Kisah Bahtera Nuh: Ditemukan Ada Kehidupan di Puncak Gunung Ararat Tahun 5500 hingga 3000 SM
Senin, 04 Desember 2023 - 16:17 WIB
Tim Peneliti Gunung Ararat dan Bahtera Nuh , hasil kerja sama yang melibatkan tiga universitas Turki dan Amerika Serikat hingga kini masih meneliti apa yang mereka yakini sebagai Bahtera Nuh. Inti dari penemuan ini terletak pada formasi Durupinar, yang terletak di distrik Doğubayazıt di Ağrı, Turki, terletak kurang dari dua mil dari perbatasan Iran-Turki.
Al-Quran menyebut bahwa bahtera Nuh berlabuh di Joudi (surat 11 ayat 44). Gunung Joudi ini adalah puncak tertinggi dari gunung-gunung Ararat di Armenia. Sedangkan menurut Bibel adalah di gunung Ararat (Kejadian 8,4).
Dr Maurice Bucaille dalam bukunya berjudul "La Bible Le Coran Et La Science" yang dialih bahasakan Prof Dr HM Rasyidi menjadi "Bibel, Quran, dan Sains Modern" (Bulan Bintang, 1979) menyebut tak dapat dijamin bahwa tak ada perubahan-perubahan nama untuk menyesuaikan antara kedua riwayat tersebut.
"R Blachere berpendapat seperti itu. Menurut dia, banyak nama Joudi di Arabia, jadi persamaan nama mungkin buat-buatan," kata Dr Maurice Bucaille.
Lantaran informasi tersebut, banyak orang mencoba menelusuri kapal Nuh tersebut. Menurut National Geographic , pada tahun 1876, misalnya, pengacara dan politisi Inggris James Bryce mendaki Gunung Ararat.
'Penemuan' Bahtera yang lebih modern terjadi secara teratur, mulai dari laporan seorang dokter mata yang melihatnya dalam formasi batuan di atas gunung pada tahun 1940an hingga klaim bahwa para pendeta Injili telah menemukan kayu yang membatu di puncaknya pada awal tahun 2000an.
Namun pencarian terhadap Tabut tersebut mengundang banyak rasa jengkel hingga penghinaan dari para arkeolog akademis dan pakar Alkitab. “Tidak ada arkeolog sah yang melakukan hal ini,” kata Penjelajah National Geographic Jodi Magness, arkeolog di Universitas North Carolina di Chapel Hill, tentang pencarian modern untuk bukti keberadaan Nuh.
“Arkeologi bukanlah perburuan harta karun ,” tambahnya. “Ini bukan tentang menemukan objek tertentu. Ini adalah ilmu di mana kami mengajukan pertanyaan penelitian yang kami harap dapat dijawab melalui penggalian.”
Menyerupai Bahtera Nuh
Sementara itu, para arkeolog di Turki telah menggali apa yang mereka yakini sebagai sisa-sisa kapal yang menyerupai Bahtera Nuh. Penemuan ini merupakan hasil penggalian ekstensif yang dilakukan oleh Tim Peneliti Gunung Ararat dan Bahtera Nuh, hasil kerja sama yang melibatkan tiga universitas Turki dan Amerika.
Surat kabar Turki Hürriyet melaporkan proyek mereka dimulai pada tahun 2021. Bertujuan untuk mengeksplorasi formasi geologi di wilayah tersebut dan mengungkap wawasan sejarah kuno.
Inti dari penemuan ini terletak pada formasi Durupinar, yang terletak di distrik Doğubayazıt di Ağrı, Turki, terletak kurang dari dua mil dari perbatasan Iran-Turki.
Formasi Durupinar adalah fitur geografis setinggi 538 kaki yang sebagian besar terdiri dari limonit. Secara lokal diyakini oleh beberapa orang sebagai sisa-sisa Bahtera Nuh, yang diabadikan dalam narasi keagamaan dan legenda.
Wawasan Arkeologi
Upaya penggalian yang dilakukan tim peneliti meliputi pengambilan sampel batuan dan tanah tua dari formasi Durupinar.
Temuan mereka mengungkapkan adanya “bahan tanah liat, bahan laut, dan makanan laut” dalam formasi geologi.
Penemuan ini menunjukkan aktivitas manusia di wilayah tersebut sejak periode Kalkolitik, antara tahun 5500 hingga 3000 SM.
Wakil Rektor AICU Profesor Faruk Kaya berbagi wawasan tentang pentingnya temuan mereka, dengan memperhatikan keselarasan peristiwa sejarah.
Dia menunjukkan bahwa banjir yang terkait dengan Nuh dalam Alkitab terjadi sekitar 5.000 tahun yang lalu. Meskipun hasil penanggalannya menarik, penting untuk diketahui bahwa keberadaan kapal itu sendiri tidak dapat dikonfirmasi hanya melalui penanggalan saja. Penelitian dan analisis ekstensif lebih lanjut diperlukan untuk mengungkap bukti konklusif.
