Apakah Israiliyyat Ada Hubungannya dengan Israel dan Yahudi?
Selasa, 24 Oktober 2023 - 09:54 WIB
Dalam tafsir al-Qur'an bertabur kisah-kisah Israiliyyat , terutama tentang kisah nabi-nabi . Apakah hal ini ada hubungannya dengan Israel dan Yahudi ? A Umar Syam Manggabarani menjelaskan Israiliyyah, dalam pengertian bahasa, merupakan bentuk jamak dari kata Israiliyyat yang terhubung dengan nama Israil (dalam Bahasa Ibrani), yang memiliki makna hamba Allah.
Dalam konteks yang lebih luas, Israiliyyat memiliki keterkaitan erat dengan agama Yahudi, dan hal ini merupakan fakta yang melekat. " Bani Israil mengacu pada silsilah atau keturunan suatu bangsa, sementara Yahudi mengacu pada pola pikir dalam bentuk agama dan dogma," tulis A Umar Syam Manggabarani dalam Tesisnya berjudul "Israiliyyat dalam Kisah Nabi Yusuf as Perspektif Ibnu Katsir".
Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah dalam kitab "Isrâîliyyât dan Hadits-hadits Palsu Tafsir Al-Qur'an" memberikan definisi Israiliyyat sebagai pengetahuan yang berasal dari sumber Yahudi dan Nasrani .
Selanjutnya, Sayyid Ahmad Khalili mendefinisikan Israiliyyat sebagai kisah, berita, dan bahkan kebohongan yang diselundupkan oleh komunitas Yahudi dan Nasrani, yang kemudian diterima oleh umat Islam .
Muhammad Khalifah mengartikan Israiliyyat sebagai kebudayaan khas yang dimiliki oleh kelompok Nasrani.
Di sisi lain, Muhammad Husain Adz-Zahabi dalam buku yang diterjemahkan Didin Hafidhuddin berjudul "Isrâîliyyât dalam Tafsir dan Hadis", mendefinisikan Israiliyyat sebagai pengaruh kebudayaan Yahudi dan Nasrani dalam bentuk cerita dan dongeng yang asal riwayatnya berasal dari tradisi Yahudi dan Nasrani, serta dengan sengaja diinfiltrasi oleh musuh-musuh Islam.
Konteks Tafsir
Para ulama umumnya mengklasifikasikan Israiliyyat dalam konteks tafsir menjadi tiga kategori. Pertama, Israiliyyat yang sejalan dengan ajaran Islam. Kedua, Israiliyyat yang tidak sejalan dengan ajaran Islam. Ketiga, Israiliyyat yang tidak termasuk dalam kategori pertama dan kedua.
Menurut Muhammad Abu Syahbah, ragam Israiliyyat dalam bentuk berita dan perkataan Bani Israil dapat dibagi menjadi tiga bagian: pertama, bagian yang memiliki kebenaran yang dapat kita ketahui berdasarkan al-Qur'an dan Sunah yang ada pada kita.
Al-Qur'an berfungsi sebagai kitab yang menguji dan menjadi saksi terhadap kitab-kitab Samawi sebelumnya. Sesuatu yang sejalan dengan al-Qur'an adalah benar dan tepat, sementara yang bertentangan dengannya adalah batil dan palsu.
Kedua, bagian yang kita ketahui kebohongannya berdasarkan pengetahuan yang kita miliki, yaitu hal-hal yang bertentangan dengan kebenaran. Contohnya adalah apa yang mereka sampaikan dalam cerita cerita tentang para Nabi, yang mencemarkan kesucian mereka, seperti kisah Yusuf, Daud, dan Sulaiman.
Ketiga, bagian yang tidak termasuk dalam kategori pertama maupun kedua. Bagian ini tidak bisa kita percayai secara mutlak, namun juga tidak kita tolak begitu saja. Mungkin bagian ini mengandung kebatilan, namun terkadang juga mengandung kebenaran. Bagian ini boleh disampaikan dengan izin untuk meriwayatkannya.
