Insya Allah atau in sha Allah? Begini Tulisannya yang Benar dan Kapan Mengucapkannya
Senin, 25 September 2023 - 11:44 WIB
Di kalangan muslim ucapan kalimat Insya Allah atau in sha Allah sudah sangat populer. Namun, manakah tulisannya yang benar dan kapan waktu yang tepat mengucapkannya? Soal penulisan kalimat tersebut, memang ada perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Arab. Penulisan bahasa Indonesia menggunakan huruf alfabet sedangkan penulisan bahasa Arab menggunakan huruf hijaiyah.
Dalam bahasa Arab, penulisan yang benar adalah:
Yang artinya “jika Allah menghendaki” atau “jika Allah berkehendak”
Dalam bahasa Indonesia, huruf ش biasa ditulis dengan “sy”
Sedangkan dalam bahasa Inggris, huruf ش biasa ditulis dengan “sh”
Inilah yang membuat perbedaan mengapa kadang tertulis “insya Allah” dan kadang tertulis “in sha Allah”. Mana pun dari kedua cara penulisan ini, asalkan maksud dan bunyinya adalah إِنْ شَاءَ اللَّهُ maka dia benar. Hanya saja yang lebih umum dalam bahasa Indonesia adalah “insya Allah” sebagaimana kita bisa menulis “salat isya” bukan “salat isha”.
Penulisan insya Allah dalam bahasa Indonesia pun kadang dengan spasi dan kadang menjadi satu tanpa spasi: insyaallah. Sedangkan menurut KBBI, penulisan yang baku adalah insya Allah .
Maknanya adalah, segala sesuatu terjadi atau tidak terjadi adalah atas kehendak Allah. Kata ini diucapkan seorang muslim ketika ia berjanji atau berencana mengerjakan sesuatu. Sebab ia tidak tahu apakah hal yang akan dikerjakannya nanti benar-benar terjadi atau tidak.
Kata insya Allah juga mengandung doa. Yakni doa isti’anah, meminta pertolongan kepada Allah agar apa yang ia janjikan atau ia rencanakan dimudahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk mengucapkannya ketika mengatakan akan berbuat sesuatu di masa yang akan datang.
"Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: “Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): “Insya Allah”.. (QS. Al Kahfi: 23-24)
Ketika menafsirkan ayat ini, Syaikh Wahbah Az Zuhaili membuat sub judul “tuntunan untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan umat beliau agar senantiasa mengaitkan keinginannya dengan kehendak Allah.”
Fakta yang terajdi banyak orang mengucapkan insya Allah saat berjanji, tetapi tidak bersungguh-sungguh berikhtiar memenuhi janjinya. Ini adalah penggunaan yang salah.
Sebagai seorang muslim, kita harus menunjukkan bahwa ketika kita mengucapkan insya Allah, artinya kita benar-benar serius, bersungguh-sungguh berusaha memenuhi janji tersebut. Dan sebagai seorang muslim, kita tidak boleh meragukan kesungguhan saudara kita yang mengucapkan insya Allah saat berjanji.
Wallahu A'lam
Dalam bahasa Arab, penulisan yang benar adalah:
إِنْ شَاءَ اللَّه
Yang artinya “jika Allah menghendaki” atau “jika Allah berkehendak”
Dalam bahasa Indonesia, huruf ش biasa ditulis dengan “sy”
Sedangkan dalam bahasa Inggris, huruf ش biasa ditulis dengan “sh”
Inilah yang membuat perbedaan mengapa kadang tertulis “insya Allah” dan kadang tertulis “in sha Allah”. Mana pun dari kedua cara penulisan ini, asalkan maksud dan bunyinya adalah إِنْ شَاءَ اللَّهُ maka dia benar. Hanya saja yang lebih umum dalam bahasa Indonesia adalah “insya Allah” sebagaimana kita bisa menulis “salat isya” bukan “salat isha”.
Penulisan insya Allah dalam bahasa Indonesia pun kadang dengan spasi dan kadang menjadi satu tanpa spasi: insyaallah. Sedangkan menurut KBBI, penulisan yang baku adalah insya Allah .
Arti Insya Allah dan Penggunaannya
Kata insya Allah (إِنْ شَاءَ اللَّهُ) artinya adalah “jika Allah menghendaki” atau “jika Allah berkehendak.”Maknanya adalah, segala sesuatu terjadi atau tidak terjadi adalah atas kehendak Allah. Kata ini diucapkan seorang muslim ketika ia berjanji atau berencana mengerjakan sesuatu. Sebab ia tidak tahu apakah hal yang akan dikerjakannya nanti benar-benar terjadi atau tidak.
Kata insya Allah juga mengandung doa. Yakni doa isti’anah, meminta pertolongan kepada Allah agar apa yang ia janjikan atau ia rencanakan dimudahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk mengucapkannya ketika mengatakan akan berbuat sesuatu di masa yang akan datang.
وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا , إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ
"Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: “Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): “Insya Allah”.. (QS. Al Kahfi: 23-24)
Ketika menafsirkan ayat ini, Syaikh Wahbah Az Zuhaili membuat sub judul “tuntunan untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan umat beliau agar senantiasa mengaitkan keinginannya dengan kehendak Allah.”
Penggunaan yang Salah
Terkadang pengucapan insya Allah, menimbulkan arti yang samar, yakni akan dimaklumi bila janji tersebut tidak bisa ditepati. Seharusnya, ketika seorang muslim berjanji atau mengatakan akan berbuat sesuatu di masa mendatang, ia dituntun untuk mengucapkan insya Allah. Saat mengatakannya, keyakinannya kokoh bahwa perkara itu bisa terjadi atas kehendak Allah semata. Di saat yang sama, ia benar-benar berusaha memenuhi janjinya itu dengan segenap ikhtiar.Fakta yang terajdi banyak orang mengucapkan insya Allah saat berjanji, tetapi tidak bersungguh-sungguh berikhtiar memenuhi janjinya. Ini adalah penggunaan yang salah.
Sebagai seorang muslim, kita harus menunjukkan bahwa ketika kita mengucapkan insya Allah, artinya kita benar-benar serius, bersungguh-sungguh berusaha memenuhi janji tersebut. Dan sebagai seorang muslim, kita tidak boleh meragukan kesungguhan saudara kita yang mengucapkan insya Allah saat berjanji.
Wallahu A'lam
(wid)