke penjara dan divonis hukuman cambuk sekian puluh kali.
8. Penulis Kitab Hadis Populer "Al-Muwatha"
Beliau adalah penulis kitab hadits yang sangat populer dan terbaik kala itu yakni Al-Muwatha'. Yang mana sepanjang zaman menjadi rujukan kaum muslimin bukan hanya dari kalangan Mazhab Maliki, namun juga dari luar mazhab yang ia dirikan. Kitab Hadits beliau dinamakan Al-Muwatha' yang artinya yang ditandatangani.
Karena setelah kitab itu selesai disusun beliau meminta persetujuan dan koreksi dari sekian banyak ulama di zamannya. Hal unik lainnya, Imam Malik sempat dicibir ketika menulis Kitab Hadis karena telah banyak "Al-Muwatha" lainnya yang bahkan dikatakan lebih lengkap. Namun beliau menjawab cibiran itu dengan ungkapannya yang terkenal:
مَا كَانَ لِلَّهِ بَقِيَ
Artinya: "Yang tetap eksis adalah apa yang dilakukan karena Allah."