Peristiwa Bahtera Nuh mempunyai arti penting dalam tiga agama besar: Kristen, Yudaisme, dan Islam. Penemuan potensi sisa-sisa arkeologi yang menyerupai bahtera memberikan peluang unik untuk menjembatani narasi kuno dengan eksplorasi ilmiah.
Al-Quran menyebut bahwa bahtera Nuh berlabuh di Joudi (surat 11 ayat 44). Gunung Joudi ini adalah puncak tertinggi dari gunung-gunung Ararat di Armenia. Sedangkan menurut Bibel adalah di gunung Ararat (Kejadian 8,4).
Dr Maurice Bucaille dalam bukunya berjudul "La Bible Le Coran Et La Science" yang dialih bahasakan Prof Dr HM Rasyidi menjadi "Bibel, Quran, dan Sains Modern" (Bulan Bintang, 1979) menyebut tak dapat dijamin bahwa tak ada perubahan-perubahan nama untuk menyesuaikan antara kedua riwayat tersebut.
"R Blachere berpendapat seperti itu. Menurut dia, banyak nama Joudi di Arabia, jadi persamaan nama mungkin buat-buatan," kata Dr Maurice Bucaille.
Lantaran informasi tersebut, banyak orang mencoba menelusuri kapal Nuh tersebut. Menurut National Geographic , pada tahun 1876, misalnya, pengacara dan politisi Inggris James Bryce mendaki Gunung Ararat.
'Penemuan' Bahtera yang lebih modern terjadi secara teratur, mulai dari laporan seorang dokter mata yang melihatnya dalam formasi batuan di atas gunung pada tahun 1940an hingga klaim bahwa para pendeta Injili telah menemukan kayu yang membatu di puncaknya pada awal tahun 2000an.
Namun pencarian terhadap Tabut tersebut mengundang banyak rasa jengkel hingga penghinaan dari para arkeolog akademis dan pakar Alkitab. “Tidak ada arkeolog sah yang melakukan hal ini,” kata Penjelajah National Geographic Jodi Magness, arkeolog di Universitas North Carolina di Chapel Hill, tentang pencarian modern untuk bukti keberadaan Nuh.
“Arkeologi bukanlah perburuan harta karun ,” tambahnya. “Ini bukan tentang menemukan objek tertentu. Ini adalah ilmu di mana kami mengajukan pertanyaan penelitian yang kami harap dapat dijawab melalui penggalian.”
Menyerupai Bahtera Nuh
Sementara itu, para arkeolog di Turki telah menggali apa yang mereka yakini sebagai sisa-sisa kapal yang menyerupai Bahtera Nuh. Penemuan ini merupakan hasil penggalian ekstensif yang dilakukan oleh Tim Peneliti Gunung Ararat dan Bahtera Nuh, hasil kerja sama yang melibatkan tiga universitas Turki dan Amerika.
Surat kabar Turki Hürriyet melaporkan proyek mereka dimulai pada tahun 2021. Bertujuan untuk mengeksplorasi formasi geologi di wilayah tersebut dan mengungkap wawasan sejarah kuno.
Inti dari penemuan ini terletak pada formasi Durupinar, yang terletak di distrik Doğubayazıt di Ağrı, Turki, terletak kurang dari dua mil dari perbatasan Iran-Turki.
Formasi Durupinar adalah fitur geografis setinggi 538 kaki yang sebagian besar terdiri dari limonit. Secara lokal diyakini oleh beberapa orang sebagai sisa-sisa Bahtera Nuh, yang diabadikan dalam narasi keagamaan dan legenda.
Wawasan Arkeologi
Upaya penggalian yang dilakukan tim peneliti meliputi pengambilan sampel batuan dan tanah tua dari formasi Durupinar.
Temuan mereka mengungkapkan adanya “bahan tanah liat, bahan laut, dan makanan laut” dalam formasi geologi.
Penemuan ini menunjukkan aktivitas manusia di wilayah tersebut sejak periode Kalkolitik, antara tahun 5500 hingga 3000 SM.
Wakil Rektor AICU Profesor Faruk Kaya berbagi wawasan tentang pentingnya temuan mereka, dengan memperhatikan keselarasan peristiwa sejarah.
Dia menunjukkan bahwa banjir yang terkait dengan Nuh dalam Alkitab terjadi sekitar 5.000 tahun yang lalu. Meskipun hasil penanggalannya menarik, penting untuk diketahui bahwa keberadaan kapal itu sendiri tidak dapat dikonfirmasi hanya melalui penanggalan saja. Penelitian dan analisis ekstensif lebih lanjut diperlukan untuk mengungkap bukti konklusif.
Peristiwa Bahtera Nuh mempunyai arti penting dalam tiga agama besar: Kristen, Yudaisme, dan Islam. Penemuan potensi sisa-sisa arkeologi yang menyerupai bahtera memberikan peluang unik untuk menjembatani narasi kuno dengan eksplorasi ilmiah.
(mhy)