Imam Adz-Dzahabi juga membagi Israiliyyat menjadi tiga komponen. kualitas Sanad pertama. Kedua, doktrin Islam. Ketiga, perspektif materi Israiliyyat.
Dalam konteks yang lebih luas, Israiliyyat memiliki keterkaitan erat dengan agama Yahudi, dan hal ini merupakan fakta yang melekat. " Bani Israil mengacu pada silsilah atau keturunan suatu bangsa, sementara Yahudi mengacu pada pola pikir dalam bentuk agama dan dogma," tulis A Umar Syam Manggabarani dalam Tesisnya berjudul "Israiliyyat dalam Kisah Nabi Yusuf as Perspektif Ibnu Katsir".
Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah dalam kitab "Isrâîliyyât dan Hadits-hadits Palsu Tafsir Al-Qur'an" memberikan definisi Israiliyyat sebagai pengetahuan yang berasal dari sumber Yahudi dan Nasrani .
Selanjutnya, Sayyid Ahmad Khalili mendefinisikan Israiliyyat sebagai kisah, berita, dan bahkan kebohongan yang diselundupkan oleh komunitas Yahudi dan Nasrani, yang kemudian diterima oleh umat Islam .
Muhammad Khalifah mengartikan Israiliyyat sebagai kebudayaan khas yang dimiliki oleh kelompok Nasrani.
Di sisi lain, Muhammad Husain Adz-Zahabi dalam buku yang diterjemahkan Didin Hafidhuddin berjudul "Isrâîliyyât dalam Tafsir dan Hadis", mendefinisikan Israiliyyat sebagai pengaruh kebudayaan Yahudi dan Nasrani dalam bentuk cerita dan dongeng yang asal riwayatnya berasal dari tradisi Yahudi dan Nasrani, serta dengan sengaja diinfiltrasi oleh musuh-musuh Islam.
Konteks Tafsir
Para ulama umumnya mengklasifikasikan Israiliyyat dalam konteks tafsir menjadi tiga kategori. Pertama, Israiliyyat yang sejalan dengan ajaran Islam. Kedua, Israiliyyat yang tidak sejalan dengan ajaran Islam. Ketiga, Israiliyyat yang tidak termasuk dalam kategori pertama dan kedua.
Menurut Muhammad Abu Syahbah, ragam Israiliyyat dalam bentuk berita dan perkataan Bani Israil dapat dibagi menjadi tiga bagian: pertama, bagian yang memiliki kebenaran yang dapat kita ketahui berdasarkan al-Qur'an dan Sunah yang ada pada kita.
Al-Qur'an berfungsi sebagai kitab yang menguji dan menjadi saksi terhadap kitab-kitab Samawi sebelumnya. Sesuatu yang sejalan dengan al-Qur'an adalah benar dan tepat, sementara yang bertentangan dengannya adalah batil dan palsu.
Kedua, bagian yang kita ketahui kebohongannya berdasarkan pengetahuan yang kita miliki, yaitu hal-hal yang bertentangan dengan kebenaran. Contohnya adalah apa yang mereka sampaikan dalam cerita cerita tentang para Nabi, yang mencemarkan kesucian mereka, seperti kisah Yusuf, Daud, dan Sulaiman.
Ketiga, bagian yang tidak termasuk dalam kategori pertama maupun kedua. Bagian ini tidak bisa kita percayai secara mutlak, namun juga tidak kita tolak begitu saja. Mungkin bagian ini mengandung kebatilan, namun terkadang juga mengandung kebenaran. Bagian ini boleh disampaikan dengan izin untuk meriwayatkannya.
Imam Adz-Dzahabi juga membagi Israiliyyat menjadi tiga komponen. kualitas Sanad pertama. Kedua, doktrin Islam. Ketiga, perspektif materi Israiliyyat.
(mhy)